M U K A D D I M A H

M U K A D D I M A H : Sesungguhnya, segala puji hanya bagi Allah, kita memuji-Nya, dan meminta perlindungan kepada-Nya dari kejahatan diri kami serta keburukan amal perbuatan kami. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tak ada yang dapat menyesatkannya. Dan Barang siapa yang Dia sesatkan , maka tak seorangpun yang mampu memberinya petunjuk.Aku bersaksi bahwa tidak ada Rabb yang berhak diibadahi melainkan Allah semata, yang tidak ada sekutu baginya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad shalallahu’alaihi wa sallam adalah hamba dan utusannya.

Selasa, 29 Januari 2013

TRADISI BUDAYA YANG MENYERET UMAT KEDALAM NERAKA




P e n d a h u l u a n

Begitu gencarnya upaya beberapa pihak di negeri ini untuk melestarikan tradisi budaya dengan menampilkan slogan-slogan antara lain agar anak cucu generasi belakangan tidak kehilangan jati diri dan budaya bangsa,maka berbagai tradisi warisan budaya peninggalan nenek moyang terus dipertahankan dan dikembangkan sedemikian rupa serta dijadikan sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Dan malah pihak pemerintah melalui instansi terkait secara khusus memiliki program dan proyek dengan biaya yang besar untuk membiayai berbagai kegiatan yang berkaitan dengan mempertahakan dan melestarikan tradisi budaya tersebut. Selain juga ada motip lain di dalamnya yaitu mengembangkan pariwisata.
Tradisi budaya warisan nenek moyang yang sengaja dipertahankan dan dikembangkan sedemikian rupa tersebut tentunya ada yang bernilai positip, namun tentunya ada pula yang bernilai negative terutama dipandang dari sudut syari’at Islam.

Sudah bukan hal yang baru di masyarakat seantero jagat Nusantara ini, adat dan tradisi budaya melekat pada setiap diri invidu yang diaplikasikan dalam berbentuk kesehariannya, tidak saja dalam acara seremonial tetapi juga dalam sikap hidup mereka. Dimana kebanyakan semua itu dilakukan baik secara sadar atau tanpa sadar sebagai perwujudan pemberian penghormatan terhadap adat istiadat, tradisi dan budaya yang diwarisi secara turun temurun dari generasi kegenerasi.
Adat istiadat dan budaya yang dianggap sebagai tradisi yang telah mendarah daging di dalam kehidupan   sebagian masyarakat negeri ini menurut sejarah sebagai warisan baik dari kultur nenek moyang manusia primitif dengan kepercayaannya pada animisme dan dinamisme, kemudian dari agama para leluhur sebelum datangnya Islam yang membawa agama tauhid..

