O l e h : Musni Japrie al- Pasery.
Allah Ta’ala berfirman :
“ Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik , dan Dia mengampuni segala dosa selain syirik itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya . Barang siapa yang mepersekutuikan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. ( QS.An-Nisaa’ : 48 )”
Sebagian terbesar dari masyarakat muslim sementara ini menterjemahkan pengertian syirik hanya dalam arti yang sempit, yaitu berkaitan dengan pengertian uluhiyah atau penyembahan hanya dilakukan semata untuk Allah. Padahal syirik sebenarnya tidak hanya terbatas pada melakukan penyembahan kepada selain Allah , melainkan mempunyai pengertian dan aspek yang luas .
Karena keterbatasan memaknai syirik ini, tanpa disadari banyak orang, yang telah terjerumus kedalam lembah syirik yang dimensinya cukup luas. Salah satu contoh yang termasuk kedalam syirik ini adalah tathoyyur.
Pada tulisan berikut ini diketengahkan secara sekilas pandang tentang tathoyyur yang banyak dilakoni orang terhadap kasus menabrak mati hewan kucing yang akan mengakibatkan malapetaka kepada pihak yang menabrak. Sungguh anggapan dan keyakinan sedemikian sebenarnya juga termasuk kepada syirik.
Beberapa waktu yang lalu, ketika saya baru saja keluar dari pekarangan masjid setelah sholat ashar , sebuah mobil truck berhenti tidak jauh dari saya dan sisopir turun langsung mendekat seraya mengucapkan salam sambil menyodorkan tangannya untuk berjabat tangan , salamnya langsung saya jawab begitu pula uluran tangannya . Tanpa basa basi si sopir langsung meminta tolong agar dapat membacakan doa tolak bala pada air untuk selanjutnya disiramkan kepada trucknya, karena yang bersangkutan telah menabrak seekor kucing hingga mati. Kucing yang ditabrak ujarnya sudah dikubur dengan terlebih dahulu dibungkus dengan menggunakan baju kaos dalamnya.
Kepada si sopir saya b ertanya kenapa harus dibacakan doa tolak bala dan apa hubungannya dengan kematian kucing yang telah ditabraknya.
Si sopir kembali menjelaskan bahwa umumnya orang-orang, terutama dikalangan sopir banyak yang mempercayai bahwa apabila menabrak kucing sampai mati apabila tidak dilakukan acara selamatan dan tolak bala, maka sisopir akan mendapatkan malapetaka , seperti mendapatkan kecelakaan dijalan berupa tabrakan sesama kendaraan.
Keyakinan ini katanya diwarisi dari orang-orang tua, secara turun temurun dan dipercayai penuh oleh para pengendara. Konon katanya seringnya terjadinya peristiwa kecelakaan yang menimpa banyak kendaraan dikarenakan sebelumnya sipengendara telah menabrak seekor kucing, namun tidak dilakukan selamatan untuk menolak bala.
Setelah mengikuti secara seksama apa yang diceritakan oleh si sopir ,saya meminta maaf, karena saya tidak bisa menolongnya untuk membacakan doa tolak bala atas trucknya tersebut, karena itu berkaitan dengan aqidah. Si sopir agak terkejut mendengar jawaban dari saya , dan untuk menghindarkan kesalah pengertian , maka saya menambahkan penjelasan kepadanya , bahwa sebenarnya terjadi nya kecelakaan pada kendaraan lebih disebabkan karena kelalaian si pengendara, dan bila dikembalikan ke agama maka itu adalah ketentuan yang sudah digariskan Allah Yang Maha Menentukan segalanya. Mempercayai bahwa terjadinya kecelakaan sebagai akibat dari menabrak kucing maka kita telah melakukan kesyirikan.
Keselamatan para pengendara kendaraan b erada ditangan Allah Yang Maha Pemberi Keselamatan, karenanya kita harus bertawakkal kepada Allah. Untuk itu hendaknya setiap akan keluar rumah Rasullulah shallalahu ‘alaihi wa sallam telah mengajari kita untuk membaca doa bertawakkal kepada Allah Azza’ Jawallaa, begitu juga ketika naik keatas kendaraan ada pula doanya, dan Insya Allah , meskipun berulang-ulang menabrak kucing hingga mati, tidak akan terjadi kecelakaan.
Adanya kecelakaan , setelah menabrak kucing hingga mati, itu berkaitan dengan sugesti saja, karena setelah terjadinya peristiwa menabrak kucing hingga mati yang tidak diikuti dengan tradisi tolak bala, si sopir/pengendara selalu kepikiran kepada kemungkinan terjadinya kecelakaan sehingga tidak konsentrasi dalam mengendarakan.
Apabila meyakini kecelakaan pada kendaraan akibat karena menabrak kucing, itu sama saja dengan meyakini penyebab kecelakaan adalah si kucing yang telah ditabrak mati, dan itu sudah termasuk syirik. Karena menyamakan kedudukan kucing yang mati itu sama dengan kedudukan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah menakdirkan terjadinya kecelakaan tersebut.
Mengakhiri penjelasan dan tausyiah sayua kepada sopir tersebut saya katakan agar segera membuang jauh-jauh kepercayaan yang tidak semestinya itu dan jangan mempercayai hal-hal yang berbau takhayul dan khurafat , karena semua itu adalah kebohongan besar.
Sebagian terbesar dari masyarakat muslim sementara ini menterjemahkan pengertian syirik hanya dalam arti yang sempit, yaitu berkaitan dengan pengertian uluhiyah atau penyembahan hanya dilakukan semata untuk Allah. Padahal syirik sebenarnya tidak hanya terbatas pada melakukan penyembahan kepada selain Allah , melainkan mempunyai pengertian dan aspek yang luas .
Karena keterbatasan memaknai syirik ini, tanpa disadari banyak orang, yang telah terjerumus kedalam lembah syirik yang dimensinya cukup luas. Salah satu contoh yang termasuk kedalam syirik ini adalah tathoyyur. Sebagaimana cerita nyata yang dikemukan diatas.
1.Pengertian T a u h i d.
Sebelum memasuki pokok pembicaraan mengenai syiriknya tathoyyur maka dipandang perlu terlebih dahulu secara sepintas untuk mengemukakan pengertian tauhid, sebagai lawannya syirik.
Dalam buku buku Ensiklopedi Islam Al-Kamil , Syaikh Muhammad bin Ibrahim bin Abddullah At- Tuwairiji menulis sebagai berikut : tauhid adalah keyakinan seorang hamba,bahwa Allah itu Esa dan tidak ada sekutu bagi-, Nya, baik dalam Rububiyyah, uluhiyyah, asma ( nama-nama) dan sifatnya.
Yakni ,hendaknya seorang hamba meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah sajalah Tuhan dan Pemilik atas segala sesuatu . Dialah satu-satunya Sang Pencipta dan Pengatur alam semesta. Dialah yang berhak untuk disembah tidak sekutu bagi-Nya,dqan setaip sesembahan selain-Nyaadalah bathil . Dia memiliki sifat yang penuh dengan kesempurnaan dan suci dari segala aib kekurangan, serta baginya Asma’ Al-Husna ( nama-nama yang bagus ) dan sifat-sifat yang Maha Tinggi
Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahhab Attamimi rahimahullah dalam kitab Tauhid, mengutip beberapa firman Allah yang berkenaan dengan tauhid ini,yaitu antara lain :
Firman Allah Ta’ala dalam QS. Al- Isro : 22 :
“ Janganlah kamu adakan ilah yang lain disamping Allah, agar kamu tidak tercela dan tidak ditinggallkan ( Allah ) “
Firman Allah dalam QS.Al-Isro : 39 :
“ Dan janganlah kamu mengadakan ilah yang lain disamping Allah, yang menyebabkan kamu dilemparkan ke dalam neraka dalam keadaan tercela lagi dijauhkan ( dari rahmat Allah ).”
1.1. Tauhid Rububiyah.
Yakni , hendaknya seseorang hamba meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah Tuhan Sang Pencipta, yang Menguasai dan Mengatur alam ini, yang Sempurna dalam Zat-Nya, asma’ da sifatnya serta af’al ( perbuatan)-Nya , yang Maha Mengetahui segala sesuatu, ilmu-Nya meliputi segala sesuatu , ditangan-Nya kerajaan. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Dalam tauhid rububiyah ini lah yang wajib kita imani bahwa Allah telah menakdirkan segala bentuk kejadian baik yang bersifat baik maupun buruk kepada umat manusia.
1.2.Tauhid Uluhiyah.
Disebut juga dengan tauhid ibadah, yaitu mengesakan Allah dan setiap bentuk ibadah seperti doa, shalat, takut (khauf) , harap ( raja), dan semisalnya.
Yakni hendaknya seorang hamba meyakini dengan sepenuh hati bahwa hanya Allah yang memiliki ke-uluhiyah-an ( ketuhanan ) atas semua ciptaannya, dan hanya Dia-lah yang berhak untuk disembah. Maka tidak boleh sedikitpun memalingkan sesuatu pun dari bentuk-bentuk ibadah seperti doa, sholat ,mohon pertolongan , tawakkal, takut,pengharapan, pengorbanan, nazar dan semitsalnya kecuali hanya untuk Allah semata, maka ia telah musyrik dan kafir, sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam QS.Al-Mukminun : 117 :
“ Dan barang siapa menyembah ilah yang lain disamping Allah,padahal tidak ada satu dalilpun baginya tentang itu, maka sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tidak beruntung”
1.3.Tauhid Asma dan Sifat ( Asma’wal sifat ).
Tauhid asma dan sifat adalah mengesakan Allah dengan segala yang menjadi milik-Nya berupa nama dan sifat. Mengesakan dalam hal ini adalah dengan menetapkan apa-apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi zat-Nya , dan apa-apa yang telah ditetapkan oleh Rasul-Nya shallalahu ‘alaihi wa sallam berupa asma dan sifat dengan tanpa melakukan perubahan, penyerupaan, penghapusan, dan rekayasa . Semua itu dicakup oleh firman ASllah Ta’ala dalam QS. Asy-Syura : 11 ):
“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah Yang Maha Mendengar dan Melihat. “
2.Pengertian Syirik.
Dalam buku Ensiklopedi Insan Kamil, syaikh Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At-Tuwaijuri menyebutkan, definisi syirik adalah menyekutukan Allah Ta’ala dalam rububiyah-Nya, uluhiyah-Nya, asma ( nama-nama ) dan sifat-Nya, atau salah satunya. Jika seorang hamba meyakini bahwa ada sang Pencipta atau sang Penolong selain Allah, maka ia telah musyrik. Jika ia berkeyakinan bahwa ada tuhan selain Allah yang berhak disembah, maka ia telah musyrik. Dan ia berkeyakinan bahwa ada yang menyerupai Allah dalam asma’ ( nama ) dan sifat-Nya, maka ia telah musyrik.
Dari definisi yang disebutkan diatas, maka siapa saja yang meyakini bahwa keburukan dalam segala bentuknya baik berupa kecelakaan disebabkan oleh selain Allah adalah musyrik. Sama halnya dengan adanya sebagian orang muslim yang meyakini bahwa apabila menabrak mati kucing akan mendapatkan kecelakaan,maka ia termasuk kedalam orang-orang menyekutukan Allah dalam rububiyah-Nya.
2.1. Bahaya Syirik.
Fuad bin Abdul “Aziz Asy-Syahub dalam bukunya Kumpulan Kultum Setahun , mengatakan bahwa : dosa terbesar yang menjadi kemaksiatan kepada Allah Ta’ala adalah syirik besar. Karenanya segala amal gugur. Sehingga harga diri dan darah dihalalkan. Taubat karena hal itu adalah sesuatu yang paling wajib dilakukan. Sehingga karenanya Allah Ta’ala tidak akan menerima amal yang shalih seberapun besarnya.
Allah Ta’ala berfirman dalam QS.An-Nisa : 48 :
“ Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa selain dari ( syirik ) itu,bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mem persekutukan Allah, maka sungguh dia telah berbuat dosa yang besar “
Syaikh Abdurrahman Hasan Alu Syaikh dalam bukunya Fathul Majid Penjelasan Kitab Tauhid ( Membersihkan Akidah dari Racun Syirik )
Mengemukan bahwa : Syirik adalah menyerupakan mahluk dengan Al-Khalik ( Allah ) Subhanahu Wa Ta’ala dalam hal-hal merupakan sifat khusus Illahi, yang merupakan kemahakuasaan menjadikan bahaya dan mengaruniakan manfaat , memberi dan menahan pemberian. Yang mengharuskan ketergantungan berdoa, rasa takut, berharap, bertwakkal dan macam-macam ibadah lainnya kepada Allah saja.
Kemudian disebutkan juga bahwa barang siapa menggantungkan hal tersebut kepada mahluk itu dengan Allah, maka ia telah menyerupakan makhluk dengan Allah.
Ketahuilah bahwa orang-orang yang syirik sangat dibenci oleh Allah dan diusir dari rahmat Alllah . Allah tidak akan menerima apa yang dipersembahkan atau apa yang dia jadikan tebusan, dan surga haram baginya.
Allah Ta’ala berfirman dalam Qur’an Surah Al-Maidah: 72 :
“Penolong Sesungguhnya orang yang mensekutukan ( sesuatu dengan ) Allah, pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya adalah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu serorang penolongpun”
2.2. Ber-Tathoyyur Termasuk Syirik.
Fuad bin Abdul ‘Aziz Asy- Syalhub menyebutkan dalam bukunya kumpulan Kultum Setahun, bahwa tathoyyur sebelumnya merupakan adat kebiasaan Arab masa Jahiliyah. Jika salah seorang dari mereka hendak memutuskan suatu perjalanan atau lainnya, maka ia melepaskan burung. Jika burung itu terbang menuju kearah kanan, maka akan memunculkan rasa opitimis dan jadi berangkat pergi. Sedangkan jika burungnya terbang ke arah kiri, maka memunculkan rasa pesimis, sehingga ia tidak jadi pergi. Maka penahanan diri dan pesimistis itu dinamakan tathoyyur.
Tathoyyur kadang-kadang juga dilakukan dengan cara menggunakan penglihatan kepada suatu pertanda sebagaimana yang disebutkan diatas. Atau dengan melihat pemandangan yang buruk atau pemandangan yang mengejutkan.
Tathoyyur juga bisa dengan mendengar apa yang bida didengar seperti dengan mendengar penyebutan kematian ketika dia telah siap untuk memulai perjalanan sehingga ia menahan diri untuk tidak jadi pergi.
Dari pengertian tathoyyur sebagaimana disebutkan diatas para ulama mengatakan kepercayaan apa saja yang berkaitan dengan sesuatu yang ditemui sebagai adanya sinyal akan terjadi sesuatu misalnya kecelakaan maka termasuk dalam tathoyur. Dengan demikian dengan mempercayai bahwa apabila menabrak kucing hingga mati , maka itu termasuk dalam tathoyyur.
Ditambahkan juga oleh Fuat bin Abdul Aziz Asy-Salhub, bahwa tathoyyur menafikan/meniadakan tauhid dari dua aspek :
l. Orang bertathoyyur memutuskan tawakkalnya kepada Allah dan bersandar kepada selain-Nya.
2.Orang bertathoyyur menggantungkan dirinya kepada sesuatu yang tidak memiliki hakikat.
Tathoyyur adalah syirik sebagaimana telah disampaikan oleh Rasullulah shallalahu ‘alaihi wa sallam dalam sabda beliau :
“Tathoyyur adalah syirik, tathoyyur adalah syirik, tathoyyur adalah syirik “
( beliau mengucapkannta sebanyak 3 kali ) ( Hadits riwayat Ibnu MJah dan Ibnuu Hibban).
Hadits tersebut menunjukkan harammnya bertathoyyur, yang juga menunjukkan bahwa hal itu termasuk syirik karena di dalamnya ada ketergantungan hati kepada selain Allah.
Dalam bukunya Fathul Majid syaikh Abdurrahman Hasan Alu Syaikh mengatakan bahwa dalam shahih Muslim dari Muawilay bin Al-Hakam , bahwasanya ia berkata kepada Rasullulah shallalhu ‘alaihi wa sallam , “ Diantara kami ada orang-orang yang bertathoyyur. Beliau bersabda : “ Itu adalah sesuatu yang akan kalian temukan dalam diri kalian . akan tetapi janganlah engkau jadikan sebagai sesuatu penghalang bagimu.”
Dengan ini beliau mengabari bahwa rasa sial dan nasib malang yang ditimbulkan dari sikap tathoyyur ini hanya pada diri dan keyakinannya, bukan pada sesuatu yang ditathoyyurkan. Maka prasangka, rasa takut dan kemusyrikkannya itulah yang membuat nya bertathoyyur dan menghalangi dirinya, bukan apa yang dilihat dan apa yang didengarnya.
Rasullulah shallalahu ‘alaihi wa sallam kemudian menerangkan permasalahan tersebut kepada umatnya, dan beliau menerangkan kepada mereka tentang kesesatan tathoyyur supaya mereka tahu bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak memberikan kepada mereka sesuatu alamat atau tanda atas kesialan , atau menjadikannya sebab bagi apa yang mereka takutkan dan khawatirkan. Juga supaya hati mereka menjadi tenang dan jiwa mereka menjadi damai di hadapan ke- Esaan Allah Yang Maha Suci.
Rasullulah shallalahu ‘qalaihi wa sallam telah mengikir kelengketan syirik dari hati mereka supaya, hati mereka bersih darinya dan tidak ternoda sama sekali dengan suatu amalan ahli neraka.
Maka siapa berpegang teguh kepada ikatan tauhid yang erat dan bertawakkal kepada Allah, b erarti ia telah memutus bisikan tathoyyur sebelum bersarang dalam jiwanya. Adapun tathoyyur hanyalah berburuk sangka kepada Allah dan menganggap akan ada bahaya yang akan turun.
Ibnu Muflih mengatakan mengenai Tathoyyur : yang lebih utama tathoyyur adalah haram,karena ia adalah syirik, dan bagaimana mungkin ada orang yang mengatakan syirik menjadi makruh. Dalam syarah As-Sunan, ia berkata : Tathoyyur dikatakan syirik , karena mereka meyakini dapat mendatangkan manfaat atau menolak bahaya jika mereka berbuat sesuai dengannya, seolah-olah mereka membuat sekutu kepada Allah Ta’ala.
Syaikh Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At-Tuwaijiri Kamil menegaskan bahwa tathoyyur termasuk jenis kemusyrikan karena menggantungkan diri kepada selain Allah, dengan meyakini adanya bencana yang datang dari makhluk –makhluk yang tidak mampu mendatangkan kemanfaatan dan kemudharatan. Sesungguhnya semua itu adalah gangguan dari syetan, dan hal itu menafikan (meniadakan) tawakkal kepada Allah.
Al-Imam Muhammad bin Abdul Wahab At-Tamimi dalam buku beliau Prilaku & Akhlak Jahiliyah menyebutkan bahwa ath-thiyarah ( tathoyyur ) adalah karena ketergantungan kepada khurafat.
Berkaitan dengan adanya anggapan sebagian orang bahwa karena menabrak kucing hingga mati mengakibatkan kecelakaan bagi yang menabraknya, maka Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahab At-Tamimi dalam kitab Tauhid telah mengutip firman Allah dalam Al-Qur’an Surah Al-A’raf : 131 :
“ Ketahuilah sesungguhnya kesialan mereka itu hanyalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan dari mereka tidak mengetahui.”
Ditambahkan pula oleh beliau, bahwa Abu Dawud meriwayatkan dengan sanad shahih dari Uqbah bin ‘Amir, ia berkata : “ Thiyarah di sebut-sebut di hadapan Rasullulah shallalahu ‘alaihi wa sallam, maka beliaupun bersabda: “ Yang paling baik adalah Fa’l, dan (thiyarah tersebut ) tidak boleh menggagalkan seorang muslim ( dari niatnya ).Maka apabila salah seorang diantara kalian melihat sesuatu yang tidak disukai hendaklah ia berdoa : “ Ya Allah, tiada yang dapat mendatangkan kebaikan kecuali Engkau, tiada yang dapat menolak keburukan kecuali Engkau dan tiada daya serta kekuatan kecuali dengan pertolongan Mu”.
Dari beberapa dalil serta penjelasan yang dikemukakan oleh para ulama yang tersebut diatas ,maka secara tegas telah dinyatakan bahwa kita dilarang mempercayai segala sesuatu apa saja yang dapat dikatagorikan sebagai tathoyyur , tentunya termasuk disini mempunyai keyakinan apabila seseorang pengendara kendaraan bermotor menabrak mati kucing akan mendapatkan kecelakaan. Disebabkan karena tathoyyur itu haram dan syirik.
3.Segala Yang Menimpa Manusia, Baik Berupa Kebaikan Maupun Kemudharatan Sudah Ditentukan Dengan Takdir.
Qadar (* takdir ) adalah pengetahuan Allah yang ingin Dia wujudkan atau terjadi pada mahluk-Nya, alam semesta, kejadian dan segala sesuatu . Ketentuan tersebut dan penulisannya berada dalam Lauh Mahfuuzh. Qadar ( takdir ) merupakan rahasia Allah pada ciptaan-Nya yang tidak dapat diketahui sekalipun oleh malaikat terdekat maupun para Nabi yang diutus.
Iman kepada qadar (takdir ) adalah membenarkan dengan keyakinan yang kuat bahwa semua yang terjadi meliputi perkara yang baik maupun yang buruk serta segala sesuatu yang merupakan qada ( keputusan ) Allah dan qadar-Nya. Demikian yang dikemukakan oleh Syaikh Muhammad Bin Ibrahim Bin Abdullah At-Tuwaijiri.
Fuad bin Abdul Aziz Asy-Salhub menyebutkan bahwa iman kepada qadar adalah salah satu rukun iman yang enam.Tidak sah iman seseorang hingga dia berikrar dan beriman kepada qadar( takdir).
Allah Ta’ala berfirman: “ Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.”( QS.Al-Qamar : 49 ).
Firman Allah Ta”ala “
“ Tiada sesuatu musibah yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah. Dan barang siapa yang berIman kepada Alah ,niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu “ ( QS. At-Taghabun : 11 )
Allah Ta’ala juga berfiman :
“ Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku “ ( Al- Ahzab: 38 )
Dari beberapa firman Allah Ta’ala yang bertalian dengan qadar ( takdir ) yang tersebut diatas maka Iman kepada qadar ( takdir ) adalah mengimani bahwa semua yang ada tidak akan terjadi kecuali atas kehendak ( masyiah) dan keinginan ( iradah ) Allah, serta segala sesuatu terjadi karena keinginan Allah. Apayang diinginkan Allah pasti terjadi dan apa yang tidak dinginkan –Nya maka tidak akan ada,baik hal itu berhubungan dengan perbuatan Allah seperti mencipta,mengatur,menghidupkan, mematikan dan sebagainya, ataupun yang berhubungan dengan perbuatan makhluk-Nya berupa perbuatan,ucapan dan keadaan.
Selanjutnya mengenai takdir (qadar ) ini Ibnu Qayyim Al-Zaujiyah dalam buku beliau Qada dan Qadar mengemukakan bahwa penetapan takdir sebelum penciptaan Langit dan bumi. Sebagaimana yang diriwayatkan Imam Muslim,dari Abdullah bin Amr bin Asdh, ia bercerita, aku pernah mendengar Rasullulah shalalahu ‘alaihi wa sallam bersabda “
“ Allah telah menetapkan takdir makhluk ini sebelum Dia menciptakan langit dan bumi dalam jarak waktu lima puluh ribu tahun. Dan ‘Arsy-Nya diatas air “
Diriwayatkan pula oleh Ibnu Wahab bahwa Rasullulah shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “ Barang siapa tidak beriman kepada qadar,baik dan buruknya,maka Allah akan membakarnya dengan api neraka, “
Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an Surah Al-Hadid -22 :
“ Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi ini dan tidak pula pada diri kalian sendiri melainkan telah tertulis di dalam kitab ( lauhul Mahfuz ) sebelum kami menciptakannya “
Berdasarkan dalil-dalil yang dikemukakan diatas, maka sangat ironis sekali bila ada sebagian orang-orang yang masih berpegang dan mempercayaai tathoyyur yang jelas-jelas keharamannya serta kesyirikannya. Termasuk dalam hal ini adalah mereka-mereka yang masih b erpegang dan mempercayai khurafat, yaitu seperti mempercayai anggapan bahwa apabila pengendara menabrak kucing hingga mati, maka sipengendara akan mendapatkan kemudharatan berupa kecelakaan.
Keyakinan dan kepercayaan seperti tersebut bertolak belakang dengan dalil-dalil syar’i, sehingga seharusnya segala kepercayaan kepada yang khurafat harus dibuang jauh-jauh.
Perlu disadari oleh orang-orang yang mengaku beriman bahwa , apabila setelah menabrak kucing hingga mati , kemudian tidak berapa lama kemudian si penabrak mendapat kecelakaan, maka sebenarnya yang berkerja dalam hal ini adalah takdir yang telah ditetapkan oleh Allah.Bukan disebabkan oleh kejadian matinya kucing tersebut. Peristiwa matinya kucing yang ditabrak dengan kecelakaan yang dialami oleh sipenabrak hanyalah suatu peristiwa kebetulan saja. Namun apabila didalam benak sipenabrak/pengendara timbul dugaan atau keyakinan kecelakaan tersebut akibat matinya kucing yang ditabrak, seyogyanya segera minta ampun dan bertaubat, karena ia telah berbuat syirik kepada Allah. Sebab apabila tidak segera bertaubat sampai ajal menjemput, maka Allah tidak akan mengampuninya.
Untuk tahu lebih banyak tentang apa saja yang termasuk syirik,maka semua muslim wajib menuntut ilmu syar’I sebagai fardu a’in ( kewajiban masing-masing individual.( Wallaahu Ta’ala ‘alam )
Bahan bacaan :
1. Al-Qur’an dan Terjemahan , Departemen Agama RI.
2. Shahih Muslim oleh Syaikh Muhammad Nashirudin Al-Bani.
3. Shahih Bukhari oleh Syaikh Muhammad Nashirudin Al-Bani.
4. Shahih Abu Dawud oleh Syaikh Muhammad Nashirudin Al-Bani.
5. Kitab Tauhid oleh Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahab At- Ta’mimi.
6. Qada dan Qadar oleh Ibnu Qayyim Al-Zaujiyah.
7. Ensiklopedi Insan Kamil oleh Syaikh Muhammad Bin Ibrahim Bin Abdullah At-Tuwaijiri.
8. Kumpulan Kultum Setahun oleh Fuad Bin Abdul Aziz Asy-Salhub.
9. Fathul Majid oleh Syaikh Abdurrahman Hasan Alu Syaikh.
Samarinda, ba’da ashar 24 Rajab 1431 H/ 7 Juli 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar