M U K A D D I M A H

M U K A D D I M A H : Sesungguhnya, segala puji hanya bagi Allah, kita memuji-Nya, dan meminta perlindungan kepada-Nya dari kejahatan diri kami serta keburukan amal perbuatan kami. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tak ada yang dapat menyesatkannya. Dan Barang siapa yang Dia sesatkan , maka tak seorangpun yang mampu memberinya petunjuk.Aku bersaksi bahwa tidak ada Rabb yang berhak diibadahi melainkan Allah semata, yang tidak ada sekutu baginya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad shalallahu’alaihi wa sallam adalah hamba dan utusannya.

Senin, 11 Juli 2011

BERSHALAWAT UNTUK RASULULLAH SESUAI DENGAN YANG DIAJARKAN,BUKAN DENGAN SHALAWAT BUATAN ULAMA/TUAN GURU

By : Musni Japrie al-Pasery.

Sejak beberapa tahun terakhir ini banyak majelis mejelis ta’lim terutama di kalangan ibu-ibu menambah aktifitasnya dengan membentuk group shalawat habsyi yang dilengkapi dengan tetabuhan berupa gendang , dan bahkan banyak majelis ta’lim yang merubah samasekali aktifitasnya dengan meninggalkan tujuan awal dibentuknya majelis tsb berupa ta’lim /pengajian tentang agama islam dan hanya memfokuskannya pada kegiatan pada group shalawat habsyi semata.Dimana pada intinya menyanyikan puji-pujian kepada Rasulullah .
Selain dikalangan ibu-ibu, dikalangan remaja putri juga tidak ketinggalan dengan membentuk group kasidahan yang lebih dikenal dengan group rebana .Mereka seakan tidak mau ketinggalan berlomba-lomba menampilkan kebolehannya menembangkan kasidahan, nasyid dan berbagai syair sholawat. Sehingga hingar bingarlah nuansa puji-pujian kepada Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam.
Dalam setiap kesempatan acara yang terkait dengan adanya simbol-simbol islam (keagamaan ) baik yang diselenggarakan oleh keluarga/perorangan seperti pemberian nama ( Tasymiah ) atau peringatan-peringatan hari besar islam ( Maulid dan Isra Mi’raj Rasul, tidaklah ketinggalan group-group sholawat/maulud habsyi dari kalangan wanita/ibu-ibu yang ditampilkan meskipun acaranya diselenggarakan didalam masjid. Mereka tampil dengan pakaian yang menarik dan penuh gaya serta suara keras diselingi dengan suara tetabuhan gendang rebana.
Bertumb uh kembangnya group-group yang menembangkan sholawat/maulud habsyi tersebut tidak lepas dari peran guru-guru/ustazd-ustazd yang mempeloporinya dengan dalih untuk semakin meningkatkan kecintaan kepada Rasulullah dan berkembangnya syi’ar islam. Dan tentunya ujung dari semua itu adalah akan diperolehnya imbalan pahala di akhirat kelak. Karena adanya anggapan bahwa membaca sholawat/maulud habsyi termasuk bagian dari ibadah.

Timbul pertanyaan apakah membaca sholawat baik yang namanya sholawat habsyi atau sholawat yang namanya bermacam-macam seperti sholawat Nariyah Barzanzi, dllnya itu berdasarkan perintah yang disya’riatkan baik oleh al-Qur’an maupun oleh as-Sunnah.Karena sebagaimana yang diyakini oleh umat islam bahwa agama itu adalah al-qur’an dan as-Sunnah diluar itu selain ijma dan kias adalah hal-hal yang diada-adakan. Sedangkan hal-hal yang diada-adakan dalam agama yang tentunya terkait pula dengan hal-hal yang bersifat ibadah disebut sebagai bid’ah, sedangkan bid’ah terlarang, sesuai dengan sabda Rasullulah shalllahu’alaihi wasallam :
“Barang siapa yang melakukan ibadah yang tidak ada dasarnya dari ajaran kami,maka amalannya tertolak “
Kata kunci yang harus dipegang teguh dimana mengakui Muhammad shallalahu’alaihiwasallam sebagai Rasul, berarti menetapkan hal-hal yang wajib kita lakukan terhadap beliau. Kita harus mengikuti perintah beliau ,menjauhi larangan beliau, mempercayai apa yang beliau kabarkan, dan hanya beribadah dengan cara yang beliau ajarkan.Beribadah tidak dengan cara yang diajarkan oleh Rasulullah shallalahu’alaihi wasallam dengan anggapan bahwa hal itu dibolehkan, adalah penghianatan terhadap beliau.
Imam Malik rahimahullah mengungkapkan , “ Barang siapa yang melakukan perbuatan bid’ah,lalu menganggapnya sebagai amal kebajikan, berarti telah menuduh Nabi telah berhianat terhadap kerasulannya”

Bersholawat kepada Nabi Muhammad Shallalahu’alaihiwasallam itu suatu kewajiban yang ditetapkan dalam al-Qur’an . Allah Subhanawata’ala berfirman yang artinya :
“ Sesungguhnya Allah dan Malaikat-malaikat-Nya bersholawat kepada Nabi. Wahai orang-orang yang beriman , bersholawat lah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepada beliau (
QS.Al-Ahzab:56)
Syari’at islam memerintahkan kita untuk bersholawat pada tempat-tempat dan waktu-waktu yang tertentu antara lain :Setelah membaca tasyahud dalam sholat,setelah azan,apabila disebutkan nama Nabi Muhammad ,ketika hendak b erdoa, bersholawart pada hari jum’at.
Sholawat yang dibaca adalah sesuai yang diajarkan oleh Rasullullah shalalahu’alaihi wasallam yang diriwayatkan secara shahih oleh para ulama hadits. Dimana sholawat tersebut tidak boleh ditambah atau dikurangi.Terimalah apa adanya yang datang dari Rasulullah. Karena sholawat yang datang dari Rasul tersebut sudah sangat sempurna. Sehingga apabila siapa saja yang menambahkan atau menguranginya berarti mereka menganggap apa yang diajarkan oleh Rasul tersebut belum lengkap.
Dari seluruh hadits shahih yang diriwayatkan oleh para ulama hadits tentang sholawat kepada Nabi Muhammad tidak ada satupun yang menunjukkan adanya bacaan sholawat seperti yang dilapazkan secara nyaring dan berjama’ah berupa tembang-tembang yang dibawakan banyak orang seperti sholawat/maulud habsyi, barzanzi,maulud di’ba dllnya.
Kita perlu mengetahui bahwa sebenarnya bacaan sholawat yang sering kita dengar tidak sesuai dengan yang diajarkan Rasulullah shallalahu’alaihi wasallam,para sahabat, para tabi’n, tabi’ut tabi,in dan para imam m ujtahid. Bacaan sholawat tersebut adalah hasil gubahan atau karangan para tuan guru belakangan tidak bedanya dengan lagu-lagu yang dibawakan oleh Bimbo sebagai gubahan dari Taufik Ismail.
Karena sholawat merupakan bagian dari agama dan terkait dengan ibadah, maka bacaan sholawat yang tidak berasal dari as-Sunnah maka ia termasuk sebagai yang diada-adakan atau yang lebih dikenal dengan sebutan bid’ah.
Sholawat-sholawat yang dikarang oleh para tuan guru atau yang menyebutkan dirinya sebagai sastrawan isi dan arti yang terkandung di dalamnya sebenarnya banyak tidak dipahami oleh para pembacanya dari kalangan awam, karena berbahasa arab mereka menganggap bahwa pujian-pujian yang ada dalam syair itu tidak bersentuhan dengan nilai-nilai yang dilarang dalam aqidah.
Apabila dicermati makna yang terkandung di dalam syair-syair sholawat tersebut dengan menterjemahkannya kedalam bahasa Indonesia, maka didalam syair tersebut terdapat bait-bait yang memuji Rasulullah shallalahu’alaihi wasallam yang sangat berlebihan yang bersifat kultus individu dan bahkan menjurus kepada mensejajarkan kedudukan Rasulullah dengan Allah. Ini sangatlah bertentangan dengan aqidah islam yang mentauhidkan Allah, dan ini berarti kesyirikan.
Di dalam sholawat –sholawat bid’ah terdapat berbagai penyelewengan dari sholawat yang diajarkan oleh Rasulullah shallalahu’alaihi wasallam. Salah satu contoh sebagaimana yang disebutkan oleh Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu dalam buku beliau al Firqotun An Najiyah (Jalan Golongan yang Selamat) :
“ Wahai Allah, berikanlah sholawat dan salam untuk Muhammad sang penawar dan pengobat hati ,sang penyehat dan penyembuh badan, cahaya dan penerang pandangan mata; juga atas keluarga beliau “.
Oleh Syaikh Zainu ditambahkan pula bahwa padahal kita tahu bahwa yang menyembuhkan dan menyehatkan badan, yang mampu mengobati hati, dan yang mampu menerangkan pandangan mata adalah hanya Allah semata. Rasulullah untuk hal-hal yang serupa itu terhadap dirinya sendiri saja beliau tidak mampu berbuat apa-apa, apalagi untuk orang lain. Sedangkan lafal shalawat diatas bertentangan dengan fimar Allah “:
“ Katakanlah , Aku tidak mampu memberikan manfaat maupun mencegah mara bahaya dari diriku sendiri, kecuali apa yang telah dikehendaki oleh Allah” (QS.Al-A’raf : 188 )
Lafal shalawat tersebut diatas juga bertentangan dengan sabda rasulullah shalallahua’alaihi wasallam :
“Janganlah kalian berlebih-lebihan memujiku seperti orang-orang Nasrani memuji Isya bin Maryam. Karena aku hanyalah seorang hamba(Allah). Maka katakanlah (bahwa akunini) hamba Allah dan Rasulnya “ (HR.Imam Bukhari ).

Dari apa yang dikemukakan diatas sebagai salah satu lafal dari sekian banyak lafal-lafal lain dalam shalawat gubahan para pengarang dapat ditarik benang merahnya bahwa lirik/lafal shalawat tersebut selain mengandung kesyirikan juga berbuat b erlebihan (guluw ) terhadap Rasul dan agama yang terlarang menurut syari’at.

Mengutip apa yang dikatakan oleh Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu; bahwa hati-hati dan waspadalah terhadap berbagai shalawat bid’ah semacam itu. Karena shalawat –shalawat itu akan menjerumuskan diri kita kedlam kesyirikan. Cukuplah kita bershalawat dengan shalawat yang diajarkan oleh Rasulullah yang tidak pernah berbicara dengan memperturutkan hawa nafsunya . Orang-orang yang mau mengikuti beliau akan mendapatkan petunjuk dan keselamatan. Sebaliknya, orang-orang yang enggan mengikuti ajaran beliau,maka akan tertolaklah amalan mereka.
Rasulullah shallalahu’alaihi wasallam bersabda :
“B arang siapa yang beramal tidak sesuai dengan tuntunan kami,maka amalan tersebut tertolak ( HR.Imam Muslim).

Kita kaum muslimin hendaknya tidak terobsesi oleh pendapat/perkataan ulama yang bertentangan dengan sunnah Rasulullah shallalahu’alaihi wasallam, yang berfatwa tentang adanya bid’ah hasanah. Karena fatwa dan pendapat mereka itu hanya berdasarkan kepada perasaan, hawa nafsu,pikiran dan akal,bukan berdasarkan kitabulah dan as-sunnah.
Sebenarnya tidak ada satupun dalil yang dapat dijadikan dasar tentang adanya bid’ah hasanah. Semua bid’ah adalah sesat,tidak ada yang hasanah, dan ini sejalan dengan sabda Rasulullah shalalahu’alailhi wasallam :
“Amma ba’du, maka sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Kitabullah (al-Qur’an) dan sebaik-baik petunjuk adalah Muhammad shallalahu’alaihi wasallam. Dan sejelek-jelek urusan adalah yang baru dan setiap yang baru adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat dan setiap sesat tempatnya di neraka ( HR.Imam muslim).

Lafal shalawat untuk Rasulullah shallalahu’alaihi wa salam yang dikarang oleh para ulama mengandung hal-hal sebagai berikut :
1.Kesyirikan karena telah menyamakan kedudukan
Allah dengan Rasullulah.
2. Memuji Rasullulah shallalahu’alaihi wa salam secara berlebihan (gulluw ) atau mengkultuskan Rasullulah.
3. Bid’ah karena mengada-ada atau membuat lafal shalawat yang baru, sedangkan lafal shalawat telah diajarkan oleh Rasullulah kepada umatnya melalui sahabat beliau.

Ketiga hal tersebut diatas bertentangan dengan syari’at islam dan harus dijauhi oleh kita kaum muslimin.
Wallahu ‘alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar