M U K A D D I M A H

M U K A D D I M A H : Sesungguhnya, segala puji hanya bagi Allah, kita memuji-Nya, dan meminta perlindungan kepada-Nya dari kejahatan diri kami serta keburukan amal perbuatan kami. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tak ada yang dapat menyesatkannya. Dan Barang siapa yang Dia sesatkan , maka tak seorangpun yang mampu memberinya petunjuk.Aku bersaksi bahwa tidak ada Rabb yang berhak diibadahi melainkan Allah semata, yang tidak ada sekutu baginya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad shalallahu’alaihi wa sallam adalah hamba dan utusannya.

Senin, 13 Juni 2011

Mari Mengacu Kepada Sholatnya Rasulullah

O l e h : Musni Japrie al Pasery

Bila kita memperhatikan prilaku orang-orang yang melakukan sholat di masjid atau dilanggar, sepertinya banyak yang tidak seragam satu dengan lainnya, terutama dalam hal gerakan-gerakan dari mulai takbiratul ihram sampai salam. Ada beberapa gerakan-gerakan tertentu yang dilakukan banyak orang yang tidak sebagaimana kelaziman dalam sholat.

Di era tahun enam puluhan atau tujuh puluhan dibanding dengan tahun-tahun terakhir ini, sangat nampak sekali perbedaan nya terutama pada beberapa gerakan tertentu. Sepertinya telah terjadi modernisasi gerakan sholat serta trend yang kemudian berkembang diikuti oleh orang banyak.

Sekarang ini banyak orang yang dalam melakukan sholatnya, sebagai contoh setelah bangkit dari ruku sambil mengucap Samiallahu liman hamidah mengangkat tangan dengan menengadahkan telapak tangan keatas layaknya berdoa.

Lain lagi pada saat membaca tahiyat awal maupun akhir, banyak orang dalam berisyarat tidak dengan satu jari (jari telunjuk) saja, tetapi menggunakan dua jari ( jempol dan telunjuk) .Dalihnya karena katanya pada saat mengucapkan kalimah dua syahadah disebutkan Allah dan Muhammad Rasulullah , sehingga isyaratnya pun harus dua jari. Sebab kalau hanya satu jari berarti tidak lengkap.

Begitu pula telah terjadi penambahan gerakan baru yang dilakukan oleh sebagian orang pada saat salam, dimana setelah mengucapkan kalimat
“ Assalamu’alaikum …” mereka mengusapkan kedua telapak tangannya kewajah mereka sambil berucap “ Alhamdullilah .. “ . Hal ini dilakukan sama seperti setelah selesai berdoa. Cara ini menurut mereka dilakukan karena sholat sama dengan berdoa sehingga dua telapak tanganharus diusapkan kemuka/wajah sambil mengucap alhamdullilah. Persis sama yang dilakukan setelah berdoa.

Selain itu dalam sholat berjamaah, setelah salam banyak orang-orang langsung menyalami teman jama’ah dikiri kanannya, yang menurut mereka sebagai perwujudan dari menegakkan hablum minannasy setelah melakukan hablum minallah pada saat sholat.

Ironisnya apa yang dilakukan oleh orang-orang dewasa dalam menambah gerakan-gerakan sebagaimana yang disebutkan diatas juga telah diikuti dan ditiru oleh para remaja dan anak-anak. Para remaja dan anak-anak yang ditanyakan tentang gerakan yang dilakukan tsb mereka menyebutkan bahwa mereka mencontohnya dari apa yang ditayangkan oleh televisi.

Selain dari yang dikemukakan diatas, sebenarnya masih banyak gerakan-gerakan dalam sholat yang dilakukan banyak orang sebagai gerakan dan tatacara yang baru, yang sengaja tidak disebutkan satu persatu dalam kesempatan ini.


Sholatnya Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam sebagai acuan/standar kaum muslimin.

Segala apa saja yang berkaitan dengan islam (agama) sudah secara tegas digariskan oleh Allah dalam Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah shalalahu ‘alaihi wasallam sebagai syari’at yang wajib dijadikan acuan oleh seluruh kaum muslimin, karena agama ini telah sempurna. Sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’ah surah al-Maidah ayat :” Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni'mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. “

Begitu juga halnya dengan tata cara sholat , Rasulullah mendapatkannya berdasarkan petunjuk dari Allah melalui malaikat Jibril kemudian beliau mencontohkannya kepada para sahabat. Tidak ada satupun yang tertinggal dan terlupakan yang oleh shabat disampailkan kepada kita umat belakangan melalui periwayatan hadits yang shahih .

Kita kaum muslimin wajib untuk mengikuti dan mencontoh/meneladani segala apa yang datangnya dari Rasulullah, dan ini sejalan dengan perintah dalam Al-Qur’an agar manusia taat,tunduk dan patuh kepada Allah dan Rasulullah.

Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam telah menyampaikan kan kepada kita secara terperinci dan gamblang mengenai ibadah sholat yang merupakan rukun terpenting yang beliau jelaskan kepada manusia , baik melalui sabda maupun perbuatan beliau . Sampai-sampai beliau pernah sholat diatas mimbar, berdiri dan ruku, setelah itu beliau bersabda kepada para sahabatnya : “ Saya melakukan hal ini agar kalian mengikuti aku dan agar kalian mengetahui sholatku “ (HR.Bukhari dan Muslim )

Karenanya wajib bagi kita dalam sholat mengikuti/mencontoh sholat beliau secara lengkap, sebagaimana sabda beliau : “ Sholatlah kalian sebagaimana kalian melihataku sholat “.

Kaifiat (tatacara) sholat yang dicontohkan oleh Rasullulah shallahu ‘alaihi wasallam kepada para shabat telah diteruskan dan disampaikan kepada kita kaum muslimin melalui hadits-hadits shahih yang tertuang dalam kitab-kitab hadits seperti Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Daud, Sunan Tirmidhi dan kitab kita hadits yang lainnya, dimana kewajiban kaum muslimin mempedomaninya. Berdasarkan kitab-kitab hadits shahih tersebut atas kerja keras para ulama yang bermanhaj kepada ulama salafus shalih. Telah berhasil disusun beberapa kitab yang menerangkan sifat sholat Nabi antara lain yang disusun oleh Ibnu Qaiyim al-Jauzi rahimaullah, syaikh Muhammad Nashirudin al-Bani rahimahullah , Syaikh AbdulAziz bin Baz rahimahullah, yaikh Muhammad Hutsaimin rahimahullah dan banyak lagi yang lainnya.

Dalam kitab sifat sholat Nabi tersebut secara detail dan lengkap penulis telah mengambil/mengutip hanya hadits-hadits shahih yang dapat dipertanggung jawabkan tentang apa dan bagaimana perilaku Nabi Muhammad shallalahu ‘alaihi wasallam melakukan sholat , dan semua hadits –hadits yang didalamnya terdapat cacat dan diperdebatkan para ulama hadits ditinggalkan.sehingga hadits –hadits yang dha’i., mau’dhu apalagi pendapat ulama samasekali ditinggalkan. Kitab-kitab itulah yang dijadikan tuntunan oleh sebagian terbesar kaum muslimin didunia dalam melaksanakan sholat, sehingga sholat mereka bersesuaian dengan sholatnya Rasullulah.

Dalam hadits-hadits yang dijadikan sandaran ibadah sholat sebagaimana yang termaktub dalam kitab-kitab sifat sholat Nabi tidak ada satupun yang menukilkan adanya gerakan-gerakan atau kaifiat tambahan yang baru dalam sholat sebagaimana yang dilakukan sebagian orang sekarang ini.

Larangan mengada-adakan hal yang baru dalam agama.

Mengingat bahwa agama islam adalah agama syari’at yang segala sesuatunya hanya disandarkan dan dilandaskan kepada al-Qur’an dan as-sunnah dan sudah disebutkan sebagai agama yang sempurna maka tentunya tidaklah lagi seharusnya ada penambahan atau mengada-adakan hal-hal yang baru. Pembuatan dan pengaturan syari’at dalam agama islam sudah selesai dengan wafatnya Rasullulah shallaahu’alaihi wasallam. Dan tidak ada hak dan kewenangan siapapun meskipun oleh ulama sehebat apapun untuk menambah-menambah aturan/syari’at dalam agama islam.
Segala sesuatu yang tidak disyari’tkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Yakni yang tidak diperintahkan baik dalamwujud perintah wajib atau bebnetuk anjuran oleh Syaikhul Islam al-Imam Ibnu Taimiyah rahimahullah disebutkan sebagai bid’ah. Ditambahkan pula oleh beliau rahimamulah bahwa “bid’ah adalah yamng bertentangan dengan Kitabullah dan Sunnah Rasul, atai ijma’ para ulama salaf berupa ibadah maupun keyakinan.

Mengutip apa yang dikatakan oleh Imam Asy-Syathibi rahimahullah, bahwa bid’ah adalah satu cara dalam agama ini yang dibuat-buat, bentuk menyerupai ajaran-ajaran syari’at yang diada-adakan. Tujuan dilaksanakannya adalah untuk berlebihan dalam ibadah kepada Allah.

Dalam kaitan mengada-adakan hal yang baru atau yang disebut dengan bid’ah dalam agama ini Rasullullah shallalahu’alaihi wasallam dalamhadits beliau menyebutkan ; “ Barang siapa yang mengamalkan suatu amalan yang tidak didasari oleh agama kami, maka amalannya tertolak “( HR. Bukhari dan Muslim ).
Sedangkan Imam An-Nawawi seorang ulama besar majhab Syafi’i pernah membicarakan hadits Aisyah radialah anhuma dengan satu penjelasan yang berharga . Beliau mengungkapkan sabda Rasullulah : “ Barang siapa yang membuat-buat ajaran di dalam agama kami ini,yang bukan darinya, maka ia tertolak “

Dari Jabir bin Abdullah diriyatkan bahwa Rasulullah bersabda : “ Bahwa sesungguhnya sebaik-baik ucapan adalah Kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad, seburuk-buruk ibadah adalah yang dibuat-buat, dan setiap yang dibuat-buat adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat “ (HRMuslim )

Dari uraian diatas yang sekaligus sebagai dasar pijakan maka sangat amatlah jelas bahwa dalam beragama yang termasuk tentunya dalam beribadah seperti melakukan sholat samasekali tidak diperkenankan memberikan tambahan-tambahan dengan gerakan-gerakan atau rukun yang baru. Sangat sempurna sholat seseorang yang mencukupinya dengan apa yang diperintahkan oleh Rasulullah shallalahu’alaihi wasallam.

Mengingat tambahan-tambahan yang dilakukan oleh kebanyakan kaum muslimin dalam sholatnya seperti yang digambarkan dibagian muka tulisan ini merupakan hal yang dilarang sesuai dengan beberapa hadits tersebut diatas, maka perilaku seperti tersebut harus dihentikan.

Kaum muslimin janganlah hendaknya mengikuti apa saja kata ustadz atau gurunya atau ulama yang mengajarkan tata cara sholat, apa yang dikatakan oleh ustadz,guru atau ulama belum tentu benar apabila tidak dilandasi oleh hadits yang shahih. Pendapat atau perkataan ulama bukan merupakan hukum, karena bisa betul dan bisa salah, kecuali pendapat dan perkataan tersebut berdasarkan kitabulah dan as-sunnah. Aga itu bukan didasarkan kepada akal pikiran dan perasaan serta perasangka belaka,tetapi harus didasarkan kepada syari’at. Apa yang menurut akal pikiran dan perasaan serta perasangka dalam agama baik, belum tentu dan tidak pasti menurut syari’at, tetapi apabila menurut syari’at baik maka sangatlah pasti itu baik dan sesuai dengan akal pikiran dan perasaan.

Sejalan dengan itu marilah kita kaum muslimin dalam beribadah hanya berpegang dengan hadits-hadits yang shahih, tinggalkan yang tidak ada dasarnya, karena perbuatan yang tidak ada dasarnya merupakan perbuatan yang sia-sia. Dan bagi mereka yang menambah-menambah atau mengada-ada dalam beragama sama saja mereka menganggap apa yang diatur oleh Allah dan Rasul-Nya belum lengkap atau belum sempurna, sehingga mereka memandang perlu memberikan tambahan-tambahan yang baru. Apa yang mereka lakukan tersebut sama dengan menganggap kedudukannya setara dengan Allah dan Rasul-nya, dan ini perbuatan syirik.

Wallahu Ta’ala ‘alam