M U K A D D I M A H

M U K A D D I M A H : Sesungguhnya, segala puji hanya bagi Allah, kita memuji-Nya, dan meminta perlindungan kepada-Nya dari kejahatan diri kami serta keburukan amal perbuatan kami. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tak ada yang dapat menyesatkannya. Dan Barang siapa yang Dia sesatkan , maka tak seorangpun yang mampu memberinya petunjuk.Aku bersaksi bahwa tidak ada Rabb yang berhak diibadahi melainkan Allah semata, yang tidak ada sekutu baginya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad shalallahu’alaihi wa sallam adalah hamba dan utusannya.

Sabtu, 01 Oktober 2011

Dampak Buruk Perbuatan Maksiat



By : Musni Japrie

P e n d a h u l u a n


Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
فَكُلاًّ أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ فَمِنْهُمْ مَنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُمْ مَنْ أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُمْ مَنْ خَسَفْنَا بِهِ اْلأَرْضَ وَمِنْهُمْ مَنْ أَغْرَقْنَا وَمَا كَانَ اللهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ
“Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa sebab dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil, di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan. Dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.” (Al-‘Ankabut: 40)
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (Asy-Syura: 30)
Dua ayat al-Qur’an tersebut diatas sengaja ditampilkan sebagai prolog dari artikel singkat ini untuk menggambarkan bahwa dosa-dosa buah dari akibat kemaksiatan yang dikerjakan oleh para bani Adam dimuka bumi ini tidaklah akan dibiarkan begitu saja oleh Allah Subhanahu Ta’ala, melainkan telah diperhitungkan dan pada waktunya akan mendapatkan imbalan sangsi berupa hukuman. Sangsi yang dijatuhkan oleh Allah akan perbuatan manusia itu tidak saja akan diberikan diakhirat kelak berupa siksaan di neraka, tetapi juga kalau Allah berkehendak akan diberikaan pula dimuka bumi ketika manusia masih hidup, sehingga mereka merasakan sangsi sebagai akibat perbuatannya melanggar larangan dan tidak mentaati perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Sebagian terbesar umat islam berusaha untuk menjauhi dan meninggalkan perbuatan bermaksiat kepada Allah Ta’ala seperti berbuat syirik secara nyata kepada Allah, berzinah, mencuri dan merampok, membunuh, menipu, memakan makanan yang haram seperti bangkai, darah dan babi, bunuh diri dan lain sebagainya. Hal tersebut dikarenakan mereka beranggapan perbuatan tersebut merupakan dosa besar. Namun demikian diantara mereka masih banyak yang melakukan kemaksiatan lain baik secara sadar atau tidak atau karena lupa, bahwa kemaksiatan yang membuahkan dosa sebagai akibat pelanggaran atas syari’at itu banyak jumlahnya walaupun diantaranya ada yang bersifat dosa-dosa kecil.
Betapa banyak orang-orang yang meninggalkan sholat fardhu dengan sengaja padahal sholat sebagai kewajiban pokok seseorang yang mengaku sebagai muslim, mereka melakukan sholat hanya 2 kali setahun pada saat idul fitri dan idul adha,itu dapat dibuktikan dengan membanjirnya jama’ah hingga kelapangan, tetapi tidak sedemikian adanya pada sholat jum’at. Lagi-lagi pada sholat fardhu 5 waktu, masjid dan surau atau mushalla kosong melompong dari jama’ah.Lebih-lebih lagi pada waktu sholat subuh. Sungguh memprihatinkan kondisi rumah-rumah ibadah muslim yang tidak dihiraukan oleh umatnya.
Perhatikanlah betapa banyak orang-orang yang secara sengaja melanggar larangan agama dengan meminum minuman keras, mengkonsumsi narkoba, apalagi yang namanya merokok sudah tak terbilang lagi, tidak hanya orang-orang dewasa, anak-anak muda dan remaja tetapi juga anak-anak dibawah umur juga melakukannya. Sungguh kegiatan merokok sebagai perbuatan haram dan maksiat telah dilakukan secara terbuka dan dilakukan beramai-ramai.
Tak dapat terhitung banyaknya ragam kemaksiatan yang dikerjakan oleh anak manusia dinegeri ini selain apa yang disebutkan diatas, seperti mengghibah (menggunjing), memfitnah, berburuk sangka, menuduh, membuat kezaliman dalam berbagai bentuknya, makan riba, menipu, ingkar janji, membuka aurat, pergaulan bebas muda mudi, mencemarkan nama baik, mencuri, menggarong dan lain-lain sebagainya.

Peringatan Al-Qur’an tentang azab akibat perbuatan maksiat

Allah Subhanahu Ta’ala berfirman :
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Qur'an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kiab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.(QS Yusuf 109-111).
Sesungguhnya, terdapat banyak contoh dalam kisah-kisah tentang masyarakat di waktu lampau bagi orang-orang yang dikaruniai kepahaman. Kehancuran mereka yang disebabkan oleh pemberontakan mereka terhadap Allah dan penolakan terhadap perintah-perintah-Nya, kaum-kaum ini mengungkapkan kepada kita betapa lemah dan tidak berdayanya umat manusia dihadapan Allah.
Di dalam al-Quran banyak ayat-ayat yang menceritakan tentang akibat adanya perbuatan makasiat yang dilakukan oleh manusia, sehingga Allah menjadi marah dan kemudian menjatuhkan sanksi berupa hukuman-hukuman yang mengakibatkan kesengsaraan bagi sipembuat maksiat.
Iblis karena kesombongan dan keangkuhannya tidak mentaati perintah Allah Subhanahu Ta’ala yaitu membangkang untuk tidak mau bersujud kepada Adam, Allah lalu murka kepada Iblis serta mengusirnya keluar dari surge.
Tatkala Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan Adam ‘alaihissallam dengan Tangan-Nya, Ia memuliakannya di hadapan para malaikat dengan memerintahkan mereka sujud kepadanya. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengajarinya nama-nama segala sesuatu serta menempatkannya bersama istrinya Hawa di dalam surga, tempat berhuninya beragam nikmat. Allah Subhanahu wa Ta’ala juga memperingatkan kepada keduanya dari bahaya godaan Iblis serta melarang keduanya dari memakan dari buah pohon di surga, sebagai ujian.
Tetapi Iblis yang terkutuk selalu menggoda dengan bujuk rayunya yang manis hingga Adam dan Hawa memakan dari pohon yang terlarang tersebut. Keduanya pun bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka dengan serta-merta lepaslah baju keduanya sehingga tampak auratnya. Kemudian keduanya dikeluarkan dari surga ke bumi, tempat yang penuh dengan kekeruhan dan keletihan. Namun Allah Subhanahu wa Ta’ala masih sayang kepada mereka berdua di mana keduanya sadar akan kesalahannya dan bertaubat sehingga Allah Subhanahu wa Ta’ala mengampuninya.
Perhatikan peristiwa yang menimpa Adam dan Hawa! Tadinya menempati surga dengan keindahannya serta dihormati oleh malaikat. Namun dengan satu kemaksiatan, kemuliaan dicabut, bajupun menjadi lepas sehingga tersingkap auratnya, serta harus menjalani kehidupan yang sengsara di dunia setelah sebelumnya hidup sentosa di surga.
Allah Ta’ala telah memberikan ganjara di dunia dengan berbagai pesan yang sangat jelas, baik itu berupa azab, kenikmatan, dan siksaan, semua telah berlaku pada umat terdahulu. Para pelaku keburukan dan kejahatan serta tindakan yang menyeleweng dan menyimpang seperti, kaumnya Nuh, ‘Ad, Tsamud, kaum Luth, penduduk Madyan, dan kaumnya Fir’aun, selama mereka berada di dunia, mereka sudah dihancur-leburkan oleh Allah Rabbul Aziz. Apalagi, bila yang berbuat maksiat itu bukan hanya rakyat , tapi justru para pemimpin, yang menjadi tauladan dalam kedurhakaan kepada Allah. Seperti berbuat tidak adil, berdusta (berbohong), bersumpah palsu, bertindak sewenang-wenang, menjauhkan rakyat dan kaumnya dari agama Allah, membunuh dengan tanpa alasan yang sangat jelas, dan dibolehkan oleh Allah. Maka, semua itu akan menyebabkan lahirnya bencana dan azab dari Allah Ta’ala.
Allah Ta’ala berfirman :
وَقَالَ الَّذِي آمَنَ يَا قَوْمِ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُم مِّثْلَ يَوْمِ الْأَحْزَابِ
مِثْلَ دَأْبِ قَوْمِ نُوحٍ وَعَادٍ وَثَمُودَ وَالَّذِينَ مِن بَعْدِهِمْ وَمَا اللَّهُ يُرِيدُ ظُلْمًا لِّلْعِبَادِ
وَيَا قَوْمِ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ يَوْمَ التَّنَادِ
يَوْمَ تُوَلُّونَ مُدْبِرِينَ مَا لَكُم مِّنَ اللَّهِ مِنْ عَاصِمٍ وَمَن يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ
Wahai kaumku, sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa (bencana) seperti peristiwa kehancuran golongan yang bersekutu. (Yakni) seperti keadaan kaum Nuh, ‘Ad, dan orang-orang yang datang sesudah mereka. Dan Allah tidak menghendaki berbuat kezaliman terhadapmu akan siksaan hari panggil-memanggil, (yaitu) hari (ketika) kamu (lari) berpaling ke belakang, tiak ada bagimu seseorang pun yang menyelamatkan kamu dari (azab) Allah, dan siapa yang disesatkan Allah, niscaya tidak ada baginya seseorang pun yang akan memberi petunjuk”. (al-Mukmin : 30-33).
.AllahSubhanahuwaTa'alaberfirman:
فَكُلاًّ أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ فَمِنْهُمْ مَنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُمْ مَنْ أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُمْ مَنْ خَسَفْنَا بِهِ اْلأَرْضَ وَمِنْهُمْ مَنْ أَغْرَقْنَا وَمَا كَانَ اللهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ
“Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa sebab dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil, di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan. Dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.”
(Al-‘Ankabut: 40)
Firman Allah Ta’ala :
-
أَلَمْ يَأْتِهِمْ نَبَأُ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ قَوْمِ نُوحٍ وَعَادٍ وَثَمُودَ وَقَوْمِ إِبْرَاهِيمَ وِأَصْحَابِ مَدْيَنَ وَالْمُؤْتَفِكَاتِ أَتَتْهُمْ رُسُلُهُم بِالْبَيِّنَاتِ فَمَا كَانَ اللّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَـكِن كَانُواْ أَنفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ
“Belumkah datang kepada mereka berita penting tentang orang-orang yang sebelum mereka, (yaitu) kaum Nuh, 'Aad, Tsamud, kaum Ibrahim, penduduk Madyan dan negeri-negeri yang telah musnah? Telah datang kepada mereka rasul-rasul dengan membawa keterangan yang nyata, maka Allah tidaklah sekali-kali menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri”.( QS .At-Taubah : 70)

Firman Allah Ta’ala :
وَلَمَّا جَاء أَمْرُنَا نَجَّيْنَا شُعَيْبًا وَالَّذِينَ آمَنُواْ مَعَهُ بِرَحْمَةٍ مَّنَّا وَأَخَذَتِ الَّذِينَ ظَلَمُواْ الصَّيْحَةُ فَأَصْبَحُواْ فِي دِيَارِهِمْ جَاثِمِينَ

“Dan tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Syu'aib dan orang-orang yang beriman bersama-sama dengan dia dengan rahmat dari Kami, dan orang-orang yang zalim dibinasakan oleh satu suara yang mengguntur, lalu jadilah mereka mati bergelimpangan di rumahnya. “ (QS.Huud : 94 )

Dari beberapa ayat al-Qur’an yang dikutipkan sebagaimana tersebut diatas, jelas digambarkan bagaimana Allah Subhanahu Ta’ala telah memberikan sanksi hukuman akibat perbuatan maksiat kaum-kaum terdahulu dan hendaklah peristiwa yang telah berlalu cukup menjadi pelajaran yang berharga bagi orang-orang yang setelahnya. Karena orang yang baik adalah yang mampu mengambil pelajaran dari orang lain dan bukan menjadi pelajaran yang jelek bagi generasi setelahnya


Dampak Perbuatan Makasiat

Sesungguhnya banyak orang yang telah menyemai perbuatan maksiat namun mereka sepertinya tidak mempedulikan bahwa apa yang mereka semai akan mereka petik buahnya berupa dosa yang akan dibayar oleh Allah Ta’ala dalam bentuk hukuman tidak saja di akhirat kelak tetapi juga akan dirasakan dampaknya di dunia.
Para Ulama terdahulu dalam banyak tulisannya dibeberapa kitab menyebutkan bahwa perbuatan maksiat yang dilakukan oleh anak manusia akan memberikan dampak antara lain :

Dosa menghalangi seorang dari memperoleh ilmu yang bermanfaat. Karenailmu merupakan cahaya yang Allah Subhanahu wa Ta'ala letakkan pada hati seseorang, sedangkan maksiat yang akan meredupkan cahaya tersebut. Tatkala Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullahu duduk di hadapan gurunya, Al-Imam Malik, sang guru melihat kesempurnaan pemahaman Asy-Syafi’i t. Maka ia berpesan kepadanya: “Sungguh, aku memandang Allah Subhanahu wa Ta'ala telah meletakkan pada hatimu cahaya, maka janganlah kau padamkan dengan gelapnya kemaksiatan.”

Maksiat menyebabkan seorang terhalang dari rizki, sebagaimana sebaliknya yaitu takwa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala akan mendatangkan rizki.

Adanya kegersangan pada hati orang yang berbuat maksiat dan kesenjangan antara dia dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Disulitkan urusannya, sehingga tidaklah ia menuju kepada suatu perkara kecuali ia mendapatkannya tertutup.
Kegelapan yang ia dapatkan pada hatinya. Ibnu ‘Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata: “Sesungguhnya kebaikan mendatangkan sinar pada wajah, cahaya di hati, luasnya rizki, kuatnya badan, dan dicintai oleh makhluk. Sedangkan kejelekan (kemaksiatan) akan menimbulkan hitamnya wajah, gelapnya hati, lemahnya badan, berkurangnya rizki, dan kebencian hati para makhluk.

Kemaksiatan melenyapkan barakah umur serta memendekkannya. Karena, sebagaimana kebaikan menambahkan umur, maka (sebaliknya) kedurhakaan memendekkan umur.

Setiap kemaksiatan adalah melahirkan kemaksiatan yang lainnya.Orang yang minum minuman keras lalu mabuk dan lupa diri sehingga dengan mudahnya melakukan perzinahan kemudian, akibat minuman keras sering terjadi pertengkaran, perkelahian dan berujung pada saling bunuh.

Kemaksiatan menjadikan seorang hamba hina di mata Allah Subhanahu wa Ta'ala. Al-Hasan Al-Bashri rahimahullahu berkata: “Mereka (pelaku maksiat) rendah di hadapan Allah Subhanahu wa Ta'ala sehingga mereka bermaksiat kepada-Nya, karena seandainya mereka orang yang mulia di hadapan Allah Subhanahu wa Ta'ala niscaya Allah akan jaga mereka dari dosa.

Kemaksiatan mengundang kehinaan, merusak akal. Dan jika dosa telah banyak maka pelakunya akan ditutup hatinya sehingga digolongkan sebagai orang–orang yang lalai.

Dosa memunculkan berbagai kerusakan di muka bumi, pada air, udara, tanaman, buah-buahan, dan tempat tinggal.
Kemaksiatan menghilangkan sifat malu yang merupakan pokok segala kebaikan serta melemahkan hati pelakunya.
Kemaksiatan menyebabkan hilangnya nikmat dan mendatangkan adzab. Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu berkata: Subhanahu wa Ta'ala berfirman: “Tidaklah turun suatu bencana kecuali karena dosa, dan tidaklah dicegah suatu bencana kecuali dengan taubat. Allah
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (Asy-Syura: 30)
Diantara dampak perbuatan maksiat lainnya, yaitu hilangnya anggapan maksiat itu jelek. Orang yang gemar melakukan perbuatan maksiat, berarti sama dengan menorehkan titik hitam di dalam hatinya, sampai akhirnya tertutup dengan titik-titik itu akibat dosanya. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad dan Imam Tirmidzi dengan sanad yang jayyid (bagus), dari Abu Shalih dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, dia berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

إِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا أَذْنَبَ ذَنْبًا نُكِتَ فِي قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فَإِنْ تَابَ وَنَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ صُقِلَ قَلْبُهُ وَإِنْ زَادَ زَادَتْ حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ فَذَلِكَ الرَّانُ الَّذِي ذَكَرَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ فِي الْقُرْآنِ كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Sesungguhnya seorang mukmin, jika melakukan satu perbuatan dosa, maka ditorehkan di hatinya satu titik hitam. Jika ia bertaubat, berhenti dan minta ampun, maka hatinya akan dibuat mengkilat (lagi). Jika semakin sering berbuat dosa, maka titik-titik itu akan bertambah sampai menutupi hatinya. Itulah raan yang disebutkan Allah dalam Al Qur’an.Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka. [Al Muthaffifin:14].[6]

Pemilik hati seperti ini, tidak akan bisa membedakan antara yang baik dan buruk dalam pandangan Allah dan RasulNya, kecuali sesuatu yang dianggap baik atau buruk oleh hawa nafsunya. Tolok ukurnya bukan lagi firman Allah atau sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Ia tidak menganggap jelek perbuatan maksiat yang dinyatakan jelek oleh Allah dan RasulNya, sehingga ia tidak merasa malu melakukan perbuatan maksiat di hadapan khalayak. Ia melakukan perbuatan maksiat dengan terang-terangan, bahkan dengan bangga ia menceritakan perbuatan maksiatnya yang tidak diketahui oleh orang lain. Orang-orang seperti ini termasuk golongan orang-orang yang tidak mendapatkan ampunan dari Allah, terhalangi dari pintu taubat baginya, bahkan biasanya tertutup. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam.
Setiap umatku akan dimaafkan, kecuali mujahirin (pelaku maksiat dengan terang-terangan). Dan termasuk dalam mujaharah (berbuat maksiat dengan terang-terangan), (yaitu) seseorang melakukan satu perbuatan pada malam hari, kemudian dia memasuki waktu pagi dan Allah menutupi perbuatannya itu, lalu ia mengatakan “Wahai, fulan. Semalam aku melakuan ini dan itu” Dia tidur semalam dan Allah menutupi perbuatannya, lalu ketika memasuki waktu pagi dia membuka tabir Allah. [HR Bukhari Muslim].[7]

Perbuatan maksiat juga akan melemahkan hati. Ini merupakan akibat yang paling mengkhawatirkan atas seorang hamba. Dosa akan melemahkan keinginan hati, keingian berbuat maksiat semakin menguat, sementara keinginan untuk bertaubat sedikit demi sedikit semakin melemah. Sampai akhirnya, keinginan untuk bertaubat hilang sama sekali. Kalau seandainya, hati seseorang mati separuh saja, maka dia tidak akan bisa bertaubat, (apalagi kalau mati total). Akibatnya, dia akan sering melakukan istighfar atau taubat dusta, sementara hatinya tertambat dengan perbuatan maksiat, dan dia tetap berazam untuk melakukannya ketika kondisi memungkinkan. Inilah penyakit hati yang paling berat dan paling dekat kepada kehancuran.
Jangan Menganggap remeh Dosa

Kebanyakan orang sekarang ini menganggap remeh suatu dosa terlebih jika itu dosa dikatagorikan sebagai dosa kecil. Sehingga ia terus-menerus melakukannya dan tidak memperdulikannya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memperingatkan akan hal ini dengan sabdanya:
إِيَّاكُمْ وَمُحَقَّرَاتِ الذُّنُوبِ فَإِنَّمَا مَثَلُ مُحَقَّرَاتِ الذُّنُوبِ كَمَثَلِ قَوْمٍ نَزَلُوا بَطْنَ وَادٍ، فَجَاءَ ذَا بِعُوْدٍ وَجَاءَ ذَا بِعُودٍ، حَتَّى حَمَلُوا مَا انْضَجُّوا بِهِ خُبْزَهُمْ وَإِنَّ مُحَقَّرَاتِ الذُّنُوبِ مَتَى يُؤْخَذْ بِهَا صَاحِبُهَا تُهْلِكْهُ
“Berhati-hatilah kalian dari dosa-dosa kecil. Karena perumpamaan dosa kecil seperti suatu kaum yang singgah pada suatu lembah lalu datang seorang dengan membawa satu dahan (kayu bakar) dan yang lain (juga) membawa satu dahan hingga mereka telah mengumpulkan sesuatu yang bisa menjadikan roti mereka matang. Dan sesungguhnya dosa-dosa kecil, ketika pelakunya diadzab dengannya maka akan membinasakannya.” (HR. Ahmad, Ath-Thabarani), Waspadalah dari dosa dan jangan tertipu karena kecil atau sedikitnya. Lihatlah bagaimana dahulu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memotong tangan seorang pencuri karena mencuri (hanya) 3 dirham seperti dalam Shahih Al-Bukhari (no. 6795).
Dan seorang wanita masuk neraka gara-gara kucing yang dikurungnya. Dia tidak memberinya makan dan tidak melepasnya agar bisa memakan serangga bumi sehingga kurus dan mati. (Muslim)
Demikian pula dahulu di zaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ada seorang yang terbunuh di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala sehingga para sahabat memberikan ucapan selamat kepadanya. Tetapi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan: “Tidak. Sesungguhnya pakaian yang dia curi dari harta rampasan perang Khaibar yang belum dibagi-bagi akan menyala atasnya api neraka.” [Muslim]

K e s i m p u l a n

Dari uraian diatas maka seyogyanya kita menyadari bahwa perbuatan maksiat yang dilakukan oleh kebanyakan orang sebagai bentuk pelanggaran dari perintah agama akan membuahkan dosa yanmg berujung kepada dijatuhkannya sanksi baik nanti diperhitungkan diakhirat dan juga akan dirasakan dampaknya di dunia baik oleh orang perorang maupun oleh masyarakat luas yang termasuk di dalamnya mereka-mereka yang tidak berdosa. Contohnya berbagai musibah bencana alam. Karenanya hendaknya kita berupaya untuk menujauhi dan meninggalkan b erbagai bentuk kemaksiatan sekecil apapun, apalagi kemasksiatan yang termasuk dalam dosa besar.
Janganlah kita sampai meninggalkan istigfar meminta ampun atas segala bentuk kesalahan dan kelalaian kita dari Allah Subhanahu Ta’ala Yang Maha Pengampun. ( Wallaahu Ta’ala ‘alam)
Dipetik dari berbagai sumber
Samarinda,1- September 2011/4- Dzulqa’idah 1432 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar