M U K A D D I M A H

M U K A D D I M A H : Sesungguhnya, segala puji hanya bagi Allah, kita memuji-Nya, dan meminta perlindungan kepada-Nya dari kejahatan diri kami serta keburukan amal perbuatan kami. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tak ada yang dapat menyesatkannya. Dan Barang siapa yang Dia sesatkan , maka tak seorangpun yang mampu memberinya petunjuk.Aku bersaksi bahwa tidak ada Rabb yang berhak diibadahi melainkan Allah semata, yang tidak ada sekutu baginya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad shalallahu’alaihi wa sallam adalah hamba dan utusannya.

Senin, 30 Januari 2012

'" MERINTIH DALAM BERDOA ":



Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam, surah al-Baqarah ayat 186 :

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُواْ لِي وَلْيُؤْمِنُواْ بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo'a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.

Ayat tersebut diatas menunjukkan tiga hal yan g harus diperhatikan oleh hamba-hamba Allah, yaitu :

Pertama, bahwa Allah itu dekat, bahkan lebih dekat dari urat nadi manusia, sehingga apabila meminta tidak harus dengan suara keras. Karena Allah itu Maha Mendengar.

Kedua, Allah pasti mengabulkan setiap permintaan hamba-hamba-Nya.

Ketiga, kewajiban bagi seluruh hamba-hamba Allah untuk menunaikan segala perintah dan beriman kepada-Nya sebagai persyaratan mutlak terpenuhinya doa yang dipanjatkan.

Seorang hamba yang memanjatkan doa sangat dianjurkan agar melakukannya dengan rendah hati, tadhoru dan khauf sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah :

وَاذْكُر رَّبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعاً وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالآصَالِ وَلاَ تَكُن مِّنَ الْغَافِلِينَ

Dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai( QS.Al A’raf:205)

Nuansa bathin dan getaran kalbu diungkapkan dengan transparan dan mencampakkan jauh-jauh segala atribu keduniaan, baik pangkat, kedudukan ,jabatan, status, berharta atau hanya seorang papa tak berharta. Kita lembutkan hati dan menyatukan ucapan lidah dengan getaran kalbu. Dengan demikian, berdoa bukan hanya sekedar ucapan. melainkan sebuah rintihan jiwa yang menjerit.

Itulah sebabnya, ujngkapan doa bukan lah bentuk perilaku yang mengharapan penilaian manusia, melainkan bathin yang merintih. Bahkan tak jarang meneteskan air mata. Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda :

سنن الترمذي ٢٢٣٣: حَدَّثَنَا هَنَّادٌ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْمُبَارَكِ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الْمَسْعُودِيِّ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ عِيسَى بْنِ طَلْحَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَلِجُ النَّارَ رَجُلٌ بَكَى مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ حَتَّى يَعُودَ اللَّبَنُ فِي الضَّرْعِ وَلَا يَجْتَمِعُ غُبَارٌ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَدُخَانُ جَهَنَّمَ

قَالَ وَفِي الْبَاب عَنْ أَبِي رَيْحَانَةَ وَابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَمُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ هُوَ مَوْلَى آلِ طَلْحَةَ وَهُوَ مَدَنِيٌّ ثِقَةٌ رَوَى عَنْهُ شُعْبَةُ وَسُفْيَانُ الثَّوْرِيُّ

Sunan Tirmidzi 2233: dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam bersabda: "Tidak masuk neraka orang yang menangis karena takut Allah hingga susu kembali lagi ke kantung susu dan tidaklah menyatu debu dijalan Allah dan debu jahannam.

Pernah suatu waktu Rasulullah berlinang air matanya pada saat Abdullah bin Mas’ud membacakan ayat-ayat Al-Qu’ran.Sebagaimana tercantum dalam hadits dari Abdullah bin Mas’ud :

سنن الترمذي ٢٩٥١: حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ غَيْلَانَ حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ بْنُ هِشَامٍ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ الثَّوْرِيُّ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ عَبِيدَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ

قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اقْرَأْ عَلَيَّ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَقْرَأُ عَلَيْكَ وَعَلَيْكَ أُنْزِلَ قَالَ إِنِّي أُحِبُّ أَنْ أَسْمَعَهُ مِنْ غَيْرِي فَقَرَأْتُ سُورَةَ النِّسَاءِ حَتَّى إِذَا بَلَغْتُ

{ وَجِئْنَا بِكَ عَلَى هَؤُلَاءِ شَهِيدًا }

قَالَ فَرَأَيْتُ عَيْنَيْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَهْمِلَانِ

قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا أَصَحُّ مِنْ حَدِيثِ أَبِي الْأَحْوَصِ حَدَّثَنَا سُوَيْدُ بْنُ نَصْرٍ أَخْبَرَنَا ابْنُ الْمُبَارَكِ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ الْأَعْمَشِ نَحْوَ حَدِيثِ مُعَاوِيَةَ بْنِ هِشَامٍ

Sunan Tirmidzi 2951: Telah menceritakan kepada kami Mahmud bin Ghailan telah menceritakan kepada kami Mu'awiyah bin Hisyam telah menceritakan kepada kami Sufyan Ats Tsauri dari Al A'masy dari Ibrahim dari 'Abidah dari Abdullah ia berkata; Rasulullah Shallallahu 'alahi wasallam bersabda kepadaku: "Bacalah (al Qur'an) untukku." Aku menjawab; "Wahai Rasulullah, haruskah aku membacanya, sementara (Al Qur'an) diturunkan kepadamu?" beliau bersabda: "Aku lebih senang mendengarnya dari orang lain." lalu kubaca surat an Nisa`, ketika sampai pada ayat Dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu). QS An-Nisa`: 41, kulihat kedua matanya berlinang air mata." Abu Isa berkata; Hadits ini lebih shahih dari hadits Al Ahwash. Telah menceritakan kepada kami Suwaid bin Nashr telah mengabarkan kepada kami Ibnu Al Mubarak dari Sufyan dari Al A'masy seperti hadits Mu'awiyah bin Hisyam.

Dalam peristiwa lain diriwayatkan bahwa ketika Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam sedang sakit keras menjelang wafatnya, sahabat Abu Bakar radhyallahu’anhuma diminta menggantikan beliau jadi imam, namun Siti Aisyah isteri Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam berkeberatan karena Abu Bakar selalu menangis setiap menunaikan shalat.

Doa telah membentuk batin yang tangguh, melahirkan pribadi-pribadi yang tidak tacit dengan dunia. Tidak goyah kepribadiannya walaupun dirinya diuji dengan ketakutan dan kekuarangan makanan, mereka bersabar dan istiqomah, sambil terus berikhtiat dan mengembalikannya kepada Dia yang Maha Pengasih, sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah :

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِي

الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُواْ إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّـا إِلَيْهِ رَاجِعونَ

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun" [101].


[101] Artinya: Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali. Kalimat ini dinamakan kalimat "istirjaa" (pernyataan kembali kepada Allah). Disunatkan menyebutnya waktu ditimpa marabahaya

Orang berimana sangat yakin bahwa rintihan doanya pasti akan dikabulkan Allah, sehingga betapun banyak orang terguncang menghadapi krisis, dia tetap mampu mengendalikan dirinya sehingga tidak kehilangan arah. Baginya betapapun hebatnya krisis maupun kesulitan yang menghimpit, bukanlah hari kiamat, tetapi dihadapinya sebagai kendala yang terkendali, sebuah tantangan yang mengasyikkan. Dalam rintihan doa dia merasakan seluruh jiwa dan raganya terasa bugar untuk tampil jadi seorang hamba yangb tetap mempunyai arti.

Apabila dia dipanjatkan dengan merintih, penuh keyakinan, niscaya pintu langit akan terbuka ditembus doa., karena tidak ada yang musykil bagi Allah untuk mengabulkannya.

Selama ini sering kita berdoa untuk keselematan diri sendiri dan keluarga, sebaliknya jarang sekali diantara kita yang secra sendirian meluangkan doa untuk bangsa dan Negara. Marilah kita jujur pada diri sendiri, pernahkah kita mengambil saat yang sangat khusus mendoakan keselamatan bangsa dan Negara yang kita cintai ini. (Wallahu’alam)

Sumber : Hikmah Harian Republika

MOHON AMPUNAN KEPADA ALLAH


وَاسْتَغْفِرِ اللّهِ إِنَّ اللّهَ كَانَ غَفُورًا رَّحِيمًا

dan mohonlah ampun kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. An Nisaa

: 106 )

Dalam surah An Nisaa ayat 106 sebagaimana yang dikutipkan diatas, Allah memeritahkan kepada seluruh hamba-hamba-Nya untuk meminta ampun. Karena sesungguhnya Allah itu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang kepada seluruh makhluknya, yang tentunya kepada manusia. Diperintahkannya kepada seluruh hamba-hambanya untuk meminta ampun, dikarenakan Allah subhanahu wa ta’ala itu maha mengetahui bahwa mereka-mereka itu setiap harinya tidak pernah luput dari berbagai kesalahan dan perbuatan yang berdosa, sedangkan manusia itu sendiri banyak yang tidak menyadari bahwa mereka telah berbuat salah sehingga wajib meminta ampun kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

Ketidak sadaran kebanyakan orang akan kesalahan yang dilakukannya menyebabkan seseorang itu lupa meminta ampun kepada Allah, mereka lebih sibuk melakukan amalan-amalan seperti dzikir dan melantunkan puji-pujian kepada Allah. Padahal sebenarnya keutamaan melantunkan pujian itu tidaklah sebanding dengan keutamaan meminta ampun. Hal tersebut dikarenakan orang-orang yang meminta ampun itu mengakui eksistensi Allah sebagai zat yang tempat satu-satunya bagi manusia meminta pertolongan berupa ampunan dari segala dosa.

Sudah menjadi kewajiban rutin bagi setiap hamba Allah melaksanakan shalat, dimana setiap orang yang menyadari akan kewajiban shalat tersebut tidak pernah lalai dalam sholat mereka. Dimana meskipun sepanjang hari banyak orang-orang bekerja namun mereka masih menyisakan waktu untuk melakukan shalat selama paling lama 10 menit. Sehingga ketika mereka memohon ampunan kehadirat Allah dilakukan sambil lalu saja dan bahkan tergesa-gesa. Kemudian mereka tidak peduli, apakah permohonannya didengar Allah atau tidak. Banyak orang tidak perduli apakah permohonan yang telah disampaikan dengan tergesa-gesa dan sambil lalu itu dikabulkankah atau tidak oleh Allah subhanahu wa ta’ala . Menurut kebanyakan orang yang penting bahwa kewajiban shalat sudah terpenuhi.

Sesungguhnya meminta ampun kepada Allah subhanahu wa ta’ala tersebut mempunyai nilai keutamaan, sehingga Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam sebagai panutan umat islam dalam kehidupan sehari-harinya mempunyai disiplin yang tinggi untuk melaksanakan kewajiban sebagai hamba Allah. Diantaranya yang paling menonjol dalam kehidupan beliau adalah memohon ampunan dari Allah Yang Maha Mengetahui. Dari riwayat yang shahih kita mengetahui bahwasanya Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam itu dalam sehari semalam beliau beristigfar 70 sampai 100 kali. Alangkah kokoh ibadah beliau dan sungguh-sungguh mengesampingkanbahwa beliau adalah seorang Rasul, bahkan telah dijanjnikan diampuni dosa-dosanya dan dikarunia surga.

Sejalan dengan itu maka mengapa kita sebagai manusia yang setiap harinya tidak pernah luput dari berbagai kesalahan dan perbuatan dosa, tidak berteladan kepada Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam dalam hal meminta ampun. Sudah sepatutnya setiap hamba untuk memperbanyak mengajukan permohonan ampun kepada Allah Tabaraka wa ta’ala. Seberapa banyak dosa-sosa dan kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan oleh setiap individu, hanya Allah sajalah yang tahu. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :

وَلِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يَغْفِرُ لِمَن يَشَاء وَيُعَذِّبُ مَن يَشَاء وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا

Dan hanya kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi.Dia memberikan ampun kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan mengazab siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS. Al Fath : 14 )

Dalam hadits Arba’in Imam Nawawi rahimahullah menyinggung tentang meminta ampun dalam Bab : Allah Mengampuni Segala Dosa Orang Yang Tidsak Berbuat Syirik :

عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : قَالَ اللهُ تَعَالَى : يَا ابْنَ آدَمَ، إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِي وَرَجَوْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَاكَانَ مِنْكَ وَلاَ أُبَالِي، يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوْبُكَ عَنَانَ السَّماَءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ، يَا ابْنَ آدَمَ، إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ اْلأَرْضِ خَطاَياَ ثُمَّ لَقِيْتَنِي لاَ تُشْرِكْ بِي شَيْئاً لأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً [رواه الترمذي وقال حديث حسن صحيح ]

Dari AnasAllah ta'ala telah berfirman : "Wahai anak Adam, selagi engkau meminta dan berharap kepada-Ku, maka Aku akan mengampuni dosamu dan Aku tidak pedulikan lagi. Wahai anak Adam, walaupun dosamu sampai setinggi langit, bila engkau mohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku memberi ampun kepadamu. Wahai anak Adam, jika engkau menemui Aku dengan membawa dosa sebanyak isi bumi, tetapi engkau tiada menyekutukan sesuatu dengan Aku, niscaya Aku datang kepadamu dengan (memberi) ampunan sepenuh bumi pula".( HR. Tirmidzi, Hadits hasan shahih )

Penjelasan:

Hadits ini berisikan kabar gembira, belas kasih dan kemurahan yang besar. Tidak terhitung banyaknya karunia, kebaikan, belas kasih dan pemberian Allah kepada hamba-Nya. Yang semakna dengan Hadits ini adalah sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam : "Allah lebih bergembira atas tobat seorang hamba-Nya daripada (kegembiraan) seseorang di antara kamu yang menemukan kembali hewannya yang hilang".

Dari Abu Ayyub ketika ia hendak wafat ia berkata : Saya telah merahasiakan dari kalian sesuatu yang pernah aku dengar dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam , yaitu saya mendengar beliau bersabda : "Sekiranya kamu sekalian tidak mau berbuat dosa, niscaya Allah akan menggantinya dengan makhluk lain yang mau berbuat dosa, lalu Allah memberi ampun kepada mereka".

Juga banyak Hadits lain yang semakna dengan Hadits ini.

Sabda beliau "wahai anak Adam, selagi engkau meminta dan berharap kepada-Ku" semakna dengan sabda beliau : "Aku senantiasa mengikuti anggapan hamba-Ku kepada-Ku. Oleh karena itu, hendaknya ia mempunyai anggapan kepada-Ku sesuai kesukaannya".

Telah disebutkan bahwa bila seorang hamba (manusia) telah berbuat dosa kemudian menyesal, misalnya dengan mengatakan : "Wahai Tuhanku, aku telah berbuat dosa, karena itu ampunilah aku. Tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosaku kecuali Engkau". Maka Allah akan menjawab : "Hamba-Ku mengakui bahwa dia mempunyai Tuhan yang mengampuni dosanya dan menghukum kesalahannya, karena itu Aku persaksikan kepada kamu sekalian bahwa Aku telah memberikan ampunan kepadanya". Kemudian hamba itu berbuat seperti itu kedua atau ketiga kalinya, lalu Allah menjawab seperti itu setiap kali terulang kejadian itu. Kemudian Allah berfirman: "Berbuatlah sesukamu, karena Aku telah mengampuni kamu" maksudnya ketika kamu berbuat dosa kemudian kamu mohon ampun.

Ketahuilah, syarat bertobat itu ada tiga, yaitu meninggalkan perbuatan maksiatnya, menyesali yang sudah terjadi dan bertekad tidak akan mengulangi. Jika kesalahan itu berkaitan dengan sesama manusia, maka hendaklah ia segera menunaikan apa yang menjadi hak orang lain atau minta dihalalkan. Jika berkaitan dengan Allah, sedangkan di dalam urusan tersebut ada sanksi kafarat, maka hendaklah ia segera menunaikan pembayaran kafarat. Ini adalah syarat keempat. Sekiranya seseorang mengulangi dosanya berkali-kali dalam satu hari dan ia melakukan tibat sesuai dengan syarat tersebut, maka Allah akan mengampuni dosanya.

Sabda beliau (Allah berfirman) : "maka Aku akan mengampuni dosamu dan Aku tidak pedulikan lagi" maksudnya engkau mengulangi perbuatan dosa kamu dan Aku tidak mempermasalahkan dosa-dosamu itu.

Sabda beliau (Allah berfirman) : "Wahai anak Adam, walaupun dosamu sampai setinggi langit, bila engkau mohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku memberi ampun kepadamu" maksudnya adalah sekiranya dosa beberapa orang dikumpulkan, kemudian memenuhi ruang antara langit dan bumi. Hal ini menunjukkan seberapa pun besarnya dosa, tetapi kemurahan, belas kasih Allah pengampunan-Nya jauh lebih luas dan lebih besar, sehingga tidak berimbang antara dosa dan pengampunan dan siat keagungan Allah ini tidak terhingga, sehingga dosa yang memenuhi alam ini tidak mengalahkan sifat pemurah dan pengampunan-Nya.

Sabda beliau (Allah berfirman) : "Wahai anak Adam, jika engkau menemui Aku dengan membawa dosa sebanyak isi bumi, tetapi engkau tiada menyekutukan sesuatu dengan Aku, niscaya Aku datang kepadamu dengan (memberi) ampunan sepenuh bumi pula" maksudnya adalah engkau datang kepada-Ku dengan membawa dosa-dosa sebesar bumi.

Kalimat "kemudian engkau menemui Aku" maksudnya engkau mati dalam keadaan beriman, tanpa sedikit pun menyekutukan Aku dengan apa pun tiada rasa senang bagi orang mukmin yang melebihi rasa senangnya saat ia bertemu Tuhannya. Allah berfirman : "Sungguh, Allah tidak mengampuni orang yang menyekutukan-Nya, tetapi mengampuni dosa selain dari itu kepada siapa yang dikehendaki". (QS 4 : 48)

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Tidaklah dikatakan terus-menerus berbuat dosa orang yang mau meminta ampun, sekalipun dia mengulangi tujuh puluh kali dalam sehari".

Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Mempunyai anggapan baik kepada Allah termasuk beribadah yang baik kepada

( Wallahu’alam bish-shawab )

Sumber:

1.Hadits Arba’in Imam Nawawi, Software Salafi DB

2.Hikmah Harian Republika.

Ba’da ashar, Senin 6 Rabiul Awal 1433 H/30 Januari 2012

( Musni Japrie _)