Berbagai Ragam Tradisi Warisan Budaya Yang Terus Dipertahankan Masyarakat di Indonesia
1.    
Bukanlah hal yang asing lagi di tengah—tengah masyarakat muslim di negeri ini, ada diantara mereka sekelompok orang yang sengaja menjadi tokoh penggerak dan sponsor untuk menyelenggarakan berbagai pesta adat dengan dalih untuk melestarikan tradisi budaya bangsa. Tradisi adat b udaya yang sengaja dipelihara dan dikembangkan secara turun menurun dan merupakan warisan dari nenek moyang berabad-abad silam tersebut antara lain adalah :
1.    Tradisi Pesta Sedekah  laut
Pesta laut banyak diselenggarakan oleh kalangan masyarakat nelayan yang berdomisili di daerah pesisir/pantai dan biasanya dilakukan setiap setahun sekali dengan ritual melarungkan atau menghanyutkan sesajen ( sesajian ) yang terdiri dari berbagai makanan dan hewan yang telah disembelih (kerbau, kambing atau ayam ). Sesajen yang disiapkan dalam sebuah perahu kecil yang sengaja disiapkan untuk itu diarak beramai-ramai oleh penduduk ketengah laut dengan menggunakan  perahu/kapal layaknya karnaval perahu /kapal hias, sesampai ditengah laut sesajen dilarung/dihanyutkan. Namun sebelumnya seorang tokoh kampung terlebih dahulu membacakan doa-doa secara islami yang bercampur dengan mantera-mantera.
Pesta/sedekah laut tersebut dimaksudkan untuk memberikan sesembahan kepada makhluk halus/jin  yang mereka sebut sebagai dewa penguasa laut sebagai ucapan rasa syukur dan terimakasih atas rezeki yang diberikan kepada para nelayan berupa hasil tangkapan. Selain itu juga dimaksudkan untuk meredam kemarahan penguasa laut yang dapat membahayakan keselamatan para nelayan selama melaut menangkap ikan. Memberikan sesajen juga sebagai persembahan kepada penguasa laut agar hasil tangkapan para nelayan selama setahun kedepan akan meningkat.
Pesta atau sedekah laut berasal dari kepercayaan   pemujaan dewi laut serta dewi perikanan, dimana pemujaan tersebut agar nelayan mendapatkan hasil tangkapan yang banyak., oleh penduduk pesisir yang terus dilestarikan dari  generasi kegenerasi berikutnya meskipun mereka menganut Islam
.
2. Tradisi Pesta Sedekah Bumi
Masyarakat yang hidup dengan mata pencaharian sebagai petani selepas dari panen dan menjelang musim tanam yang baru, menyelenggarakanpesta sedekah bumi dengan menyelenggarakan keramaian berupa  pertunjukan wayang semalam suntuk. Didalam pesta sedekah bumi tersebut penduduk menyiapkan berbagai rupa sesajen.Sesajen tersebut dipersembahkan oleh penduduk kepada yang mereka sebut sebagai roh halus atau jin penguasa bumi sebagai bentuk rasa terimakasih karena telah memberikan hasil bumi kepada mereka serta berharap hasil bumi  yang mereka usahakan akan berlipat ganda, selain itu juga agar penduduk terhindar dari berbagai bentuk bencana . Selain sesajen tidak ketinggalan disiapkan pula nasi tumpeng.Dalam pemberian sesajen tersebut acara juga dilakukan ritual berupa pembacaan doa yang bercampur dengan mantera-mantera. Pesta sedekah bumi ini juga dimaksudkan untuk meredam kemarahan para roh halus dan jin penguasa bumi dengan memberikan .
Dalam puncaknya acara ritual sedekah bumi di akhiri dengan melantunkan doa bersama-sama oleh masyarakat setempat dengan dipimpin oleh sesepuh adat. Doa dalam sedekah bumi tersebut umumnya dipimpin oleh sesepuh kampung yang sudah sering dan terbiasa mamimpin jalannya ritual tersebut. Ada yang sangat menarik dalam lantunan doa yang ada dilanjutkan dalam ritual tersebut. Yang menarik dalam lantunan doa tersebut adalah kolaborasi antara lantunan kalimat kalimat Jawa dan dipadukan dengan doa yang bernuansa Islami.
Ritual sedekah bumi yang sudah menjadi rutinitas bagi masyarakat jawa ini merupakan salah satu jalan dan sebagai simbol penghormatan manusia terhadap tanah yang menjadi sumber kehidupan.
Upacara ritual sedekah bumi bersumber dari kepercayaan nenek moyang pada masa hindu dan budha yang mempercayai akan dewi padi yang dipuja pada musim-musim menanam padi, panen dan menyimpan padi dalam lumbung.

3.Tradisi Memberikan Tumbal ( Mengorbankan ternak hewan sembelihan )

Ritual mempersembahkan tumbal atau sesajen kepada makhuk halus atau jin yang dianggap sebagai penunggu atau penguasa tempat tertentu . Mereka meyakini makhluk halus tersebut memiliki kemampuan untuk memberikan kebaikan atau menimpakan malapetaka kepada siapa saja, sehingga dengan mempersembahkan tumbal atau sesajen mereka berharap dapat meredam kemarahan makhluk halus itu dan agar segala permohonan mereka dipenuhinya. Tumbal yang diberikan biasanya dalam bentuk hewan ternak yang sengaja dikorbankan/disembelih dengan maksud sebagai persembahan kepada makhluk halus atau jin  yang diyakini sebagai penunggu atau penguasa sesuatu tempat.
Pemberian tumbal yang dilakukan antara lain :
a.Tumbal hewan ternak untuk keperluan pembangunan proyek-proyek besar, seperti jembabatan, pelabuhan laut, pelabuhan udara, gedung-gedung, stadion, menara-menara .Hewan ternak yang dikorbankan sebagai tumbal  dapat berupa kerbau, sapi atau kambing yang disembelih yang kepalanya  ditanamkan dalam lubang pada saat pemancangan tiang utama yang tentunya dilakukan dengan upacara adat/ritual tertentu. Selanjutnya diadakan selamatan dengan membacakan doa secara islami dengan suguhan beruapa makanan dengan lauk pauk utamanya dari daging hewan tumbal.

b .Tumbal untuk kawah gunung berapi.
 Dimana hewan yang dijadikan tumbal secara hidup-hidup dilemparkan kedalam kawah bersama-sama dengan sesajen lainnya berupa makanan dan buah-buahan sertahasil bumi lainnya, yang tentunya  tidak ketinggalan pula nasi tumpeng.

4.Tradisi Pesta Adat Tahunan

Pada setiap masyarakat suku dan daerah memiliki pesta adat tahunan yang rutin oleh masyarakatnya. Belakangan tradisi pesta adat tahunan tersebut dikaitkan penyelenggaraannya  dengan peringatan dengan hari ulang tahun Kabupaten atau kota. Sebagai contoh di beberapa kabupaten di Kalimantan Timur seperti di Kabupaten Kutai Kertanegara, Kutai Timur, Kabupaten Berau dan ditempat lain, setiap penyelenggaraan peringatan hari jadi kabupaten diisi dengan kegiatan utamanya pesta adat, dimana dalam pesta adat tersebut pasti diselenggarakan upacara yang bersifat magis dan sakral serta sangat kental dengan aroma peninggalan zaman nenek moyang yang mempunyai kepercayaan animisme dan dinamisme serta tidak ketinggalan pula pengaruh agama hindu dan budha. Dalam ritualnya tidak pernah ketinggalan yang namanya memberikan sesajen dan bepalas benua, juga tarian-tarian belian memanggil roh-roh penguasa bumi. Seluruh tokoh-tokoh atau para pemuka adat dari suku-suku di pedalaman aktif terlibat dalam prosesi dan ritual penyembahan kepada yang mereka namakan roh-roh ghaib/halus penguasa alam semesta agar para penduduk negeri dapat diberikan perlindungan darei segala bentuk bencana sebagai akibat kemarahan yang ditimbulkan oleh roh-roh jahat.
Memberikan Sesembahan Kepada Sesuatu Selain Allah
Sebagaimana dimaklumi bahwa tradisi adat budaya yang terus dipelihara dan dijadikan kegiatan rutin oleh sebagian masyarakat seperti tradisi  pesta laut, pesta/sedekah bumi dan sedekah pada kawah-kawah gunung dan tradisi lainnya dengan ritual-ritual tertentu serta menyajikan berbagai makanan dan lauk pauk serta kepala hewan ternak yang sengaja dikorbankan adalah sebagai persembahan kepada makhluk yang diyakini sebagai penguasa laut, penguasa bumi, penguasa gunung dan penguasa-penguasa lainnya.
Persembahan sesajen dan tumbal tersebut dilakukan sebagai bentuk rasa terimakasih mereka kepada penguasa selain Allah yang diyakini mereka telah memberikan rezeki, diyakini telah memberikan perlindungan dan keselamatan, selain itu juga untuk menghindarkan agar jangan sampai yang dianggap sebagai penguasa tersebut tidak menjadi murka kepada umat manusia.Karenanya sepantaslah kepada mereka tersebut diberikan sesembahan berupa sesajen dan tumbal sebagai bentuk pengorbanan .
Tradisi adat budaya yang diwarisi dari nenek moyang dari zaman jahiliyah yang tidak mengenal tauhid sebagaimana disebutkan diatas tiada lain adalah menganggap bahwa penguasa laut, penguasa bumi, penguasa gunung dan penguasa-penguasa lainnya yang ditakuti dan harus diberikan sesembahan sebagai tuhan-tuhan lain selain Allah. Makhluk-makhluk yang diyakini sebagai tuhan-tuhan selain Allah tersebut dianggap mempunyai kekuasaan, kekuatan dan kemampuan seperti yang dimiliki oleh Allah, yaitu mampu memberikan rez eki, mampu memberikan perlindungan, dapat mendatangkan kebaikan dan kemudharatan. Karenanya harus ditakuti, harus diagungkan dan harus diberikan sesembahan.
Dari gambaran tersebut diatas maka sangat jelas bahwa mereka-mereka yang secara rutin menyelenggarakan upacara ritual dengan memberikan sesajen dan tumbal kepada makhluk selain Allah sesungguhnya telah melakukan penyembahan kepada sesuatu selain Allah ta’ala
Tradisi Budaya Yang Menyeret Manusia Ke Jurang Neraka Jahanam
Berbagai tradisi warisan budaya yang selama ini masih banyak dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat yang mengaku dirinya sebagai muslim, ternyata mengandung kesyirikan yang nyata. Karena dalam tradisi tersebut mengandung banyak sekali perilaku keyakinan bahwa ada kekuatan atau kekuasaan lain selain Allah yang dapat memberikan kemaslahatan dan kemudharatan bagi manusia.Dilihat dari segi syari’at agama perbuatan yang mempercai adanya kekuatan lain yang dapat menimbulkan kemudharatan dan dapat memberian perlindungan kepada manusia sebagai makhluk adalah suatu perbuatan yang sama dengan mengadakan tandingan atas Allah Yang Maha Esa. Kepercayaan ini dinamakan syirik. Karena syirik itu tidak hanya sebatas menyembah atau sujud kepada selain Allah Subhanahu Wata’ala, tetapi segala macam perbuatan yang mengarah kepada pengakuan adanya kekuatan dan kekuasaan lain yang menyamai kekuasaan dan kekuatan Allah Subhanahu Wata’ala dikatagorikan dengan syirik.
Segala bentuk ritual memberikan sesembahan yang dilakukan oleh sebagian kalangan dengan berdalihkan sebagai adat kebiasaan yang diwarisi dari nenek moyang tiada lain adalah wujud nyata dari perbuatan menyekutukan Allah subhanahu wa ta’ala, karena Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam samasekali tidak pernah memerintahkan kepada umatnya untuk memberikan sesembahan dalam bentuk sesajen sebagaimana yang dilakukan pada upacara adat sedekah/pesta laut, pesta/sedekah bumi, memberikan tumbal kegunung merapi.
Pemberian sesembahan berupa sesajen dalam upacara adat yang dilakukan masyarakat melalui pesta-pesta adat tiada lain adalah sebagai bentuk ketaatan dan ketakutan mereka kepada sesuatu selain Allah. Mereka-mereka tersebut telah mengagung-agungkan makhluk lain sebagai sesuatu selain Allah, memberikan sesembahan berupa sesajen, bersyukur kepada sesuatu selain Allah yang dianggap telah memberikan perlindungan, memberikan rezeki dan memberikan keselamatan, padahal sebenarnya yang memberikan perlindungan,memberikan keselamatan dan yang memberikan rezeki tiada lain hanyalah Allah ta’ala bukan siapa-siapa.
Mereka-mereka lebih takut kepada makhluk yang dianggap sebagai penguasa laut,penguasa bumi, penguasa gunung-gunung, tetapi mereka tidak takut kepada Allah yang telah menciptakan semuanya .Apa yang telah mereka lakukan merupakan perbuatan dosa yang paling besar karena perbuatan tersebut tiada lain adalah perbuatan syirik
Sangat disayangkan sekali sebagian masyarakat yang mengaku sebagai muslim dan ta’at melakukan ibadah namun mereka secara sadar dan dengan senang hati melakukan atau ikut serta dalam kegiatan melakukan ritual-ritual dalam rangka penyelenggaraan pesta adat yang didalamnya terdapat ritual pemberian sesembahan kepada selain Allah. Mereka merasa tidak melakukan perbuatan yang bertentangan dengan akidah dan semua itu merupakan akibat dari kejahilan mereka terhadap ilmu agama.
Sungguh sangat nyata sekali bahwa pergelaran tradisi budaya warisan leluhur yang dilangsungkan secara rutin oleh banyak orang diberbagai tempat yang memberikan sesajen dan tumbal sebagai persembahan kepada sesuatu yang dianggap sebagai tuhan-tuhan selain Allah telah  mengikuti jejak syetan yang mengajak kepada jurang neraka jahanam.

Hanya Allah Subhanahu wa ta’ala Yang Maha Pencipta Sebagai Satu-Satunya yang Wajib Untuk Disembah.
Allah ta’ala berfirman :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (QS. Adz-Dzariyat:56)
Maksud dari kata “menyembah” di ayat ini adalah mentauhidkan Allah dalam segala macam bentuk ibadah, sebagaimana telah dijelaskan oleh Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu, seorang sahabat dan ahli tafsir. Ayat ini dengan tegas menyatakan bahwa tujuan penciptaan jin dan manusia di dunia ini hanya untuk beribadah kepada Allah saja. Tidaklah mereka diciptakan agar menghabiskan waktu untuk bermain-main dan bersenang-senang belaka. Sebagaimana firman Allah:
وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاء وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا لَاعِبِينَ
لَوْ أَرَدْنَا أَن نَّتَّخِذَ لَهْوًا لَّاتَّخَذْنَاهُ مِن لَّدُنَّا إِن كُنَّا فَاعِلِينَ
Dan tidaklah Kami ciptakan Iangit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dengan bermain-main [955].
Sekiranya Kami hendak membuat sesuatu permainan, (isteri dan anak), tentulah Kami membuatnya dari sisi Kami [956]. Jika Kami menghendaki berbuat demikian, (tentulah Kami telah melakukannya). ( QS. Al Anbiyaa’ : 16-17 )
K e t e r a n g a n :
 [955] Maksudnya: Allah menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya itu adalah dengan maksud dan tujuan yang mengandung hikmat.\
[956] Maksud: "dari sisi Kami" ialah yang sesuai dengan sifat-sifat Kami
Allah subhanahu wa ta’ala yang menciptakan manusia mempunyai hak atas hamba-Nya yaitu di ibadahinya Allah oleh hamba, sebagaimana dijelaskan dalam hadits dari Mu’adz bin Jabal radhyallahu’anhu :
صحيح البخاري ٢٦٤٤: حَدَّثَنِي إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ سَمِعَ يَحْيَى بْنَ آدَمَ حَدَّثَنَا أَبُو الْأَحْوَصِ عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ عَنْ عَمْرِو بْنِ مَيْمُونٍ عَنْ مُعَاذٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
كُنْتُ رِدْفَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى حِمَارٍ يُقَالُ لَهُ عُفَيْرٌ فَقَالَ يَا مُعَاذُ هَلْ تَدْرِي حَقَّ اللَّهِ عَلَى عِبَادِهِ وَمَا حَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللَّهِ قُلْتُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ فَإِنَّ حَقَّ اللَّهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوهُ وَلَا يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَحَقَّ الْعِبَادِ عَلَى اللَّهِ أَنْ لَا يُعَذِّبَ مَنْ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلَا أُبَشِّرُ بِهِ النَّاسَ قَالَ لَا تُبَشِّرْهُمْ فَيَتَّكِلُوا\
Shahih Bukhari 2644: dari Mu'adz radliallahu 'anhu berkata: "Aku pernah membonceng di belakang Nabi shallallahu 'alaihi wasallam diatas seekor keledai yang diberi nama 'Uqoir lalu Beliau bertanya: "Wahai Mu'adz, tahukah kamu apa hak Allah atas para hamba-Nya dan apa hak para hamba atas Allah?" Aku jawab: "Allah dan Rosul-Nya yang lebih tahu". Beliau bersabda: "Sesungguhnya hak Allah atas para hamba-Nya adalah hendaklah beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun dan hak para hamba-Nya atas Allah adalah seorang hamba tidak akan disiksa selama dia tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun". Lalu aku berkata: "Wahai Rasulullah, apakah boleh aku menyampaikan kabar gembira ini kepada manusia?" Beliau menjawab: "Jangan kamu beritahukan mereka sebab nanti mereka akan berpasrah saja".
Syirik Perbuatan Yang Tidak Diampuni

Islam telah mensyari’atkan sebagai kewajiban yang mutlak tanpa bisa ditawar-tawar bagi setiap pemeluknya untuk mentauhidkan Allah Yang Maha Esa, baik tauhid Uluhiyah yaitu mengesakan Allah Subhanahu Wata’ala dengan segala bentuk ibadah yang lahir maupun bathin, dalam wujud ucapan maupun perbuatan, lalu menolak segala bentuk ibadah terhadap selain Allah Ta’ala bagaimanapun bentuk dan perwujudannya.
Islam juga mensyari’atkan kewajiban mutlak bagi pemeluknya untuk mentauhidkan Allah dalam tauhid Rububiyah, yaitu pengakuan sejati bahwa Allah adalah Rabb dari segala sesuatu dan raja dari segala sesuatu,pencipota dan pemelihara segala sesuatu, yang berhak mengatur segala sesuatu. Allah tidak memilki sekutu dalam kekuasaannya, tidak ada yang menolong-Nya, karena Dia Lemah ( tapi justeru Dia Maha Mampu), Tidak ada yang bisa menolak keputusan-Nya. Tidak ada yang bisa melawan-Nya, tidak ada yang bbisa menandingi-Nya. Tidak ada yang bisa nenentang-Nya

Syaikh Al- Allamah Hafizh bin Ahmad Al-Hikami dalam buku Pintar Aqidah Ahlussunnah, menyebutkan bahwa kebalikan/lawan dari tauhid Uluhiyah adalah syirik.Syirik sendiri ada dua macam,pertama adalah syirik b esar yang berlawanan secara totaliktas dengan tauhid uluhiyah. Yang kedua adalah syirik kecil yang bisa merusak kesempurnaan tauhid..Selanjutnya dijelaskan dalam buku tersebut bahwa syirik besar terjadi apabila seorang hamba menjadikan selain Allah sebagai sekutu-Nya yang ia menyamakannya dengan Rabbul ‘alamin, mencintainya seperti mencintai Allah, takut kepadanya seperti takutnya kepada Allah,minta perlindungan dan berdoa kepadanya . Takut dan berharap kepadanya, mencinta dan bertawakkal kepadanya, menaatinya dalam bermaksiat kepada Allah, atau mengikutinya meski berlawanan dengan keridhaan Allah.
Atas dasar itu maka bandingkanlah apa yang dilakukan oleh kebanyakan orang-orang yang mempunyai tradisi menyediakan sesajen  bagi roh-roh halus, ghaib, jin dan syetan atau sesuatu yang dianggap dapat mendatangkan marabahaya/kemudharatan kalau tidak diberikan sesajen, dan akan terlindungi oleh mereka apabila disediakan piduduk. Sangatlah jelas dan nampak terang benderang tidak terselubung bahwa apa yang diperbuat itu suatu kesyirikan besar.
Sungguh manusia sudah berbuat keterlaluan dan melakukan sesuatu yang tidak ada tuntunannya kecuali hanya sekedar mengikuti hawa nafsu yang didalamnya ada bisikan dan godaan syetan yang dilaknat, dan itu mereka lakukan berdasarkan tradisi yang diwariskan oleh nenek moyang yang masih jahiliyah, tidak kenal akan tauhid, atau mereka ikuti dari meniru perbuatan orang-orang non muslim.
  Mereka-mereka yang terbiasa dengan pekerjaan berbuat syirik kepada Allah dengan menyediakan sesajen , diancam oleh Allah berupa ancaman tidak akan diberikan ampunan, sebagaimana dengan melakukan perbuatan dosa lainnya selain syirik. Ini ditegaskan dalam al-Qur’an surah An- Nisaa ayat 48 :
إِنَّ اللّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاء وَمَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.(QS. An Nisaa: 48 )

Terhadap orang-orang yang berbuat syirik disebut Allah sebagai orang yang tersesat sejauh-jauhnya sebagaima bunyiAl-Qur’an surah An-Nisaa’ ayat 116 :
إِنَّ اللّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاء وَمَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلاَلاً بَعِيدًا
Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya. (QS. An Nisaa: 116 )
Orang-orang yang melakukan kesyirikan seperti mereka-mereka yang mempertahankan budaya tradisi syirik dalam kehidupannya sehari-hari  diancam oleh Allah SubhanahuWata’ala dengan hukuman api neraka, sebagaimana yang tercantum dalam al-Qur’an surah Al-Maa-idah ayat 72 :

- إِنَّهُ مَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللّهُ عَلَيهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنصَارٍ 
Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.(QS. Al Maa’idah : 72 )
Hadits Rasullullah shallallahu’alaihi wa salam juga menyinggung hal yang sama sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abdullah radhyallahu’anhu :
صحيح مسلم ١٢٤: حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَإِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ قَالَ إِسْحَقُ أَخْبَرَنَا جَرِيرٌ وَقَالَ عُثْمَانُ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ أَبِي وَائِلٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ شُرَحْبِيلَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ
سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الذَّنْبِ أَعْظَمُ عِنْدَ اللَّهِ قَالَ أَنْ تَجْعَلَ لِلَّهِ نِدًّا وَهُوَ خَلَقَكَ قَالَ قُلْتُ لَهُ إِنَّ ذَلِكَ لَعَظِيمٌ قَالَ قُلْتُ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ ثُمَّ أَنْ تَقْتُلَ وَلَدَكَ مَخَافَةَ أَنْ يَطْعَمَ مَعَكَ قَالَ قُلْتُ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ ثُمَّ أَنْ تُزَانِيَ حَلِيلَةَ جَارِكَ
Shahih Muslim 124: dari Abdullah dia berkata, "Aku bertanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, "Dosa apakah yang paling besar di sisi Allah?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Kamu membuat tandingan bagi Allah (syirik), sedangkan Dialah yang menciptakanmu." Aku berkata, "Sesungguhnya dosa demikian memang besar. Kemudian apa lagi?" Beliau bersabda: "Kemudian kamu membunuh anakmu karena khawatir dia makan bersamamu." Aku bertanya lagi, "Kemudian apa lagi?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. bersabda: "Kamu berzina dengan isteri tetanggamu."

 Kepada mereka-mereka akhlus syirik yang meskipun tanpa sadar telah melakukan kesyirikan karena kejahilannya terhadap ilmu agama, maka tidak ada cara lain yang harus dipilih dan ditempuh kecuali melakukan taubat meminta ampun atas prilaku sesat yang telah dilakukan, karena taubat dapat menghapus segala dosa, karena Allah telah menjanjikannya dalam Al-Qur’an sesuai dengan yang tercantum dalam surah Az-Zumar ayat 53:

-قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa ] semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS.Az-Zumar : 53 )

 Menurut Allah Ta’ala setiap orang bertaubat niscaya mendapatkan ampunan termasuk mereka yang melakukan kesyirikan, asalkan mereka bertaubat sebelum nafasnya tinggal ditenggorokan ( sebelum ajal/kematian ) dan matahari terbit dari sebelah barat (kiamat). Apabila mati dalam keadaan syirik dan tidakbertaub at sebelumnya maka Allah tidak akan mengampuninya lagi.

P e n u t u p
Sebagian besar masyarakat Muslim beranggapan bahwa yang namanya menyekutukan Allah subhanahu wa ta’ala dengan sesuatu selain-Nya yang lazim dinamakan syirik itu hanya terbatas pada  penyembahan kepada berhala-berhala atau patung-patung sebagaimana yang dilakukan oleh kaum musyrikin Arab pada zaman Rasullullah shallallahu’alahi wa sallam .
 Pengertian syirik itu sesungguhnya sangatlah luas mencakup segala hal yang berkaitan dengan keyakinan mendudukkan sesuatu selain Allah sejajar dengan kedudukan Allah subhanahu wa ta’ala.

Perbuatan syirik yang banyak dilakukan oleh sebagian masyarakat Muslim di negeri ini adalah warisan peninggalan nenek moyang yang hidup di zaman kepercayaan animisme, dinamisme dan hindu serta budha. Peninggalan dari nenek moyang tersebut hingga sekarang terus dilestarikan sebagai tradisi budaya meskipun budaya dan tradisi tersebut sangat bertentangan dengan aqidah Islam yang mentauhidkan Allah.
Masyarakat Muslim yang masih kental mempertahankan budaya tradisi warisan nenek moyang mereka menganggap bahwa melestarikan tradisi budaya bangsa perlu dilakukan karena dianggap mempunyai keariban local, mereka samasekali tidak mau mengindahkan larangan agama.
Masyarakat Muslim yang masih memegang teguh warisan budaya syirik tersebut seyogyanya segera bertaubat dan menuntut ilmu agama khususnya ilmu tauhid, ilmu tentang mengesakan Allah. Insya Allah akan selamatlah kelak dari siksa api neraka . Bersegeralah meninggalkan segala bentuk tradisi syirik yang samasekali tidak memberikan manfaat.
 ( Wallahu’alam )
Sumber :
1.Al-Qur’an dan Terjemahan, www.Salafi-Db
2.Ensiklopedi Hadits Kitab 9 Imam, www.Lidwa-Pusaka.com
3.Parasit Akidah,A.D.El.Marzdedeq, Syaamil
4.Kitab Tauhid ( Terjemahan) , Syaikh Muhammad bin Abdul Wahb ab at Tamimi, Darul Ilmi
5.Buletin At-Tauhid
6. Artikel www.yufidia.com
7.Artikel Muslim Or.Id
Selesai disusun,ba’da ashar,17 Rabiul Awwal 1434H/29 Januari 2013 M (Musni Japrie)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar