P e n d a h u l u a n
Begitu gencarnya upaya
beberapa pihak di negeri ini untuk melestarikan tradisi budaya dengan
menampilkan slogan-slogan antara lain agar anak cucu generasi belakangan tidak
kehilangan jati diri dan budaya bangsa,maka berbagai tradisi warisan budaya
peninggalan nenek moyang terus dipertahankan dan dikembangkan sedemikian rupa
serta dijadikan sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Dan malah pihak
pemerintah melalui instansi terkait secara khusus memiliki program dan proyek
dengan biaya yang besar untuk membiayai berbagai kegiatan yang berkaitan dengan
mempertahakan dan melestarikan tradisi budaya tersebut. Selain juga ada motip
lain di dalamnya yaitu mengembangkan pariwisata.
Tradisi budaya warisan nenek
moyang yang sengaja dipertahankan dan dikembangkan sedemikian rupa tersebut
tentunya ada yang bernilai positip, namun tentunya ada pula yang bernilai
negative terutama dipandang dari sudut syari’at Islam.
Sudah bukan hal yang baru di
masyarakat seantero jagat Nusantara ini, adat dan tradisi budaya melekat pada
setiap diri invidu yang diaplikasikan dalam berbentuk kesehariannya, tidak saja
dalam acara seremonial tetapi juga dalam sikap hidup mereka. Dimana kebanyakan
semua itu dilakukan baik secara sadar atau tanpa sadar sebagai perwujudan
pemberian penghormatan terhadap adat istiadat, tradisi dan budaya yang diwarisi
secara turun temurun dari generasi kegenerasi.
Adat istiadat dan budaya yang dianggap sebagai tradisi yang telah mendarah daging di dalam kehidupan sebagian masyarakat negeri ini menurut sejarah sebagai warisan baik dari kultur nenek moyang manusia primitif dengan kepercayaannya pada animisme dan dinamisme, kemudian dari agama para leluhur sebelum datangnya Islam yang membawa agama tauhid..
Berbagai Ragam Tradisi Warisan Budaya Yang Terus Dipertahankan Masyarakat di Indonesia
Adat istiadat dan budaya yang dianggap sebagai tradisi yang telah mendarah daging di dalam kehidupan sebagian masyarakat negeri ini menurut sejarah sebagai warisan baik dari kultur nenek moyang manusia primitif dengan kepercayaannya pada animisme dan dinamisme, kemudian dari agama para leluhur sebelum datangnya Islam yang membawa agama tauhid..
Berbagai Ragam Tradisi Warisan Budaya Yang Terus Dipertahankan Masyarakat di Indonesia
1.
Bukanlah hal yang asing lagi di tengah—tengah masyarakat muslim di negeri ini, ada diantara mereka sekelompok orang yang sengaja menjadi tokoh penggerak dan sponsor untuk menyelenggarakan berbagai pesta adat dengan dalih untuk melestarikan tradisi budaya bangsa. Tradisi adat b udaya yang sengaja dipelihara dan dikembangkan secara turun menurun dan merupakan warisan dari nenek moyang berabad-abad silam tersebut antara lain adalah :
Bukanlah hal yang asing lagi di tengah—tengah masyarakat muslim di negeri ini, ada diantara mereka sekelompok orang yang sengaja menjadi tokoh penggerak dan sponsor untuk menyelenggarakan berbagai pesta adat dengan dalih untuk melestarikan tradisi budaya bangsa. Tradisi adat b udaya yang sengaja dipelihara dan dikembangkan secara turun menurun dan merupakan warisan dari nenek moyang berabad-abad silam tersebut antara lain adalah :
1. Tradisi Pesta
Sedekah laut
Pesta laut banyak
diselenggarakan oleh kalangan masyarakat nelayan yang berdomisili di daerah
pesisir/pantai dan biasanya dilakukan setiap setahun sekali dengan ritual
melarungkan atau menghanyutkan sesajen ( sesajian ) yang terdiri dari berbagai
makanan dan hewan yang telah disembelih (kerbau, kambing atau ayam ). Sesajen
yang disiapkan dalam sebuah perahu kecil yang sengaja disiapkan untuk itu diarak
beramai-ramai oleh penduduk ketengah laut dengan menggunakan perahu/kapal
layaknya karnaval perahu /kapal hias, sesampai ditengah laut sesajen
dilarung/dihanyutkan. Namun sebelumnya seorang tokoh kampung terlebih dahulu
membacakan doa-doa secara islami yang bercampur dengan mantera-mantera.
Pesta/sedekah laut tersebut
dimaksudkan untuk memberikan sesembahan kepada makhluk halus/jin yang
mereka sebut sebagai dewa penguasa laut sebagai ucapan rasa syukur dan
terimakasih atas rezeki yang diberikan kepada para nelayan berupa hasil
tangkapan. Selain itu juga dimaksudkan untuk meredam kemarahan penguasa laut
yang dapat membahayakan keselamatan para nelayan selama melaut menangkap ikan.
Memberikan sesajen juga sebagai persembahan kepada penguasa laut agar hasil tangkapan
para nelayan selama setahun kedepan akan meningkat.
Pesta atau sedekah laut berasal dari kepercayaan pemujaan dewi laut serta dewi perikanan, dimana pemujaan tersebut agar nelayan mendapatkan hasil tangkapan yang banyak., oleh penduduk pesisir yang terus dilestarikan dari generasi kegenerasi berikutnya meskipun mereka menganut Islam
Pesta atau sedekah laut berasal dari kepercayaan pemujaan dewi laut serta dewi perikanan, dimana pemujaan tersebut agar nelayan mendapatkan hasil tangkapan yang banyak., oleh penduduk pesisir yang terus dilestarikan dari generasi kegenerasi berikutnya meskipun mereka menganut Islam
.
2. Tradisi Pesta Sedekah Bumi
2. Tradisi Pesta Sedekah Bumi
Masyarakat yang hidup dengan
mata pencaharian sebagai petani selepas dari panen dan menjelang musim tanam
yang baru, menyelenggarakanpesta sedekah bumi dengan menyelenggarakan keramaian
berupa pertunjukan wayang semalam suntuk. Didalam pesta sedekah bumi
tersebut penduduk menyiapkan berbagai rupa sesajen.Sesajen tersebut
dipersembahkan oleh penduduk kepada yang mereka sebut sebagai roh halus atau
jin penguasa bumi sebagai bentuk rasa terimakasih karena telah memberikan hasil
bumi kepada mereka serta berharap hasil bumi yang mereka usahakan akan
berlipat ganda, selain itu juga agar penduduk terhindar dari berbagai bentuk
bencana . Selain sesajen tidak ketinggalan disiapkan pula nasi tumpeng.Dalam
pemberian sesajen tersebut acara juga dilakukan ritual berupa pembacaan doa
yang bercampur dengan mantera-mantera. Pesta sedekah bumi ini juga dimaksudkan
untuk meredam kemarahan para roh halus dan jin penguasa bumi dengan memberikan
.
Dalam puncaknya acara ritual
sedekah bumi di akhiri dengan melantunkan doa bersama-sama oleh masyarakat
setempat dengan dipimpin oleh sesepuh adat. Doa dalam sedekah bumi tersebut
umumnya dipimpin oleh sesepuh kampung yang sudah sering dan terbiasa mamimpin
jalannya ritual tersebut. Ada yang sangat menarik dalam lantunan doa yang ada
dilanjutkan dalam ritual tersebut. Yang menarik dalam lantunan doa tersebut
adalah kolaborasi antara lantunan kalimat kalimat Jawa dan dipadukan dengan doa
yang bernuansa Islami.
Ritual sedekah bumi yang sudah menjadi rutinitas bagi masyarakat jawa ini merupakan salah satu jalan dan sebagai simbol penghormatan manusia terhadap tanah yang menjadi sumber kehidupan.
Upacara ritual sedekah bumi bersumber dari kepercayaan nenek moyang pada masa hindu dan budha yang mempercayai akan dewi padi yang dipuja pada musim-musim menanam padi, panen dan menyimpan padi dalam lumbung.
Ritual sedekah bumi yang sudah menjadi rutinitas bagi masyarakat jawa ini merupakan salah satu jalan dan sebagai simbol penghormatan manusia terhadap tanah yang menjadi sumber kehidupan.
Upacara ritual sedekah bumi bersumber dari kepercayaan nenek moyang pada masa hindu dan budha yang mempercayai akan dewi padi yang dipuja pada musim-musim menanam padi, panen dan menyimpan padi dalam lumbung.
3.Tradisi Memberikan Tumbal ( Mengorbankan ternak hewan sembelihan )
Ritual mempersembahkan tumbal atau sesajen kepada makhuk halus atau jin yang dianggap sebagai penunggu atau penguasa tempat tertentu . Mereka meyakini makhluk halus tersebut memiliki kemampuan untuk memberikan kebaikan atau menimpakan malapetaka kepada siapa saja, sehingga dengan mempersembahkan tumbal atau sesajen mereka berharap dapat meredam kemarahan makhluk halus itu dan agar segala permohonan mereka dipenuhinya. Tumbal yang diberikan biasanya dalam bentuk hewan ternak yang sengaja dikorbankan/disembelih dengan maksud sebagai persembahan kepada makhluk halus atau jin yang diyakini sebagai penunggu atau penguasa sesuatu tempat.
Pemberian tumbal yang dilakukan antara lain :
a.Tumbal hewan ternak untuk keperluan pembangunan proyek-proyek besar, seperti jembabatan, pelabuhan laut, pelabuhan udara, gedung-gedung, stadion, menara-menara .Hewan ternak yang dikorbankan sebagai tumbal dapat berupa kerbau, sapi atau kambing yang disembelih yang kepalanya ditanamkan dalam lubang pada saat pemancangan tiang utama yang tentunya dilakukan dengan upacara adat/ritual tertentu. Selanjutnya diadakan selamatan dengan membacakan doa secara islami dengan suguhan beruapa makanan dengan lauk pauk utamanya dari daging hewan tumbal.
b .Tumbal untuk kawah gunung berapi.
Dimana hewan yang dijadikan tumbal secara
hidup-hidup dilemparkan kedalam kawah bersama-sama dengan sesajen lainnya
berupa makanan dan buah-buahan sertahasil bumi lainnya, yang tentunya
tidak ketinggalan pula nasi tumpeng.
4.Tradisi Pesta Adat Tahunan
Pada setiap masyarakat suku dan daerah memiliki pesta adat tahunan yang rutin oleh masyarakatnya. Belakangan tradisi pesta adat tahunan tersebut dikaitkan penyelenggaraannya dengan peringatan dengan hari ulang tahun Kabupaten atau kota. Sebagai contoh di beberapa kabupaten di Kalimantan Timur seperti di Kabupaten Kutai Kertanegara, Kutai Timur, Kabupaten Berau dan ditempat lain, setiap penyelenggaraan peringatan hari jadi kabupaten diisi dengan kegiatan utamanya pesta adat, dimana dalam pesta adat tersebut pasti diselenggarakan upacara yang bersifat magis dan sakral serta sangat kental dengan aroma peninggalan zaman nenek moyang yang mempunyai kepercayaan animisme dan dinamisme serta tidak ketinggalan pula pengaruh agama hindu dan budha. Dalam ritualnya tidak pernah ketinggalan yang namanya memberikan sesajen dan bepalas benua, juga tarian-tarian belian memanggil roh-roh penguasa bumi. Seluruh tokoh-tokoh atau para pemuka adat dari suku-suku di pedalaman aktif terlibat dalam prosesi dan ritual penyembahan kepada yang mereka namakan roh-roh ghaib/halus penguasa alam semesta agar para penduduk negeri dapat diberikan perlindungan darei segala bentuk bencana sebagai akibat kemarahan yang ditimbulkan oleh roh-roh jahat.
Memberikan
Sesembahan Kepada Sesuatu Selain Allah
Sebagaimana dimaklumi bahwa
tradisi adat budaya yang terus dipelihara dan dijadikan kegiatan rutin oleh
sebagian masyarakat seperti tradisi
pesta laut, pesta/sedekah bumi dan sedekah pada kawah-kawah gunung dan
tradisi lainnya dengan ritual-ritual tertentu serta menyajikan berbagai makanan
dan lauk pauk serta kepala hewan ternak yang sengaja dikorbankan adalah sebagai
persembahan kepada makhluk yang diyakini sebagai penguasa laut, penguasa bumi,
penguasa gunung dan penguasa-penguasa lainnya.
Persembahan sesajen dan
tumbal tersebut dilakukan sebagai bentuk rasa terimakasih mereka kepada
penguasa selain Allah yang diyakini mereka telah memberikan rezeki, diyakini
telah memberikan perlindungan dan keselamatan, selain itu juga untuk
menghindarkan agar jangan sampai yang dianggap sebagai penguasa tersebut tidak
menjadi murka kepada umat manusia.Karenanya sepantaslah kepada mereka tersebut
diberikan sesembahan berupa sesajen dan tumbal sebagai bentuk pengorbanan .
Tradisi adat budaya yang
diwarisi dari nenek moyang dari zaman jahiliyah yang tidak mengenal tauhid
sebagaimana disebutkan diatas tiada lain adalah menganggap bahwa penguasa laut,
penguasa bumi, penguasa gunung dan penguasa-penguasa lainnya yang ditakuti dan
harus diberikan sesembahan sebagai tuhan-tuhan lain selain Allah.
Makhluk-makhluk yang diyakini sebagai tuhan-tuhan selain Allah tersebut
dianggap mempunyai kekuasaan, kekuatan dan kemampuan seperti yang dimiliki oleh
Allah, yaitu mampu memberikan rez eki, mampu memberikan perlindungan, dapat
mendatangkan kebaikan dan kemudharatan. Karenanya harus ditakuti, harus
diagungkan dan harus diberikan sesembahan.
Dari gambaran tersebut diatas
maka sangat jelas bahwa mereka-mereka yang secara rutin menyelenggarakan
upacara ritual dengan memberikan sesajen dan tumbal kepada makhluk selain Allah
sesungguhnya telah melakukan penyembahan kepada sesuatu selain Allah ta’ala
Tradisi
Budaya Yang Menyeret Manusia Ke Jurang Neraka Jahanam
Berbagai tradisi warisan
budaya yang selama ini masih banyak dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari
oleh masyarakat yang mengaku dirinya sebagai muslim, ternyata mengandung
kesyirikan yang nyata. Karena dalam tradisi tersebut mengandung banyak sekali
perilaku keyakinan bahwa ada kekuatan atau kekuasaan lain selain Allah yang
dapat memberikan kemaslahatan dan kemudharatan bagi manusia.Dilihat dari segi
syari’at agama perbuatan yang mempercai adanya kekuatan lain yang dapat
menimbulkan kemudharatan dan dapat memberian perlindungan kepada manusia
sebagai makhluk adalah suatu perbuatan yang sama dengan mengadakan tandingan
atas Allah Yang Maha Esa. Kepercayaan ini dinamakan syirik. Karena syirik itu
tidak hanya sebatas menyembah atau sujud kepada selain Allah Subhanahu
Wata’ala, tetapi segala macam perbuatan yang mengarah kepada pengakuan adanya
kekuatan dan kekuasaan lain yang menyamai kekuasaan dan kekuatan Allah
Subhanahu Wata’ala dikatagorikan dengan syirik.
Segala bentuk ritual
memberikan sesembahan yang dilakukan oleh sebagian kalangan dengan berdalihkan
sebagai adat kebiasaan yang diwarisi dari nenek moyang tiada lain adalah wujud
nyata dari perbuatan menyekutukan Allah subhanahu wa ta’ala, karena Allah
subhanahu wa ta’ala dan Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam samasekali
tidak pernah memerintahkan kepada umatnya untuk memberikan sesembahan dalam
bentuk sesajen sebagaimana yang dilakukan pada upacara adat sedekah/pesta laut,
pesta/sedekah bumi, memberikan tumbal kegunung merapi.
Pemberian sesembahan berupa
sesajen dalam upacara adat yang dilakukan masyarakat melalui pesta-pesta adat
tiada lain adalah sebagai bentuk ketaatan dan ketakutan mereka kepada sesuatu
selain Allah. Mereka-mereka tersebut telah mengagung-agungkan makhluk lain
sebagai sesuatu selain Allah, memberikan sesembahan berupa sesajen, bersyukur
kepada sesuatu selain Allah yang dianggap telah memberikan perlindungan,
memberikan rezeki dan memberikan keselamatan, padahal sebenarnya yang
memberikan perlindungan,memberikan keselamatan dan yang memberikan rezeki tiada
lain hanyalah Allah ta’ala bukan siapa-siapa.
Mereka-mereka lebih takut
kepada makhluk yang dianggap sebagai penguasa laut,penguasa bumi, penguasa
gunung-gunung, tetapi mereka tidak takut kepada Allah yang telah menciptakan
semuanya .Apa yang telah mereka lakukan merupakan perbuatan dosa yang paling
besar karena perbuatan tersebut tiada lain adalah perbuatan syirik
Sangat disayangkan sekali
sebagian masyarakat yang mengaku sebagai muslim dan ta’at melakukan ibadah namun
mereka secara sadar dan dengan senang hati melakukan atau ikut serta dalam
kegiatan melakukan ritual-ritual dalam rangka penyelenggaraan pesta adat yang
didalamnya terdapat ritual pemberian sesembahan kepada selain Allah. Mereka merasa
tidak melakukan perbuatan yang bertentangan dengan akidah dan semua itu
merupakan akibat dari kejahilan mereka terhadap ilmu agama.
Sungguh sangat nyata sekali
bahwa pergelaran tradisi budaya warisan leluhur yang dilangsungkan secara rutin
oleh banyak orang diberbagai tempat yang memberikan sesajen dan tumbal sebagai
persembahan kepada sesuatu yang dianggap sebagai tuhan-tuhan selain Allah telah
mengikuti jejak syetan yang mengajak
kepada jurang neraka jahanam.
Hanya Allah
Subhanahu wa ta’ala Yang Maha Pencipta Sebagai Satu-Satunya yang Wajib Untuk
Disembah.
Allah ta’ala berfirman :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ
وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
(QS. Adz-Dzariyat:56)
Maksud dari kata “menyembah”
di ayat ini adalah mentauhidkan Allah dalam segala macam bentuk ibadah,
sebagaimana telah dijelaskan oleh Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu, seorang sahabat
dan ahli tafsir. Ayat ini dengan tegas menyatakan bahwa tujuan penciptaan jin
dan manusia di dunia ini hanya untuk beribadah kepada Allah saja. Tidaklah
mereka diciptakan agar menghabiskan waktu untuk bermain-main dan
bersenang-senang belaka. Sebagaimana firman Allah:
وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاء
وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا لَاعِبِينَ
لَوْ أَرَدْنَا أَن نَّتَّخِذَ
لَهْوًا لَّاتَّخَذْنَاهُ مِن لَّدُنَّا إِن كُنَّا فَاعِلِينَ
Dan tidaklah Kami ciptakan Iangit dan bumi dan segala
yang ada di antara keduanya dengan bermain-main [955].
Sekiranya Kami hendak membuat
sesuatu permainan, (isteri dan anak), tentulah Kami membuatnya dari sisi Kami
[956]. Jika Kami menghendaki berbuat demikian, (tentulah Kami telah
melakukannya). ( QS. Al Anbiyaa’ : 16-17 )
K e t e r a n g a n :
[955] Maksudnya: Allah menciptakan langit dan
bumi dan apa yang ada di antara keduanya itu adalah dengan maksud dan tujuan
yang mengandung hikmat.\
[956] Maksud: "dari sisi
Kami" ialah yang sesuai dengan sifat-sifat Kami
Allah subhanahu wa ta’ala
yang menciptakan manusia mempunyai hak atas hamba-Nya yaitu di ibadahinya Allah
oleh hamba, sebagaimana dijelaskan dalam hadits dari Mu’adz bin Jabal
radhyallahu’anhu :
صحيح البخاري ٢٦٤٤: حَدَّثَنِي
إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ سَمِعَ يَحْيَى بْنَ آدَمَ حَدَّثَنَا أَبُو
الْأَحْوَصِ عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ عَنْ عَمْرِو بْنِ مَيْمُونٍ عَنْ مُعَاذٍ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
كُنْتُ رِدْفَ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى حِمَارٍ يُقَالُ لَهُ عُفَيْرٌ فَقَالَ
يَا مُعَاذُ هَلْ تَدْرِي حَقَّ اللَّهِ عَلَى عِبَادِهِ وَمَا حَقُّ الْعِبَادِ
عَلَى اللَّهِ قُلْتُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ فَإِنَّ حَقَّ اللَّهِ
عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوهُ وَلَا يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَحَقَّ
الْعِبَادِ عَلَى اللَّهِ أَنْ لَا يُعَذِّبَ مَنْ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا
فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلَا أُبَشِّرُ بِهِ النَّاسَ قَالَ لَا
تُبَشِّرْهُمْ فَيَتَّكِلُوا\
Shahih Bukhari 2644: dari Mu'adz radliallahu 'anhu berkata:
"Aku pernah membonceng di belakang Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
diatas seekor keledai yang diberi nama 'Uqoir lalu Beliau bertanya: "Wahai
Mu'adz, tahukah kamu apa hak Allah atas para hamba-Nya dan apa hak para hamba
atas Allah?" Aku jawab: "Allah dan Rosul-Nya yang lebih tahu".
Beliau bersabda: "Sesungguhnya hak Allah atas para hamba-Nya adalah
hendaklah beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun
dan hak para hamba-Nya atas Allah adalah seorang hamba tidak akan disiksa selama
dia tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun". Lalu aku berkata:
"Wahai Rasulullah, apakah boleh aku menyampaikan kabar gembira ini kepada
manusia?" Beliau menjawab: "Jangan kamu beritahukan mereka sebab
nanti mereka akan berpasrah saja".
Syirik
Perbuatan Yang Tidak Diampuni
Islam telah mensyari’atkan sebagai kewajiban yang mutlak tanpa bisa ditawar-tawar bagi setiap pemeluknya untuk mentauhidkan Allah Yang Maha Esa, baik tauhid Uluhiyah yaitu mengesakan Allah Subhanahu Wata’ala dengan segala bentuk ibadah yang lahir maupun bathin, dalam wujud ucapan maupun perbuatan, lalu menolak segala bentuk ibadah terhadap selain Allah Ta’ala bagaimanapun bentuk dan perwujudannya.
Islam juga mensyari’atkan kewajiban mutlak bagi pemeluknya untuk mentauhidkan Allah dalam tauhid Rububiyah, yaitu pengakuan sejati bahwa Allah adalah Rabb dari segala sesuatu dan raja dari segala sesuatu,pencipota dan pemelihara segala sesuatu, yang berhak mengatur segala sesuatu. Allah tidak memilki sekutu dalam kekuasaannya, tidak ada yang menolong-Nya, karena Dia Lemah ( tapi justeru Dia Maha Mampu), Tidak ada yang bisa menolak keputusan-Nya. Tidak ada yang bisa melawan-Nya, tidak ada yang bbisa menandingi-Nya. Tidak ada yang bisa nenentang-Nya
Syaikh Al- Allamah Hafizh bin Ahmad Al-Hikami dalam buku Pintar Aqidah Ahlussunnah, menyebutkan bahwa kebalikan/lawan dari tauhid Uluhiyah adalah syirik.Syirik sendiri ada dua macam,pertama adalah syirik b esar yang berlawanan secara totaliktas dengan tauhid uluhiyah. Yang kedua adalah syirik kecil yang bisa merusak kesempurnaan tauhid..Selanjutnya dijelaskan dalam buku tersebut bahwa syirik besar terjadi apabila seorang hamba menjadikan selain Allah sebagai sekutu-Nya yang ia menyamakannya dengan Rabbul ‘alamin, mencintainya seperti mencintai Allah, takut kepadanya seperti takutnya kepada Allah,minta perlindungan dan berdoa kepadanya . Takut dan berharap kepadanya, mencinta dan bertawakkal kepadanya, menaatinya dalam bermaksiat kepada Allah, atau mengikutinya meski berlawanan dengan keridhaan Allah.
Atas dasar itu maka bandingkanlah apa yang dilakukan oleh kebanyakan orang-orang yang mempunyai tradisi menyediakan sesajen bagi roh-roh halus, ghaib, jin dan syetan atau sesuatu yang dianggap dapat mendatangkan marabahaya/kemudharatan kalau tidak diberikan sesajen, dan akan terlindungi oleh mereka apabila disediakan piduduk. Sangatlah jelas dan nampak terang benderang tidak terselubung bahwa apa yang diperbuat itu suatu kesyirikan besar.
Sungguh manusia sudah berbuat keterlaluan dan melakukan sesuatu yang tidak ada tuntunannya kecuali hanya sekedar mengikuti hawa nafsu yang didalamnya ada bisikan dan godaan syetan yang dilaknat, dan itu mereka lakukan berdasarkan tradisi yang diwariskan oleh nenek moyang yang masih jahiliyah, tidak kenal akan tauhid, atau mereka ikuti dari meniru perbuatan orang-orang non muslim.
Mereka-mereka yang terbiasa dengan pekerjaan berbuat syirik kepada Allah dengan menyediakan sesajen , diancam oleh Allah berupa ancaman tidak akan diberikan ampunan, sebagaimana dengan melakukan perbuatan dosa lainnya selain syirik. Ini ditegaskan dalam al-Qur’an surah An- Nisaa ayat 48 :
Islam telah mensyari’atkan sebagai kewajiban yang mutlak tanpa bisa ditawar-tawar bagi setiap pemeluknya untuk mentauhidkan Allah Yang Maha Esa, baik tauhid Uluhiyah yaitu mengesakan Allah Subhanahu Wata’ala dengan segala bentuk ibadah yang lahir maupun bathin, dalam wujud ucapan maupun perbuatan, lalu menolak segala bentuk ibadah terhadap selain Allah Ta’ala bagaimanapun bentuk dan perwujudannya.
Islam juga mensyari’atkan kewajiban mutlak bagi pemeluknya untuk mentauhidkan Allah dalam tauhid Rububiyah, yaitu pengakuan sejati bahwa Allah adalah Rabb dari segala sesuatu dan raja dari segala sesuatu,pencipota dan pemelihara segala sesuatu, yang berhak mengatur segala sesuatu. Allah tidak memilki sekutu dalam kekuasaannya, tidak ada yang menolong-Nya, karena Dia Lemah ( tapi justeru Dia Maha Mampu), Tidak ada yang bisa menolak keputusan-Nya. Tidak ada yang bisa melawan-Nya, tidak ada yang bbisa menandingi-Nya. Tidak ada yang bisa nenentang-Nya
Syaikh Al- Allamah Hafizh bin Ahmad Al-Hikami dalam buku Pintar Aqidah Ahlussunnah, menyebutkan bahwa kebalikan/lawan dari tauhid Uluhiyah adalah syirik.Syirik sendiri ada dua macam,pertama adalah syirik b esar yang berlawanan secara totaliktas dengan tauhid uluhiyah. Yang kedua adalah syirik kecil yang bisa merusak kesempurnaan tauhid..Selanjutnya dijelaskan dalam buku tersebut bahwa syirik besar terjadi apabila seorang hamba menjadikan selain Allah sebagai sekutu-Nya yang ia menyamakannya dengan Rabbul ‘alamin, mencintainya seperti mencintai Allah, takut kepadanya seperti takutnya kepada Allah,minta perlindungan dan berdoa kepadanya . Takut dan berharap kepadanya, mencinta dan bertawakkal kepadanya, menaatinya dalam bermaksiat kepada Allah, atau mengikutinya meski berlawanan dengan keridhaan Allah.
Atas dasar itu maka bandingkanlah apa yang dilakukan oleh kebanyakan orang-orang yang mempunyai tradisi menyediakan sesajen bagi roh-roh halus, ghaib, jin dan syetan atau sesuatu yang dianggap dapat mendatangkan marabahaya/kemudharatan kalau tidak diberikan sesajen, dan akan terlindungi oleh mereka apabila disediakan piduduk. Sangatlah jelas dan nampak terang benderang tidak terselubung bahwa apa yang diperbuat itu suatu kesyirikan besar.
Sungguh manusia sudah berbuat keterlaluan dan melakukan sesuatu yang tidak ada tuntunannya kecuali hanya sekedar mengikuti hawa nafsu yang didalamnya ada bisikan dan godaan syetan yang dilaknat, dan itu mereka lakukan berdasarkan tradisi yang diwariskan oleh nenek moyang yang masih jahiliyah, tidak kenal akan tauhid, atau mereka ikuti dari meniru perbuatan orang-orang non muslim.
Mereka-mereka yang terbiasa dengan pekerjaan berbuat syirik kepada Allah dengan menyediakan sesajen , diancam oleh Allah berupa ancaman tidak akan diberikan ampunan, sebagaimana dengan melakukan perbuatan dosa lainnya selain syirik. Ini ditegaskan dalam al-Qur’an surah An- Nisaa ayat 48 :
إِنَّ اللّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن
يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاء وَمَن يُشْرِكْ بِاللّهِ
فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.(QS. An Nisaa: 48 )
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.(QS. An Nisaa: 48 )
Terhadap orang-orang yang berbuat syirik disebut Allah sebagai orang yang tersesat sejauh-jauhnya sebagaima bunyiAl-Qur’an surah An-Nisaa’ ayat 116 :
إِنَّ اللّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ
وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاء وَمَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدْ ضَلَّ
ضَلاَلاً بَعِيدًا
Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa
mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain
syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan
(sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya. (QS. An Nisaa: 116 )
Orang-orang yang melakukan
kesyirikan seperti mereka-mereka yang mempertahankan budaya tradisi syirik
dalam kehidupannya sehari-hari diancam oleh Allah SubhanahuWata’ala
dengan hukuman api neraka, sebagaimana yang tercantum dalam al-Qur’an surah
Al-Maa-idah ayat 72 :
- إِنَّهُ مَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللّهُ عَلَيهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنصَارٍ
Sesungguhnya orang yang
mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya
surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu
seorang penolongpun.(QS. Al
Maa’idah : 72 )
Hadits Rasullullah
shallallahu’alaihi wa salam juga menyinggung hal yang sama sebagaimana yang
diriwayatkan oleh Abdullah radhyallahu’anhu :
صحيح مسلم ١٢٤: حَدَّثَنَا
عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَإِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ قَالَ إِسْحَقُ
أَخْبَرَنَا جَرِيرٌ وَقَالَ عُثْمَانُ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ
أَبِي وَائِلٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ شُرَحْبِيلَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ
سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الذَّنْبِ أَعْظَمُ عِنْدَ اللَّهِ قَالَ
أَنْ تَجْعَلَ لِلَّهِ نِدًّا وَهُوَ خَلَقَكَ قَالَ قُلْتُ لَهُ إِنَّ ذَلِكَ
لَعَظِيمٌ قَالَ قُلْتُ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ ثُمَّ أَنْ تَقْتُلَ وَلَدَكَ مَخَافَةَ
أَنْ يَطْعَمَ مَعَكَ قَالَ قُلْتُ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ ثُمَّ أَنْ تُزَانِيَ
حَلِيلَةَ جَارِكَ
Shahih Muslim 124: dari Abdullah dia berkata, "Aku
bertanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, "Dosa apakah yang paling
besar di sisi Allah?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab:
"Kamu membuat tandingan bagi Allah (syirik), sedangkan Dialah yang
menciptakanmu." Aku berkata, "Sesungguhnya dosa demikian memang
besar. Kemudian apa lagi?" Beliau bersabda: "Kemudian kamu membunuh
anakmu karena khawatir dia makan bersamamu." Aku bertanya lagi,
"Kemudian apa lagi?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
bersabda: "Kamu berzina dengan isteri tetanggamu."
Kepada mereka-mereka akhlus syirik yang meskipun tanpa sadar telah melakukan kesyirikan karena kejahilannya terhadap ilmu agama, maka tidak ada cara lain yang harus dipilih dan ditempuh kecuali melakukan taubat meminta ampun atas prilaku sesat yang telah dilakukan, karena taubat dapat menghapus segala dosa, karena Allah telah menjanjikannya dalam Al-Qur’an sesuai dengan yang tercantum dalam surah Az-Zumar ayat 53:
-قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa ] semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS.Az-Zumar : 53 )
Menurut Allah Ta’ala setiap orang bertaubat niscaya mendapatkan ampunan termasuk mereka yang melakukan kesyirikan, asalkan mereka bertaubat sebelum nafasnya tinggal ditenggorokan ( sebelum ajal/kematian ) dan matahari terbit dari sebelah barat (kiamat). Apabila mati dalam keadaan syirik dan tidakbertaub at sebelumnya maka Allah tidak akan mengampuninya lagi.
P e n u t u p
Sebagian besar masyarakat Muslim beranggapan bahwa yang namanya menyekutukan Allah subhanahu wa ta’ala dengan sesuatu selain-Nya yang lazim dinamakan syirik itu hanya terbatas pada penyembahan kepada berhala-berhala atau patung-patung sebagaimana yang dilakukan oleh kaum musyrikin Arab pada zaman Rasullullah shallallahu’alahi wa sallam .
Pengertian syirik itu sesungguhnya sangatlah
luas mencakup segala hal yang berkaitan dengan keyakinan mendudukkan sesuatu
selain Allah sejajar dengan kedudukan Allah subhanahu wa ta’ala.
Perbuatan syirik yang banyak dilakukan oleh sebagian masyarakat Muslim di negeri ini adalah warisan peninggalan nenek moyang yang hidup di zaman kepercayaan animisme, dinamisme dan hindu serta budha. Peninggalan dari nenek moyang tersebut hingga sekarang terus dilestarikan sebagai tradisi budaya meskipun budaya dan tradisi tersebut sangat bertentangan dengan aqidah Islam yang mentauhidkan Allah.
Masyarakat Muslim yang masih kental mempertahankan budaya tradisi warisan nenek moyang mereka menganggap bahwa melestarikan tradisi budaya bangsa perlu dilakukan karena dianggap mempunyai keariban local, mereka samasekali tidak mau mengindahkan larangan agama.
Masyarakat Muslim yang masih memegang teguh warisan budaya syirik tersebut seyogyanya segera bertaubat dan menuntut ilmu agama khususnya ilmu tauhid, ilmu tentang mengesakan Allah. Insya Allah akan selamatlah kelak dari siksa api neraka . Bersegeralah meninggalkan segala bentuk tradisi syirik yang samasekali tidak memberikan manfaat.
( Wallahu’alam )
Sumber :
1.Al-Qur’an dan Terjemahan, www.Salafi-Db
2.Ensiklopedi Hadits Kitab 9 Imam, www.Lidwa-Pusaka.com
3.Parasit Akidah,A.D.El.Marzdedeq, Syaamil
4.Kitab Tauhid ( Terjemahan) , Syaikh Muhammad bin Abdul Wahb ab at Tamimi, Darul Ilmi
5.Buletin At-Tauhid
6. Artikel www.yufidia.com
6. Artikel www.yufidia.com
7.Artikel Muslim Or.Id
Selesai disusun,ba’da ashar,17 Rabiul Awwal 1434H/29 Januari 2013 M (Musni Japrie)
Selesai disusun,ba’da ashar,17 Rabiul Awwal 1434H/29 Januari 2013 M (Musni Japrie)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar