Tidak ada seorangpun
diantara kaum muslimin yang tidak mengharapkan surga kelak di alam akhirat,
sehingga karenanya banyak diantara mereka yang selagi hidupnya berupaya
sedemikian rupa dengan melakukan berbagai amal ibadah dan berbagai kebajikan sebagaimana yang
dianjurkan. Banyak kaum muslimin yang begitu bergairahnya untuk menggapai surga
yang diidamkan dengan melakukan segala bentuk ibadah sekalipun ibadah yang
mereka laksanakan tersebut tanpa didasari dalil yang dapat dipertanggung
jawabkan. Yang penting menurut perkiraan mereka semakin banyak jumlah dan jenis
ibadah yang dilakukan akan semakin baik dan tentunya pahala yang diperoleh juga
lebih berlipat ganda lagi.
Namun sangat disayangkan di tengah-tengah semaraknya
kaum muslimin menegakkan amal ibadah dan amal kebajikan dalam berbagai
bentuknya, banyak diantara mereka yang dalam keseharian nya masih terikat
kepada perbuatan jahiliyah yang diwarisi dari nenek moyang mereka berupa
perbuatan-perbuatan yang mengotori dan melunturkan aqidah yaitu berupa
perbuatan ya
Pentingnya Menegakkan Tauhid
Pengertian Tauhid
Ibnu Al-Utsaimin rahimahullah
memaparkan bahwa kata “tauhid”, secara bahasa, adalah kata benda
(nomina) yang berasal dari perubahan kata kerja wahhada–yuwahhidu, yang
bermakna ‘menunggalkan sesuatu’. Sedangkan berdasarkan pengertian syariat,
“tauhid” bermakna mengesakan Allah dalam hal-hal yang menjadi kekhususan
diri-Nya. Kekhususan itu meliputi perkara rububiyah, uluhiyah, dan asma’
wa shifat. (Al-Qaul Al-Mufid, 1:5)
Hamad bin ‘Atiq menerangkan bahwa
agama Islam disebut sebagai agama tauhid disebabkan agama ini dibangun di atas
pondasi pengakuan bahwa Allah adalah Esa dan tiada sekutu bagi-Nya, baik dalam
hal kekuasaan maupun tindakan-tindakan. Allah Maha Esa dalam hal Dzat
dan sifat-sifat-Nya, tiada sesuatu pun yang menyerupai diri-Nya. Allah Maha Esa
dalam urusan peribadahan, tidak ada yang berhak dijadikan sekutu dan tandingan
bagi-Nya. Tauhid yang diserukan oleh para nabi dan rasul telah mencakup ketiga
macam tauhid ini (rububiyah, uluhiyah, dan asma’ wa shifat).
Setiap jenis tauhid adalah bagian yang tidak bisa dilepaskan dari jenis tauhid
yang lainnya. Oleh karena itu, barang siapa yang mewujudkan salah satu jenis
tauhid saja tanpa disertai dengan jenis tauhid lainnya maka hal itu tidak lain
terjadi karena dia tidak melaksanakan tauhid dengan sempurna sebagaimana yang
dituntut oleh agama. (Ibthal At-Tandid, hlm. 5–6)
Muhammad bin Abdullah Al-Habdan
menjelaskan bahwa tauhid itu hanya akan terwujud dengan memadukan antara kedua
pilar ajaran tauhid, yaitu penolakan (nafi) dan penetapan (itsbat).
“La ilaha” adalah penafian/penolakan, maksudnya: kita menolak segala
sesembahan selain Allah. Sedangkan “illallah” adalah itsbat/penetapan,
maksudnya: kita menetapkan bahwa Allah saja yang berhak disembah. (At-Taudhihat
Al-Kasyifat, hlm. 49)
Tauhid terbagi menjadi tiga macam:
Pertama: Tauhid
rububiyah.
Artinya, mengesakan Allah subhanahu
wa ta’ala dalam hal perbuatan-Nya, seperti: mencipta, memberi rezeki,
menghidupkan dan mematikan, mendatangkan bahaya, memberi manfaat, dan perbuatan
lain yang merupakan perbuatan-perbuatan khusus Allah subhanahu wa ta’ala.
Seorang muslim haruslah meyakini bahwa Allah subhanahu wa ta’ala tidak
memiliki sekutu dalam rububiyah-Nya.
Kedua: Tauhid
uluhiyah.
Artinya, mengesakan Allah subhanahu
wa ta’ala dalam jenis-jenis peribadahan yang telah disyariatkan, seperti:
salat, puasa, zakat, haji, doa, nazar, menyembelih, rasa harap, cemas, takut,
dan jenis ibadah lainnya. Mengesakan Allah subhanahu wa ta’ala dalam
hal-hal tersebut dinamakan “tauhid uluhiyah”.
Tauhid jenis inilah yang dituntut
oleh Allah Subhanhu wa Ta’ala dari hamba-hamba-Nya, karena terhadap tauhid
jenis pertama, yaitu tauhid rububiyah, setiap orang (termasuk jin) pun
mengakuinya, sekalipun dia orang musyrik yang menjadi musuh Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah subhanahu
wa ta’ala,
وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَهُمْ
لَيَقُولُنَّ اللَّهُ فَأَنَّى يُؤْفَكُونَ
Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah
yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: "Allah", maka
bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah )?,( QS.Az Zukhruf : 87 )
Juga firman Allah subhanahu wa
ta’ala :
قُلْ مَن رَّبُّ السَّمَاوَاتِ
السَّبْعِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ
سَيَقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ أَفَلَا
تَتَّقُونَ
Katakanlah:
"Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya 'Arsy yang
besar?"
Mereka
akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "Maka apakah kamu
tidak bertakwa?" (QS. Al-Mukminun:86–87)
Masih banyak ayat yang menunjukkan
bahwa orang-orang musyrik meyakini tauhid rububiyah. Akan tetapi,
sebenarnya yang dituntut dari mereka adalah mengesakan Allah dalam hal ibadah.
Jika mereka mengikrarkan tauhid rububiyah maka seharusnya mereka juga
mengakui tauhid uluhiyah (ibadah).
Sungguh, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam (diutus untuk) menyeru mereka agar meyakini tauhid uluhiyah.
Hal ini disebutkan dalam firman-Nya subhanahu wa ta’ala,:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ
رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُواْ اللّهَ وَاجْتَنِبُواْ الطَّاغُوتَ فَمِنْهُم مَّنْ
هَدَى اللّهُ وَمِنْهُم مَّنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلالَةُ فَسِيرُواْ فِي
الأَرْضِ فَانظُرُواْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ
Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat
(untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut [826]
itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh
Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya
[827]. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan
orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).(QS.
An-Nahl:36)
Setiap rasul menyeru manusia agar
meyakini tauhid uluhiyah. Adapun tentang tauhid rububiyah, karena
itu merupakan fitrah, maka belumlah cukup jika seseorang hanya meyakini tauhid rububiyah
saja.
Ketiga: Tauhid
asma’ wa shifat
Yaitu, menetapkan nama-nama dan
sifat-sifat untuk Allah subhanahu wa ta’ala, sesuai dengan yang telah
ditetapkan oleh Allah untuk diri-Nya maupun yang telah ditetapkan oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta meniadakan
kekurangan-kekurangan dan aib-aib yang ditiadakan oleh Allah terhadap diri-Nya,
dan segala yang ditiadakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (terhadap
diri Allah).
Tiga jenis tauhid inilah yang wajib
diketahui oleh seorang muslim, lalu hendaklah dia secara bersungguh-sungguh
mengamalkannya. (Al-Qaul Al-Mufid)
Tauhid dan iman kepada Allah
Dr. Shaleh bin Fauzan Al-Fauzan hafizhahullah
menjelaskan bahwa hakikat iman kepada Allah adalah tauhid itu sendiri, sehingga
iman kepada Allah itu mencakup ketiga macam tauhid, yaitu tauhid rububiyah,
uluhiyah, dan asma’ wa shifat. (Al-Irsyad ila Shahih
Al-I’tiqad, hlm. 29)
Di samping itu, keimanan seseorang
kepada Allah tidak akan dianggap benar kalau hanya terkait dengan tauhid rububiyah
saja dan tidak menyertakan tauhid uluhiyah. Hal ini sebagaimana yang
terjadi pada kaum musyrikin dahulu yang juga mengakui tauhid rububiyah.
Meskipun demikian, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap
memerangi dan mengajak mereka untuk bertauhid. Hal itu dikarenakan mereka tidak
mau melaksanakan tauhid uluhiyah.
Tauhid merupakan kewajiban utama dan
pertama yang diperintahkan Allah kepada setiap hamba-Nya. Namun, sangat
disayangkan, kebanyakan kaum muslimin pada zaman sekarang ini tidak mengerti
hakikat dan kedudukan tauhid. Padahal, tauhid inilah yang merupakan dasar agama
kita yang mulia ini. Oleh karena itu, sangatlah urgen bagi kita kaum muslimin
untuk mengerti hakikat dan kedudukan tauhid. Hakikat tauhid adalah mengesakan
Allah. Bentuk pengesaan ini terbagi menjadi tiga, berikut ini penjelasannya.
Mengesakan Allah dalam rububiyah-Nya
Maksudnya adalah kita meyakini
keesaan Allah dalam perbuatan-perbuatan yang hanya dapat dilakukan oleh Allah,
seperti mencipta dan mengatur seluruh alam semesta beserta isinya, memberi
rezeki, memberikan manfaat, menolak mudarat, dan lainnya, yang merupakan
kekhususan bagi Allah. Hal yang seperti ini diakui oleh seluruh manusia, tidak
ada seorang pun yang mengingkarinya.
Orang-orang yang mengingkari hal
ini, seperti kaum ateis, pada kenyataannya menampakkan keingkarannya hanya
karena kesombongan mereka. Padahal, jauh di dalam lubuk hati mereka, mereka
mengakui bahwa tidaklah alam semesta ini terjadi kecuali ada yang membuat dan
mengaturnya. Mereka hanyalah membohongi kata hati mereka sendiri. Hal ini
sebagaimana firman Allah,:
خُلِقُوا مِنْ غَيْرِ شَيْءٍ أَمْ
هُمُ الْخَالِقُونَ
أَمْ خَلَقُوا السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضَ بَل لَّا يُوقِنُونَ
yang artinya, “Apakah mereka diciptakan
tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan? Ataukah mereka telah
menciptakan langit dan bumi itu? Sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang
mereka katakan).” (QS. Ath-Thur:35–36)
Meskipun demikian, pengakuan
seseorang terhadap tauhid rububiyah ini tidaklah menjadikan seseorang
beragama Islam, karena sesungguhnya orang-orang musyrikin Quraisy, yang
diperangi oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, mengakui
dan meyakini jenis tauhid ini. Sebagaimana firman Allah,;
قُلْ مَن رَّبُّ السَّمَاوَاتِ
السَّبْعِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ
سَيَقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ أَفَلَا
تَتَّقُونَ
قُلْ مَن بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ
شَيْءٍ وَهُوَ يُجِيرُ وَلَا يُجَارُ عَلَيْهِ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ
سَيَقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ فَأَنَّى
تُسْحَرُونَ
yang artinya, “Katakanlah,
‘Siapakah yang memiliki langit yang tujuh dan yang memiliki ‘arsy yang besar?’
Mereka akan menjawab, ‘Kepunyaan Allah.’ Katakanlah, ‘Maka apakah kamu tidak
bertakwa?’ Katakanlah, ‘Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas
segala sesuatu, dalam keadaan Dia melindungi tetapi tidak ada yang dapat
dilindungi dari-Nya, jika kamu mengetahui?’ Mereka akan menjawab, ‘Kepunyaan
Allah.’ Katakanlah, ‘Maka dari jalan manakah kamu ditipu?’” (QS.
Al-Mukminun:86–89)
Yang amat sangat menyedihkan adalah
kebanyakan kaum muslimin di zaman sekarang menganggap bahwa seseorang sudah
dikatakan beragama Islam jika telah memiliki keyakinan bahwa Allahlah
satu-satunya Sang Pencipta, Pemberi rezeki, serta Pemilik dan Pengatur alam
semesta.
Mengesakan Allah dalam uluhiyah-Nya
Maksudnya adalah kita mengesakan
Allah dalam segala macam ibadah yang kita lakukan, seperti salat, doa, nazar,
menyembelih, tawakal, taubat, harap, cinta, takut, dan berbagai macam ibadah
lainnya. Kita harus memaksudkan tujuan dari kesemua ibadah itu hanya kepada
Allah semata. Tauhid inilah yang merupakan inti dakwah para rasul dan merupakan
tauhid yang diingkari oleh kaum musyrikin Quraisy.
Hal ini sebagaimana yang difirmankan
Allah mengenai perkataan mereka itu;
أَجَعَلَ الْآلِهَةَ إِلَهًا وَاحِدًا
إِنَّ هَذَا لَشَيْءٌ عُجَابٌ
.“Mengapa ia menjadikan
sesembahan-sesembahan itu sesembahan yang satu saja? Sesungguhnya, ini
benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.” (QS. Shad:5)
Dalam ayat ini, kaum musyrikin
Quraisy mengingkari bahwa tujuan dari berbagai macam ibadah hanya ditujukan
untuk Allah semata. Oleh karena pengingkaran inilah maka mereka dikafirkan oleh
Allah dan Rasul-Nya, walaupun mereka mengakui bahwa Allah adalah satu-satunya
Pencipta alam semesta.
Mengesakan Allah dalam nama dan sifat-Nya
Maksudnya adalah kita beriman kepada
nama-nama dan sifat-sifat Allah yang diterangkan dalam Alquran dan Sunah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kita juga meyakini bahwa hanya
Allahlah yang pantas untuk memiliki nama-nama terindah yang disebutkan di
Alquran dan hadits tersebut (yang
هُوَ اللَّهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ
الْمُصَوِّرُ لَهُ الْأَسْمَاء الْحُسْنَى يُسَبِّحُ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang
Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Asmaaul Husna. Bertasbih kepadaNya apa yang di
langit dan bumi. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.dikenal
dengan “asmaul husna”),
sebagaimana firman-Nya,: (QS.
Al-Hasyr:24)
Seseorang baru dapat dikatakan
sebagai muslim yang sejati jika dia telah mengesakan Allah dan tidak berbuat syirik dalam ketiga hal tersebut di atas. Barangsiapa yang
menyekutukan Allah (berbuat syirik) dalam salah satu saja dari ketiga hal
tersebut, maka dia bukan muslim sejati tetapi dia adalah seorang musyrik.
Kedudukan tauhid
Tauhid memiliki kedudukan yang
sangat tinggi di dalam agama ini. Oleh karena itu, hal ini penting untuk
dibahas, mengingat banyak sekali pelanggaran yang dilakukan oleh orang-orang
yang mengaku sebagai muslim. Padahal, pada kenyataannya, mereka menujukan
sebagian bentuk ibadah mereka kepada selain Allah, baik itu kepada wali, orang
saleh, nabi, malaikat, jin, dan sebagainya.
Tauhid adalah tujuan
penciptaan manusia
Allah berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ
إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku. (QS.
Adz-Dzariyat:56)
Maksud dari kata “menyembah” di ayat
ini adalah mentauhidkan Allah dalam segala macam bentuk ibadah, sebagaimana
telah dijelaskan oleh Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu, seorang sahabat dan ahli tafsir.
Ayat ini dengan tegas menyatakan bahwa tujuan penciptaan jin dan manusia di
dunia ini hanya untuk beribadah kepada Allah saja. Tidaklah mereka diciptakan
agar menghabiskan waktu untuk bermain-main dan bersenang-senang belaka.
Sebagaimana firman Allah:
وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاء
وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا لَاعِبِينَ
لَوْ أَرَدْنَا أَن نَّتَّخِذَ
لَهْوًا لَّاتَّخَذْنَاهُ مِن لَّدُنَّا إِن كُنَّا فَاعِلِينَ
Dan tidaklah Kami ciptakan Iangit dan bumi dan segala yang
ada di antara keduanya dengan bermain-main
[955].
Sekiranya Kami hendak membuat sesuatu permainan, (isteri dan
anak), tentulah Kami membuatnya dari sisi Kami [956]. Jika Kami menghendaki
berbuat demikian, (tentulah Kami telah melakukannya). ( QS. Al Anbiyaa’ : 16-17 )
K e t e r a n g a n :
[955] Maksudnya: Allah menciptakan langit dan
bumi dan apa yang ada di antara keduanya itu adalah dengan maksud dan tujuan
yang mengandung hikmat.\
[956] Maksud: "dari sisi
Kami" ialah yang sesuai dengan sifat-sifat Kami
Allah
juga berfirman:
أَفَحَسِبْتُمْ
أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ
“Maka, apakah kamu mengira bahwa sesungguhnya
Kami menciptakan kamu secara main-main, dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan
kepada Kami?” (QS. Al-Mukminun: 115)
Allah subhanahu wa ta’ala yang
menciptakan manusia mempunyai hak atas hamba-Nya yaitu di ibadahinya Allah oleh
hamba, sebagaimana dijelaskan dalam hadits dari Mu’adz bin Jabal
radhyallahu’anhu :
صحيح البخاري ٢٦٤٤: حَدَّثَنِي إِسْحَاقُ
بْنُ إِبْرَاهِيمَ سَمِعَ يَحْيَى بْنَ آدَمَ حَدَّثَنَا أَبُو الْأَحْوَصِ عَنْ أَبِي
إِسْحَاقَ عَنْ عَمْرِو بْنِ مَيْمُونٍ عَنْ مُعَاذٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
كُنْتُ رِدْفَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى حِمَارٍ يُقَالُ لَهُ عُفَيْرٌ فَقَالَ يَا مُعَاذُ هَلْ
تَدْرِي حَقَّ اللَّهِ عَلَى عِبَادِهِ وَمَا حَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللَّهِ قُلْتُ
اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ فَإِنَّ حَقَّ اللَّهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوهُ
وَلَا يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَحَقَّ الْعِبَادِ عَلَى اللَّهِ أَنْ لَا يُعَذِّبَ
مَنْ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلَا أُبَشِّرُ بِهِ
النَّاسَ قَالَ لَا تُبَشِّرْهُمْ فَيَتَّكِلُوا\
Shahih Bukhari 2644: dari Mu'adz radliallahu 'anhu berkata:
"Aku pernah membonceng di belakang Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
diatas seekor keledai yang diberi nama 'Uqoir lalu Beliau bertanya: "Wahai
Mu'adz, tahukah kamu apa hak Allah atas para hamba-Nya dan apa hak para hamba
atas Allah?" Aku jawab: "Allah dan Rosul-Nya yang lebih tahu".
Beliau bersabda: "Sesungguhnya hak Allah atas para hamba-Nya adalah hendaklah
beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun dan hak
para hamba-Nya atas Allah adalah seorang hamba tidak akan disiksa selama dia
tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun". Lalu aku berkata:
"Wahai Rasulullah, apakah boleh aku menyampaikan kabar gembira ini kepada
manusia?" Beliau menjawab: "Jangan kamu beritahukan mereka sebab
nanti mereka akan berpasrah saja".
Tauhid adalah tujuan
diutusnya para rasul
Allah berfirman:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ
رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُواْ اللّهَ وَاجْتَنِبُواْ الطَّاغُوتَ فَمِنْهُم مَّنْ
هَدَى اللّهُ وَمِنْهُم مَّنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلالَةُ فَسِيرُواْ فِي
الأَرْضِ فَانظُرُواْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ
“Dan sungguh, Kami telah mengutus
rasul pada tiap umat (untuk menyerukan), ‘Sembahlah Allah, dan jauhilah tagut
itu.’” (QS. An-Nahl: 36).
Makna dari ayat ini adalah bahwa
para rasul, mulai dari Nabi Nuh sampai nabi terakhir–nabi kita, Muhammad shollallahu
‘alaihi wa sallam–,diutus oleh Allah agar mengajak kaumnya untuk beribadah
hanya kepada Allah semata dan tidak memepersekutukan-Nya dengan sesuatu apa
pun.
Tauhid merupakan perintah
Allah yang paling utama dan pertama
Allah berfirman:
وَاعْبُدُواْ اللّهَ وَلاَ
تُشْرِكُواْ بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى
وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ
وَالصَّاحِبِ بِالجَنبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ
اللّهَ لاَ يُحِبُّ مَن كَانَ مُخْتَالاً فَخُورًا
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya
dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa,
karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan
tetangga yang jauh [294], dan teman sejawat, ibnu sabil [295] dan hamba
sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri,(QS. An
Nisaa: 36 )
K e t e r a n g a n :
[294] Dekat dan jauh di sini ada
yang mengartikan dengan tempat, hubungan kekeluargaan, dan ada pula antara yang
muslim dan yang bukan muslim. [295] Ibnus sabil ialah orang yang dalam
perjalanan yang bukan ma'shiat yang kehabisan bekal. Termasuk juga anak yang
tidak diketahui ibu bapaknya.)
Dalam ayat ini, Allah menyebutkan
hal-hal yang Dia perintahkan. Hal pertama yang Dia perintahkan adalah untuk
menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya. Perintah ini didahulukan daripada
berbuat baik kepada orangtua serta manusia-manusia pada umumnya. Maka sangatlah
aneh jika seseorang bersikap sangat baik terhadap sesama manusia, namun dia
banyak menyepelekan hak-hak Tuhannya, terutama hak beribadah hanya kepada
Allah.
Tauhid adalah poros
perbaikan umat
Dakwah perbaikan umat manusia yang
diserukan oleh para rasul itu adalah “dakwah tauhid”, memerangi syirik, yang
mana kesyirikan adalah suatu kemungkaran dan kezaliman yang paling besar di
muka bumi ini. Tauhid yang diserukan oleh para nabi dan rasul adalah tauhid
uluhiyah, yaitu mentauhidkan/mengesakan Allah dalam ibadah, artinya
memurnikan dan memperuntukkan ibadah untuk Allah semata, bukan untuk yang
selain Allah. Di sinilah letak seruan mereka yang paling banyak ditentang dan
diingkari oleh kaum mereka.
Allah ‘Azza wa Jalla
berfirman
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ
رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُواْ اللّهَ وَاجْتَنِبُواْ الطَّاغُوتَ فَمِنْهُم مَّنْ
هَدَى اللّهُ وَمِنْهُم مَّنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلالَةُ فَسِيرُواْ فِي
الأَرْضِ فَانظُرُواْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ
Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat
(untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut [826]
itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh
Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya
[827]. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan
orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).(
QS. An Nahl :36 )
K e t e r a n g a n :
[826] Lihat not 162 tentang arti
"Thaghut". [827] Lihat not 34 tentang arti "disesatkan
Allah".
Tauhid dalam Alquran
Ibnul Qayyim, dalam bukunya Madarijus
Salikin, 3:450, menjelaskan bahwa semua isi Alquran mengandung tauhid dan
mengajak untuk bertauhid, karena kandungan Alquran tidak lepas dari lima hal:
1.
Berita tentang Allah, nama-nama-Nya,
sifat-Nya, perbuatan-Nya, dan informasi lainnya. Ini termasuk dalam jenis
tauhid al-ilmi al-khabari, yaitu pemahaman dan berita tentang Allah yang
bersumber dari dalil-dalil Alquran dan As-Sunnah.
2.
Ajakan untuk beribadah kepada Allah
semata dan melepaskan segala sesembahan selain Allah. Ini termasuk dalam jenis
tauhid ath-thalabi (tauhid yang berisi tuntutan untuk beramal) atau
disebut juga “tauhid uluhiyah”.
3.
Perintah dan larangan, yang
merupakan tuntutan untuk taat kepada Allah, melaksanakan perintah-Nya, dan
menjauhi larangan-Nya. Ini adalah hak dan konsekuensi dari tauhid.
4.
Berita tentang ahli tauhid, para
nabi dan orang-orang saleh, kenikmatan yang Allah berikan kepada mereka, serta
janji pahala dan kebaikan yang akan Allah berikan kepada ahli tauhid di dunia
dan akhirat. Ini adalah balasan yang Allah berikan kepada ahli tauhid.
5.
Cerita tentang orang-orang kafir dan
hukuman yang Allah berikan kepada mereka, baik di dunia maupun akhirat. Jenis
kelima ini masuk dalam kategori hukuman dan siksa bagi orang yang ingkar dan
tidak mau bertauhid.
Oleh karena itu, semua isi Alquran
adalah tauhid.
Syirik ( Menyekutukan Allah ) Dengan Sesuatu Selain-Nya
Syirik bukanlah hanya sekedar diartikan dengan seseorang menyembah berhala
atau mengakui ada pencipta selain Allah. Meskipun menyembah berhala memang termasuk syirik. Namun kesyirikan
sebenarnya lebih luas daripada itu. Yaitu yang berkaitan dengan masalah ibadah,
jika ada
satu ibadah dipalingkan kepada selain Allah, itu pun sudah termasuk syirik.
Syirik
merupakan bahaya yang terbesar dan penyakit yang paling berbahaya. Syirik
sebagai penyakit hati, karena sumber
kesyirikan bermula dari keyakinan (i’tiqad) yang ada di dalam hati. Bahwa ulama
membagi jenis syirik menjadi dua bagian :
a.
Syirik Akbar (besar)
Yaitu
syirik yang tidak diampuni (apabila pelakunya mati dan belum bertaubat),diharamkan
baginya Surga,kekal di dalam neraka serta membatalkan semua amalan-¬amalan yang
telah dilakukan. Syirik akbar merupakan dosa yang terbesar yang tidak akan
diampuni oleh Allah apabila tidak bertaubat. Allah Ta’ala bberfirman :
إِنَّ
اللّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاء وَمَن
يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
Sesungguhnya
Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang
selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang
mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.(QS. An Nisaa:
48 )
Selain
ayat al-Qur’an diatas yang menyebutkan tentang perbuatan syirik merupakan dosa
besar, hadits Rasullullah shallallahu’alaihi wa salam juga menyinggung hal yang
sama sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abdullah radhyallahu’anhu :
صحيح
مسلم ١٢٤: حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَإِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ
قَالَ إِسْحَقُ أَخْبَرَنَا جَرِيرٌ وَقَالَ عُثْمَانُ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ مَنْصُورٍ
عَنْ أَبِي وَائِلٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ شُرَحْبِيلَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ
سَأَلْتُ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الذَّنْبِ أَعْظَمُ عِنْدَ
اللَّهِ قَالَ أَنْ تَجْعَلَ لِلَّهِ نِدًّا وَهُوَ خَلَقَكَ قَالَ قُلْتُ لَهُ إِنَّ
ذَلِكَ لَعَظِيمٌ قَالَ قُلْتُ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ ثُمَّ أَنْ تَقْتُلَ وَلَدَكَ مَخَافَةَ
أَنْ يَطْعَمَ مَعَكَ قَالَ قُلْتُ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ ثُمَّ أَنْ تُزَانِيَ حَلِيلَةَ
جَارِكَ
Shahih
Muslim 124: dari Abdullah dia berkata,
"Aku bertanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, "Dosa apakah
yang paling besar di sisi Allah?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
menjawab: "Kamu membuat tandingan bagi Allah (syirik), sedangkan Dialah
yang menciptakanmu." Aku berkata, "Sesungguhnya dosa demikian memang
besar. Kemudian apa lagi?" Beliau bersabda: "Kemudian kamu membunuh anakmu
karena khawatir dia makan bersamamu." Aku bertanya lagi, "Kemudian
apa lagi?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. bersabda: "Kamu
berzina dengan isteri tetanggamu."
Juga
pelaku Syirik Akbar tempat kembalinya adalah neraka dan diharamkan baginya
Surga.
Allah
Ta’ala berfirman :
لَقَدْ
كَفَرَ الَّذِينَ قَالُواْ إِنَّ اللّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ وَقَالَ الْمَسِيحُ
يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اعْبُدُواْ اللّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ إِنَّهُ مَن يُشْرِكْ
بِاللّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللّهُ عَلَيهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ
مِنْ أَنصَارٍ
Sesungguhnya
telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al
Masih putera Maryam", padahal Al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani
Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang
mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya
surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu
seorang penolongpun.
(Al Maidah : 72)
Sedangkan
dalil yang menunjukkan bahwa syirik akbar menggugurkan amalan-amalan adalah
firman Allah Ta’ala : -
ذَلِكَ
هُدَى اللّهِ يَهْدِي بِهِ مَن يَشَاء مِنْ عِبَادِهِ وَلَوْ أَشْرَكُواْ لَحَبِطَ
عَنْهُم مَّا كَانُواْ يَعْمَلُونَ
“Itulah
petunjuk Allah yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya
di antara hamba-hamba-Nya. Seandainya mereka mempersekutukan Allah niscaya
lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al An’am :
88)
Macam-Macam
Syirik Akbar
Syirik
Akbar ini sangat banyak sekali macamnya, tetapi dapat di kelompokkan menjadi
tiga bagian :
1) Syirik di dalam Al Uluhiyyah
Yaitu
kalau seseorang menyakini bahwa ada tuhan selain Allah yang berhak untuk
disembah (berhak mendapatkan sifat-sifat ubudiyyah). Yang mana Allah Subhanahu
wa Ta’ala dalam berbagai tempat dalam Kitab-Nya menyeru kepada hamba-Nya agar
tidak menyembah atau beribadah kecuali hanya kepada-Nya saja. Firman Allah
Ta’ala :
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
الَّذِي
جَعَلَ لَكُمُ الأَرْضَ فِرَاشاً وَالسَّمَاء بِنَاء وَأَنزَلَ مِنَ السَّمَاء مَاء
فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقاً لَّكُمْ فَلاَ تَجْعَلُواْ لِلّهِ أَندَاداً
وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ
“Wahai
manusia sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang
sebelummu agar kamu bertakwa. Dialah
yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap dan Dia
menurunkan air (hujan) dari langit lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu
segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu karena itu janganlah kamu mengadakan
sekutu-sekutu bagi Allah padahal kamu mengetahuinya.” (QS. Al Baqarah :
21-22)
Perintah
Allah dalam ayat ini agar semua manusia beribadah kepada Rabb mereka dan bentuk
ibadah yang diperintahkan antara lain syahadat, shalat, zakat, shaum, haji,
sujud, ruku’, thawaf, doa, tawakal, khauf (takut), raja’ (berharap), raghbah
(menginginkan sesuatu), rahbah (menghindarkan dari sesuatu), khusu’, khasyah,
¬isti’anah (minta tolong), isti’adzah (berlindung), istighatsah (meratap),
penyembelihan, nadzar, sabar dan lain lain dari berbagai macam ibadah yang
diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
Di
sisi lain ada kerancuan yang terdapat di kalangan umum dalam memahami ibadah.
Mereka mengartikan ibadah dalam definisi yang sempit sekali yaitu sebatas seperti shalat, puasa, zakat, haji. Ada pun
yang lainnya tidak dikategorikan di dalamnya.
Syaikhul
Islam Abul Abbas Ibnu Taimiyyah rahimahullah dalam mendefinisikan ibadah,
beliau berkata :
“Ibadah itu ialah suatu nama yang mencakup
semua perkara yang dicintai Allah dan diridhai-Nya, apakah berupa perkataan
ataupun perbuatan, baik dhahir maupun yang bathin.”
Inilah
pengertian ibadah yang sesungguhnya, yaitu meliputi segala perkara yang
dicintai dan diridlai Allah, baik itu berupa perkataan maupun perbuatan.
Firman
Allah dalam surat Al Baqarah ayat 21 di atas menyatakan sembahlah Rabb kamu,
dimaksudkan untuk mendekatkan pemahaman kepada semua manusia bahwa Ar Rabb yang
wajib disembah adalah yang telah menciptakanmu dan orang-orang sebelum kamu,
yang menciptakan langit dan bumi serta yang mampu menurunkan air (hujan) dari
langit. Yang dengan air hujan itu dihasilkan segala jenis buah-buahan sebagai
rezeki bagi kalian agar kalian mengetahui semua. Maka janganlah mengadakan
sekutu-sekutu bagi Allah dengan menyembah dan meminta rezeki kepada selain-Nya.
Apakah kalian tidak malu dan berpikir bahwa Allah yang menghidupkan dan yang
memberi rezeki kemudian kalian tinggalkan untuk beribadah kepada selain-Nya?
Firman
Allah Ta’ala :
وَيَعْبُدُونَ
مِن دُونِ اللّهِ مَا لاَ يَمْلِكُ لَهُمْ رِزْقًا مِّنَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ
شَيْئًا وَلاَ يَسْتَطِيعُونَ
فَلاَ
تَضْرِبُواْ لِلّهِ الأَمْثَالَ إِنَّ اللّهَ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ
“Dan
mereka menyembah selain Allah, sesuatu yang tak dapat memberi rezeki kepada mereka
sedikitpun dari langit dan bumi dan tidak berkuasa (sedikit jua pun). Maka
janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah. Sesungguhnya Allah
mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. An Nahl : 73-74)
2) Syirik Di Dalam Ar Rububiyyah
Yaitu
jika seseorang meyakini bahwa ada selain Allah yang bisa menciptakan, memberi
rezeki, menghidupkan atau mematikan, dan yang lainnya dari sifat-sifat ar
rububiyyah seperti memberikan pertolongan, memberikan pertolongan, mendatangkan kebaikan dan
keburukan/mudharat. Orang-orang seperti ini keadaannya lebih sesat dan lebih
jelek daripada orang-orang kafir terdahulu.
Orang-orang
terdahulu beriman dengan tauhid rububiyyah namun mereka menyekutukan Allah
dalam uluhiyyah. Mereka meyakini kalau Allah satu-satunya Pencipta alam semesta
namun mereka masih tetap berdoa, meminta pada kuburan-kuburan seperti kuburan
Latta.
Sebagaimana
Allah kisahkan tentang mereka dalam firman-Nya:
وَلَئِن
سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ
لَيَقُولُنَّ اللَّهُ فَأَنَّى يُؤْفَكُونَ
Dan sesungguhnya
jika kamu tanyakan kepada mereka : “Siapakah yang menjadikan langit dan bumi
dan menundukkan matahari dan bulan?” Tentu mereka akan menjawab : “Allah.” Maka
betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar). (QS. Al
Ankabut : 61)
Firman
Allah Ta’ala :
وَلَئِن
سَأَلْتَهُم مَّن نَّزَّلَ مِنَ السَّمَاء مَاء فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ مِن بَعْدِ
مَوْتِهَا لَيَقُولُنَّ اللَّهُ قُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ
Dan sesungguhnya
jika kamu menanyakan kepada mereka : “Siapakah yang menurunkan air dari langit
lalu menghidupkan dengan air itu bumi sesudah matinya?” Tentu mereka akan
menjawab : “Allah.” Katakanlah : “Segala puji bagi Allah.” Tetapi kebanyakan
mereka tidak memahami(nya).” (QS. Al Ankabut : 63)
Firman
Allah Ta’ala :
وَلَئِن
سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ قُلِ الْحَمْدُ
لِلَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ
Dan sesungguhnya
jika kamu tanyakan kepada mereka : “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?”
Tentu mereka akan menjawab : “Allah.” Katakanlah : “Segala puji bagi Allah.”
Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahuinya. (QS. Luqman : 25)
Firman
Allah Ta’ala :
وَلَئِن
سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ خَلَقَهُنَّ الْعَزِيزُ
الْعَلِيمُ
Dan sungguh jika
kamu tanyakan kepada mereka : “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?”
Niscaya mereka akan menjawab : “Semuanya diciptakan oleh Yang Maha Perkasa lagi
Maha Mengetahui.”
(QS. Az Zukhruf : 9)
Ayat-ayat
ini semua menunjukkan kalau orang-orang musyrik terdahulu mengakui Allah-lah
satu¬-satunya pencipta yang menciptakan langit dan bumi, yang menghidupkan dan
mematikan, yang menurunkan hujan dan seterusnya. Akan tetapi mereka masih memberikan
peribadatan kepada yang lainnya. Maka bagaimanakah dengan orang-orang yang
tidak menyakini sama sekali kalau Allah-lah Penciptanya atau ada tuhan lain
yang menciptakan, menghidupkan, dan mematikan, yang menurunkan hujaan dan
seterusnya atau ada yang serupa dengan Allah dalam masalah-masalah ini. Tentu
yang demikian lebih jelek lagi. Inilah yang dimaksud syirik dalam rububiyah.
3) Syirik Di Dalam Al Asma’ wa Ash Shifat
Yaitu
kalau seseorang mensifatkan sebagian makhluk Allah dengan sebagian sifat-sifat
Allah yang khusus bagi-Nya. Contohnya, menyakini bahwa ada makhluk Allah yang
mengetahui perkara¬-perkara ghaib.
Firman
Allah Ta’ala :
عَالِمُ
الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا
“(Dia adalah
Tuhan) yang mengetahui yang ghaib. Maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorang
pun tentang yang ghaib itu.“ (QS. Al Jin : 26)
b)
Syirik Ashghar (kecil)
Bagi
mereka yang melakukan syirik ashghar mereka di bawah kehendak Allah. Kalau
Allah ampuni pelakunya maka tidak diadzab dan kalau tidak diampuni, pelakunya
masuk terlebih dahulu di neraka meskipun setelah itu dimasukkan ke dalam Surga.
Mereka tidak kekal dalam neraka (kalau dia dimasukkan ke dalam neraka).Tidak
membatalkan semua amalan tetapi sebatas yang dilakukan.Tidak diharamkan baginya
Surga.
Meskipun
dalam masalah ini ada khilaf (sebagaimana yang telah kita bahas di atas) akan
tetapi wajib bagi setiap Muslim untuk berhati-hati terhadap penyakit ini dan
jangan menganggap remeh. Pelakunya diwajibkan untuk bertaubat. Di antara yang
dikategorikan dalam Syirik Ashghar antara lain :
1.Ar
Riya’
Yaitu
mengamalkan suatu ibadah supaya dilihat manusia dalam rangka mendapatkan
popularitas). Meskipun syirik ini tidak membatalkan semua amalan secara
keseluruhan namun ia membatalkan amalan yang diniatkan untuk manusia tersebut.
Maka wajib bagi pelakunya untuk bertaubat.
Firman
Allah yang menerang¬kan bahwa riya’ itu membatalkan amalan yang disertai riya’
tersebut adalah sebagai berikut :
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تُبْطِلُواْ صَدَقَاتِكُم بِالْمَنِّ وَالأذَى كَالَّذِي
يُنفِقُ مَالَهُ رِئَاء النَّاسِ وَلاَ يُؤْمِنُ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَمَثَلُهُ
كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا لاَّ
يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ مِّمَّا كَسَبُواْ وَاللّهُ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
Ya
ayyuha allatheena amanoo la tubtiloo sadaqatikum bialmanni waalatha kaallathee
yunfiqu malahu riaa alnnasi wala yuminu biAllahi waalyawmi alakhiri famathaluhu
kamathali safwanin AAalayhi turabun faasabahu wabilun fatarakahu saldan la
yaqdiroona AAala shayin mimma kasaboo waAllahu la yahdee alqawma alkafireena
Hai orang-orang
yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan
menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang
menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada
Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di
atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih
(tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka
usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir [168].( QS. Al
Baqarah:264)
:K e t
e r a n g a n
[168]
Mereka ini tidak mendapat manfaat di dunia dari usaha-usaha mereka dan tidak
pula mendapat pahala di akhirat.
Sabda
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam : Diriwayatkan dari Mahmud bin Labid
bahwa dia berkata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam berkata :
مسند أحمد ٢٢٥٢٣: حَدَّثَنَا يُونُسُ حَدَّثَنَا
لَيْثٌ عَنْ يَزِيدَ يَعْنِي ابْنَ الْهَادِ عَنْ عَمْرٍو عَنْ مَحْمُودِ بْنِ لَبِيدٍ
أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ
عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ قَالُوا وَمَا الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ يَا رَسُولَ
اللَّهِ قَالَ الرِّيَاءُ يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
إِذَا جُزِيَ النَّاسُ بِأَعْمَالِهِمْ اذْهَبُوا إِلَى الَّذِينَ كُنْتُمْ تُرَاءُونَ
فِي الدُّنْيَا فَانْظُرُوا هَلْ تَجِدُونَ عِنْدَهُمْ جَزَاءً
حَدَّثَنَا
إِبْرَاهِيمُ بْنُ أَبِي الْعَبَّاسِ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ أَبِي الزِّنَادِ
عَنْ عَمْرِو بْنِ أَبِي عَمْرٍو عَنْ عَاصِمِ بْنِ عُمَرَ الظَّفَرِيِّ عَنْ مَحْمُودِ
بْنِ لَبِيدٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ
أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ فَذَكَرَ مَعْنَاهُ
Musnad
Ahmad 22523: dari Mahmud bin Labid bahwa
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya yang
paling aku khawatirkan dari kalian adalah syirik kecil." Mereka bertanya:
Apa itu syirik kecil wahai Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam? Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Riya`, Allah 'azza wajalla
berfirman kepada mereka pada hari kiamat saat orang-orang diberi balasan atas
amal-amal mereka: Temuilah orang-orang yang dulu kau perlihat-lihatkan di dunia
lalu lihatlah apakah kalian menemukan balasan disisi mereka?"
Di
hadits lain disebutkan :
حَدَّثَنَا
أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ سَلَمَةَ
بْنِ كُهَيْلٍ قَالَ سَمِعْتُ جُنْدُبًا الْعَلَقِيَّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ يُسَمِّعْ يُسَمِّعْ اللَّهُ بِهِ وَمَنْ يُرَائِي
يُرَائِي اللَّهُ بِهِ و حَدَّثَنَا إِسْحَقُ
بْنُ إِبْرَاهِيمَ حَدَّثَنَا الْمُلَائِيُّ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بِهَذَا الْإِسْنَادِ
وَزَادَ وَلَمْ أَسْمَعْ أَحَدًا غَيْرَهُ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ عَمْرٍو الْأَشْعَثِيُّ أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ
عَنْ الْوَلِيدِ بْنِ حَرْبٍ قَالَ سَعِيدٌ أَظُنُّهُ قَالَ ابْنُ الْحَارِثِ بْنِ
أَبِي مُوسَى قَالَ سَمِعْتُ سَلَمَةَ بْنَ كُهَيْلٍ قَالَ سَمِعْتُ جُنْدُبًا وَلَمْ
أَسْمَعْ أَحَدًا يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
غَيْرَهُ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ
بِمِثْلِ حَدِيثِ الثَّوْرِيِّ و حَدَّثَنَاه ابْنُ أَبِي عُمَرَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ
حَدَّثَنَا الصَّدُوقُ الْأَمِينُ الْوَلِيدُ بْنُ حَرْبٍ بِهَذَا الْإِسْنَادِ
Hadis riwayat
Jundub Al-Alaqiy Radhiyallahu 'anhu , ia berkata:Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wa sallam bersabda: Barang siapa mencari popularitas dengan amal perbuatannya,
maka Allah akan menyiarkan aibnya dan barang siapa yang riya dengan amalnya,
maka Allah akan menampakkan riyanya
Dalam
hal riya’ membatalkan amalan, maka riya’ ini terbagi menjadi dua bagian :
1.
Apabila riya’ sejak awal, yaitu bahwa orang tersebut dalam melakukan amalannya
sudah mempunyai niat untuk riya’. Yang seperti ini membatalkan amalan yang dia
lakukan
2.
Apabila datang dengan tiba-¬tiba di tengah-tengah atau di akhir amalan dan
orang tersebut berusaha untuk menolak atau menghilangkan dari hatinya. Maka
yang seperti ini tidak sampai membatalkan amalannya.
b) Sum’ah
Sum’ah
adalah mengamalkan suatu ibadah supaya
didengar orang lain dalam rangka mendapatkan popularitas. Pada hakekatnya
sum’ah merupakan riya’ juga.
Dua
penyakit ini yang sangat rawan dalam hati karena sangat samar tidak terlihat
oleh mata sehingga seorang Muslim harus sangat berhati-hati. Ayat Al Qurr’an
dalam surat Al Baqarah 264 serta hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa
Sallam dari shahabat Mahmud bin Labid di atas menjadi perhatian bagi kita bahwa
Allah Subhanahu wa Ta’ala memanggil dengan panggilan ‘Wahai orang-¬orang yang
beriman’ dan Rasulullah mengkhawatirkan riya’ tersebut akan menimpa para
shahabat. Hal ini menunjukkan bahwa orang Mukmin pun apabila tidak hati-hati
akan terkena penyakit ini. Mudah-mudahan Al¬lah selamatkan kita darinya.
Beberapa Contoh Perbuatan Syirik Yang Banyak Dilakukan Di
Tengah-Tengah Masyarakat
Diantara
sekian banyak kaum muslimin yang mengakui hanya Allah subhanahu wa ta’ala sebagai satu-satunya yang berhak untuk
disembah sedangkan selain itu adalah bathil, namun masih ada dalam
kesehariannya menunjukkan prilaku yang menyimpang dalam tauhidnya, yaitu masih
meyakini ada sesuatu selain Allah yang dianggap juga mampu memberikan
kebaikan/kemaslahatan dan kemudharatan sehingga perlu dimintakan pertolongan
dan perlindungannya. Keyakinan yang seperti ini jelas-jelas sebagai
penyimpangan dalam tauhid karena keyakinan tersebut berarti menyekutukan Allah
dengan sesuatu selain-nya yang lazim dikenal dengan sebtran syirik.
Berbagai ragam rupa bentuk-bentuk penyimpangan
aqidah yang dilakukan dan berkembang ditengah-tengah masyarakat yang berbeda
suku dan daerahnya namun hakikatnya adalah sama yaitu perbuatan syirik. Dibawah
ini diberikan beberapa contoh perbuatan syirik yang ada dimasyarakat antara
lain :
1. Mendatangi kubur-kubur orang-orang shaleh atau wali-wali
yang dikramatkan kemudian beribadah dengan membaca ayat-ayat al-Qur’an disamping
kubur tsb kemudian berdoa ( memohon pertolongan ) meminta pengampunan dosa,
menghilangkan kesulitan (hidup), atau mendapatkan sesuatu yang diinginkan,
seperti keturunan dan kesembuhan penyakit, meminta kekayaan dll. Perbuatan ini
termasuk dalam katagori meminta
pertolongan kepada selain Allah, padahal semestinya meminta pertolongan
pengampunan dosa, meminta dihilangkannya kesulitan hidup, meminta kekayaan,
minta disembuhkan dari penyakit, meminta agar diberikan keturunan diajukan
hanya kepada Allah semata yang mempunyai kekuasaan dan kemampuan untuk
memberikan pertolongan.Keyakinan terhadap kubur-kubur kramat dan orang shaleh
atau para wali yang dapat memberikan
pertolongan merupakan syirik rububiyah. Sedangkan beribadah dengan
menyampaikan doa permohonan kepada kubur termasuk syirik uluhiyah .
2.Mempercayai adanya sesuatu selain Allah berupa roh-roh halus, orang
ghaib, jin atau dewa penguasa laut, penguasa bumi, gunung-gunung berapi ,
penunggu pohon-pohon yang dianggap angker, penunggu sungai dan berbagai nama
lainnya yang dapat dimintakan pertolongan, yang
dipercaya dapat mendatangkan rezeki, yang ditakuti karena dapat mendatangkan musibah berupa bencana,
mendatangkan penyakit dll. Keyakinan semacam ini merupakan bagian dari syirik
rububiyah.
3. Memberikan persembahan kepada sesuatu selain Allah ( yang dianggap
sebagai dewa atau yang diyakini
sebagai penguasa bumi dan penguasa laut, penguasa dan penunggu gunung,
penunggu pohon-pohon angker atau jin-jin) dengan memberikan sesajen yang
dilarungkan kelaut dan sesajen untuk pesta bumi atau sesajen lainnya ,termasuk
yang digantung dipohon-pohon Perbuatan seperti tersebut termasuk perbuatan syirik uluhiyah . Pemberian sesajen sebagai bentuk persembahan tersebut
dimaksudkan sebagai ucapan syukur dan rasa terimakasih karena sesuatu apa-apa
yang disebutkan diatas telah memberikan pertolongan berupa rezeki dan
memberikan penjagaan kepada mereka. M ereka beranggapan bahwa apabila tidak
diberikan persembahan atau terlambat dari waktunya memberikan sesajen maka akan terjadi sesuatu yang tidak
diinginkan berupa musibah atau bencana sebagai akibat kemarahan dari yang
dipertuhankan tersebut. .Padahal sesuatu yang dipertuhankan selain Allah yang
dianggap bisa memberikan perlindungan dan memberikan rezeki tersebut sebenarnya
tidak mempunyai sedikitpun kekuatan, kekuasaan dan kemampuan. Karena hanya Allah subhanahu wa ta’ala yang Maha
Kuasa dan Allah Yang Maha Pencipta.
4.Melakukan penyembelihan hewan sebagai persembahan da kepada
selain Allah
seperti menyembelih hewan yang kepala ditanamkan pada saat pembangunan proyek-proyek jembatan,
pelabuhan, bandara , gedung-gedung dll dengan maksud untuk meminta izin kepada
jin-jin penunggu sehingga dalam pelaksanaan proyek tidak mendapatkan gangguan .
Mereka yang melakukan penyembelihan dengan maksud untuk persembahan dalam
pelaksanaan proyek tersebut apabila
tidak meminta izin terlebih dahulu serta tidak memberikan sesajen berupa hewan
yang disembelih akan terjadi musibah
berupa kecelakaan bahkan kematian
5.Pemberian sesajen yang sifatnya kecil-kecilan biasanya oleh sebagian
orang dilakukan pada saat menyelenggaraan hajat keluarga seperti pada
perkawinan, upacara mandi pada wanita hamil 7 bulan, dan acara-acara lainnya. Sesajen
berupa berupa beras, pisang,dan gula
tempat ( b askom ). Adapula yang sesajen yang dibuat dari nasi ketan yang
diatasnya diberi sebutir telur dan sesisir pisang kemudian dibuang/dilarung kesungai. Dengan dilarungkannya sesajen
tersebut maka acara hajatan selamat dari gangguan makhluk halus atau jin
6.Bernazar kepada kuburan orang-orang shaleh dan para wali yang
dianggap kramat,
apabila hajat yang dimintakan terkabul maka yang bernazar akan memenuhi
nazarnya sesuai dengan apa yang dinazarkannnya. Ada yang bernazar menyembelih
hewan, ada yang bernazar akan membangunkan kubah atau memperbaiki serta
memperindah kuburan yang dikramatkan
tersebut. Bernazar kepada selain Allah nyata-nyata telah menyimpang dari Aqidah
dan menyalahi tauhid karena termasuk perbuatan syirik.
7. Berlebihan dan melampaui batas (ghuluw) dalam memuji dan mengagungkan Nabi Muhammad
Shallallahu 'alaihi wa sallam. Perbuatan ini dilakukan dengan
mengamalkan secara rutin bacaan-bacaan shawalat karangan para penyair seperti
shalawat nariyah, barzanzi, kasidah
burdah, shalawat al-fatih dan yang lainnya.Sedangkan redaksi syair-syair
shalawat tersebut dalam bahasa arab yang tidak dimengerti artinya sebenarnya
banyak mengandung kalimat sanjungan yang menyamakan kedudukan Nabi Muhammad
shallallahu’alaihi wa sallam sejajar dengan Allah subahanahu wa ta’ala. Meminta pertolongan kepada Rasullullah
padahal beliau sudah wafat, meminta syafa’at langsung kepada beliau saat sujud.
Meminta ampunan dari dosa serta memintan surga kepada beliau. Selain itu juga
banyak pula yang menganggap bahwa Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam
mengetahui yang ghaib-ghaib , menganggap bahwa Nabi Muhammad diciptakan dari Nur yang penciptaannya jauh
sebelum dunia diciptakan dan meyakini
bahwa dunia ini diciptakan oleh Allah subhanahu wa ta’ala karena beliau.
Perbuatan yang dilakukan oleh mereka-mereka tersebut sangat berlebihan dan
bahkan syirik. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam sendiri yang melarang hal
ini dalam sabda beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam:
"Janganlah kalian berlebihan dan melampaui batas dalam memujiku seperti orang-orang Nashrani berlebihan dan melampaui batas dalam memuji (Nabi Isa) bin Maryam, karena sesungguhnya aku adalah hamba (Allâh), maka katakanlah: hamba Allâh dan rasul-Nya".
Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah seorang hamba yang tidak mungkin ikut memiliki sebagian dari sifat-sifat khusus yang dimiliki Allâh Azza wa Jalla, seperti mengetahui ilmu gaib, memberikan manfaat atau mudharat bagi manusia, mengatur alam semesta, dan lain-lain. Allâh Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"Janganlah kalian berlebihan dan melampaui batas dalam memujiku seperti orang-orang Nashrani berlebihan dan melampaui batas dalam memuji (Nabi Isa) bin Maryam, karena sesungguhnya aku adalah hamba (Allâh), maka katakanlah: hamba Allâh dan rasul-Nya".
Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah seorang hamba yang tidak mungkin ikut memiliki sebagian dari sifat-sifat khusus yang dimiliki Allâh Azza wa Jalla, seperti mengetahui ilmu gaib, memberikan manfaat atau mudharat bagi manusia, mengatur alam semesta, dan lain-lain. Allâh Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
قُل لاَّ أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلاَ ضَرًّا إِلاَّ مَا شَاء اللّهُ وَلَوْ كُنتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لاَسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَاْ إِلاَّ نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Katakanlah:
"Aku tidak berkuasa menarik kemanfa'atan bagi diriku dan tidak (pula)
menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku
mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan
aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi
peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman".(QS. Al
A’raf : 188 )
8.Berlebihan dalam memuji dan mengagungkan ulama,tuan guru,
syaikh dan habib. Pemberian pujian
dan pengagungan yang berlebihan oleh sebagian masyarakat tidak saja terbatas
kepada Nabi shallallahu’alahi wa sallam, tetapi juga diberikan kepada para
ulama, tuan guru dan habib.Mereka yang menjadi murid dan pengikut yang setia
dan fanatik meyakini bahwa ulama,tuan guru dan habib yang mereka ikuti
mempunyai ilmu agama yang tinggi bahkan menguasai pengetahuan hal-hal yang
bersifat ghaib dan dapat memasukkan para pengikutnya kedalam surga.Gambar/foto
diri ulama, tuan guru, habib tersebut dijadikan pajangan dirumah karena
diyakini dapat memberikan perlindungan dan keselamatan serta dapat memberikan rezeki.Setelah
wafatnya para ulama, tuan guru, syaikh dan habib tersebut kuburnya dibangunkan
kubah yang mewah dan dijadikan tempat untuk berziarah serta tempat beribadah
dan tempat untuk meminta pertolongan. Kuburan tersebut dijadikan kuburan kramat
sebagai kubur yang dapat memberikan kemaslahatan
9. Mendatangi para dukun, tukang sihir, peramal (paranormal) dan sebagainya,
untuk berbagai kepentingan seperti untuk pengobatan, mencar pengasih ( ilmu
pelet), memperoleh ilmu kekebalan,
mencari pesugihan, mencari penglaris, susuk kecantikan , kemudian
mempercayainya serta membenarkan ucapan
mereka. Ini termasuk perbuatan kufur (mendustakan) agama yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, berdasarkan sabda beliau
Shallallahu 'alaihi wa sallam yang artinya:
"Barangsiapa yang mendatangi dukun atau tukang ramal kemudian membenarkan ucapannya, maka sungguh dia telah kafir terhadap agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam"
Hal ini dikarenakan para dukun, peramal, dan tukang sihir tersebut mengaku-ngaku mengetahui urusan gaib, padahal ini merupakan kekhususan bagi Allâh Subhanahu wa Ta'ala.
قُل لَّا يَعْلَمُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ ۚ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ
"Katakanlah: "Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah", dan mereka tidak mengetahui bilamana mereka akan dibangkitkan". [an-Naml/27:65]
10. Menggantungkan jimat .Termasuk perbuatan yang merusak tauhid (syirik) dan akidah seorang Muslim adalah menggantungkan jimat -baik berupa benang, manik-manik atau benda lainnya- pada leher, tangan, atau tempat-tempat lainnya, dengan meyakini jimat tersebut sebagai penangkal bahaya dan pengundang kebaikan.
Perbuatan ini dilarang keras oleh Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam sabda beliau
سنن
ابن ماجه ٣٥٢١: حَدَّثَنَا أَيُّوبُ بْنُ مُحَمَّدٍ الرَّقِّيُّ حَدَّثَنَا مُعَمَّرُ
بْنُ سُلَيْمَانَ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ بِشْرٍ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ عَمْرِو
بْنِ مُرَّةَ عَنْ يَحْيَى بْنِ الْجَزَّارِ عَنْ ابْنِ أُخْتِ زَيْنَبَ امْرَأَةِ
عَبْدِ اللَّهِ عَنْ زَيْنَبَ قَالَتْ
كَانَتْ
عَجُوزٌ تَدْخُلُ عَلَيْنَا تَرْقِي مِنْ الْحُمْرَةِ وَكَانَ لَنَا سَرِيرٌ طَوِيلُ
الْقَوَائِمِ وَكَانَ عَبْدُ اللَّهِ إِذَا دَخَلَ تَنَحْنَحَ وَصَوَّتَ فَدَخَلَ يَوْمًا
فَلَمَّا سَمِعَتْ صَوْتَهُ احْتَجَبَتْ مِنْهُ فَجَاءَ فَجَلَسَ إِلَى جَانِبِي فَمَسَّنِي
فَوَجَدَ مَسَّ خَيْطٍ فَقَالَ مَا هَذَا فَقُلْتُ رُقًى لِي فِيهِ مِنْ الْحُمْرَةِ
فَجَذَبَهُ وَقَطَعَهُ فَرَمَى بِهِ وَقَالَ لَقَدْ أَصْبَحَ آلُ عَبْدِ اللَّهِ أَغْنِيَاءَ
عَنْ الشِّرْكِ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ
إِنَّ الرُّقَى وَالتَّمَائِمَ وَالتِّوَلَةَ شِرْكٌ قُلْتُ فَإِنِّي خَرَجْتُ يَوْمًا
فَأَبْصَرَنِي فُلَانٌ فَدَمَعَتْ عَيْنِي الَّتِي تَلِيهِ فَإِذَا رَقَيْتُهَا سَكَنَتْ
دَمْعَتُهَا وَإِذَا تَرَكْتُهَا دَمَعَتْ قَالَ ذَاكِ الشَّيْطَانُ إِذَا أَطَعْتِهِ
تَرَكَكِ وَإِذَا عَصَيْتِهِ طَعَنَ بِإِصْبَعِهِ فِي عَيْنِكِ وَلَكِنْ لَوْ فَعَلْتِ
كَمَا فَعَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ خَيْرًا لَكِ
وَأَجْدَرَ أَنْ تُشْفَيْنَ تَنْضَحِينَ فِي عَيْنِكِ الْمَاءَ وَتَقُولِينَ أَذْهِبْ
الْبَاسْ رَبَّ النَّاسْ اشْفِ أَنْتَ الشَّافِي لَا شِفَاءَ إِلَّا شِفَاؤُكَ شِ
Sunan
Ibnu Majah 3521:, dari Zainab dia
berkata, "Seorang wanita tua menemui kami hendak menjampi-jampi dari
penyakit demam. Dan kami memiliki dipan yang panjang kaki-kakinya, dan apabila
Abdullah hendak masuk maka ia akan berdehem dan bersuara. Suatu hari ia masuk,
ketika wanita tua itu mendengar suaranya, maka ia bersembunyi. Kemudian
Abdullah datang dan duduk di sampingku dan membelaiku, ternyata ia menyentuh
suatu jahitan benang, maka dia berkata, 'Apa ini? ' aku lalu menjawab, 'Jimat,
di dalamnya terdapat jampi-jampiku untuk pengobatan penyakit demam."
Abdullah lalu menariknya dengan paksa, kemudian ia putus dan membuangnya seraya
berkata, "Sungguh saat ini keluarga Abdullah telah melakukan praktek kesyirikkan,
saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Sesungguhnya jampi-jampi, jimat dan pelet adalah syirik." Aku
berkata, "Suatu hari aku keluar, lantas si fulan memandangiku hingga
mataku selalu berair, jika mataku di jampi maka air matanya akan berhenti,
namun jika tidak di jampi maka ia akan selalu berair." Abdullah berkata,
"Itu adalah (perbuatan) setan, jika kamu mentaatinya maka setan akan
meninggalkanmu, tapi jika kamu tidak mentaatinya maka ia akan menusuk matamu
dengan jari-jarinya. Akan tetapi sekiranya kamu melakukan apa yang pernah di
lakukan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam maka itu akan lebih baik
bagimu dan lebih layak mendapatkan kesembuhan, kamu mengguyur kedua matamu
dengan air sambil membaca: 'ADZHIBIL BA`SA RABBANNASI ISYFI ANTA SYAAFI LAA
SYIFAA`A ILLA SYIFAA`UKA SYIFAA`AN LAA YUGHAADIRU SAQAMA (Hilangkanlah
kesusahan, wahai Rabb manusia, sembuhkanlah. Sebab Engkaulah Maha penyembuh,
yang tidak ada kesembuhan melainkan kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak meninggalkan
rasa sakit)
11. Tathayyur ., Perbuatan tathayyur, yaitu menjadikan sesuatu sebagai sebab kesialan atau keberhasilan suatu urusan, padahal Allâh Subhanahu wa Ta'ala tidak menjadikannya sebagai sebab yang berpengaruh. Yang termasuk dalam tathayyur ini antara lain meyakini adanya hari, tanggal, bulan yang sial, meyakini adanya suara burung sebagai adanyab tanda-tanda yang mendatangkan kesialan. Dan banyak lagi yang lainnya termasuk tathayyur.
Perbuatan ini juga dilarang keras oleh Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam sabda beliau ::
11. Tathayyur ., Perbuatan tathayyur, yaitu menjadikan sesuatu sebagai sebab kesialan atau keberhasilan suatu urusan, padahal Allâh Subhanahu wa Ta'ala tidak menjadikannya sebagai sebab yang berpengaruh. Yang termasuk dalam tathayyur ini antara lain meyakini adanya hari, tanggal, bulan yang sial, meyakini adanya suara burung sebagai adanyab tanda-tanda yang mendatangkan kesialan. Dan banyak lagi yang lainnya termasuk tathayyur.
Perbuatan ini juga dilarang keras oleh Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam sabda beliau ::
صحيح
البخاري ٥٣١٦: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْحَكَمِ حَدَّثَنَا النَّضْرُ أَخْبَرَنَا
إِسْرَائِيلُ أَخْبَرَنَا أَبُو حَصِينٍ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
عَنْ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا عَدْوَى وَلَا طِيَرَةَ وَلَا
هَامَةَ وَلَا صَفَرَ
Shahih
Bukhari 5316: dari Abu Hurairah
radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda:
"Tidak ada 'adwa (keyakinan adanya penularan penyakit), tidak ada thiyarah
(menganggap sial sesuatu hingga tidak jadi beramal), tidak ada hammah
(keyakinan jahiliyah tentang rengkarnasi) dan tidak pula shafar (menganggap
bulan shafar sebagai bulan haram atau keramat).
12.Bersumpah dengan nama selain Allah .Demikian juga
perbuatan bersumpah dengan nama selain Allâh Azza wa Jalla. Rasulullâh
Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
سنن
أبي داوود ٢٨٢٩: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ حَدَّثَنَا ابْنُ إِدْرِيسَ
قَالَ سَمِعْتُ الْحَسَنَ بْنَ عُبَيْدِ اللَّهِ عَنْ سَعْدِ بْنِ عُبَيْدَةَ قَالَ
سَمِعَ
ابْنُ عُمَرَ رَجُلًا يَحْلِفُ لَا وَالْكَعْبَةِ فَقَالَ لَهُ ابْنُ عُمَرَ إِنِّي
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى."اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ حَلَفَ
بِغَيْرِ اللَّهِ فَقَدْ أَشْرَكَ
Sunan
Abu Daud 2829: dari Sa'd bin 'Ubaidah, ia
berkata; Ibnu Umar mendengar seseorang bersumpah dengan mengatakan; tidak demi
ka'bah. Kemudian Ibnu Umar berkata; sesungguhnya aku telah mendengar Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam berkata: "Barangsiapa yang bersumpah dengan
selain nama Allah, maka sungguh ia telah berbuat syirik."
13.Meyakini benda-benda pusaka, batu-batu,pohon atau benda-benda apa saja sebagai barang yang
bertuah
yang dapat mendatangkan kemaslahatan dan kemudaratan, dapat mendatangkan
rezeki, dapat memberikan kesembuhan dan berbagai kebaikan lainnya, merupakan
perbuatan syirik.
14.Mempercayai ramalan-ramalan seperti primbon, zodiac (ramalan
bintang), feng-shui, shio dan yang selainnya. Tidak seorangpun
yang mengetahui tentang hal-hal yang ghaib seperti hal-hal yang berkaitan
dengan nasib dan masa depan seseorang kecuali Allah Yang Maha Mengetahui.
Percayai kepada ramalan-ramalan berarti
mempercayai adanya sesuatu selain Allah yang mengetahui hal-hal yang ghaib,
perbuatan ini termasuk syirik.
15. Melakukan pengobatan dengan cara yang syirikTidak diperbolehkan
berobat dengan hal-hal yang syirik, seperti: pengobatan alternatif dengan cara
mendatangi dukun, tukang sihir, orang pintar, menggunakan jin, pengobatan jarak
jauh dan sebagainya yang tidak sesuai dengan syari’at Islam, sehingga dapat
mengakibatkan terjatuh ke dalam perbuatan syirik yang merupakan dosa besar yang
paling besar.
Perbuatan
Syirik Sebagai Tindakan Kezaliman Yang
Besar Terhadap Allah Dan Dosa Yang Tidak Diampuni
Sesungguhnya
banyak sekali ayat-ayat al-Qur’an yang membicarakan tentang diharamkannya
perbuatan membuat tandingan-tandingan atau sekutu-sekutu terhadap Allah Yang
Maha Esa.
Begitu
banyak manusia yang didalam praktek kehidupan sehari-harinya tanpa disadarinya
telah melakukan penyembahan kepada sesuatu selain Allah walaupun bentuk
penyembahan tersebut tidak dalam bentuk
sujud, tetapi dalam bentuk lain seperti meyakini sesuatu itu dapat mendatangkan
kemudharatan bagi dirinya ( misalnya meyakini hari atau bulan yang mendatangkan
sial).Hal semacam ini tiada lain adalah bentuk perbuatan syirik.Firman Allah
subhanahu wa ta’ala :
يَدْعُو
مِن دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُ وَمَا لَا يَنفَعُهُ ذَلِكَ هُوَ الضَّلَالُ الْبَعِيدُ
Ia menyeru
selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi mudharat dan tidak (pula)
memberi manfa'at kepadanya. Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh.(QS.Al Hajj:12 )
Dalam
ayat lain Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman :
قُلْ
أَتَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللّهِ مَا لاَ يَمْلِكُ لَكُمْ ضَرًّا وَلاَ نَفْعًا وَاللّهُ
هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Katakanlah:
"Mengapa kamu menyembah selain
daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi mudharat kepadamu dan tidak
(pula) memberi manfa'at ?" Dan Allah-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.(QS.Al Maidah : 76 )
Kepada mereka-mereka yang melakukan
perbuatan syirik dengan berbagai prilakunya Allah bertanya sebagaimana dengan
Firman
-Nya :
قَالَ
أَفَتَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنفَعُكُمْ شَيْئًا وَلَا يَضُرُّكُمْ
Ibrahim berkata:
Maka mengapakah kamu menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberi
manfa'at sedikitpun dan tidak (pula) memberi mudharat kepada kamu?"(QS.Al
Anbiyaa’:66 )
Orang-orang
yang melakukan kesyirikan tehadap Allah adalah orang-orang kafir seperti yang
disinggung dalam firman-Nya :
وَيَعْبُدُونَ
مِن دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنفَعُهُمْ وَلَا يَضُرُّهُمْ وَكَانَ الْكَافِرُ عَلَى
رَبِّهِ ظَهِيرًا
Dan mereka
menyembah selain Allah apa yang tidak memberi manfa'at kepada mereka dan tidak
(pula) memberi mudharat kepada mereka. Adalah orang-orang kafir itu penolong
(syaitan untuk berbuat durhaka) terhadap Tuhannya.(QS.Al Furqon:55)
Orang-orang musyrik dan kafir
mengatakan bahwa mereka sebenarnya tidaklah menyembah sesuatu selain Allah
melainkan hanya sekedar sarana untuk mendekatkan diri melalui sesuatu selain
Allah itu, sebagaimana disinggung dalam firman Allah ta’ala :
أَلَا
لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِن دُونِهِ أَوْلِيَاء مَا نَعْبُدُهُمْ
إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي
مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ
Ingatlah, hanya
kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang
mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka
melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-
dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa
yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang
yang pendusta dan sangat ingkar.(QS.Az Zumar:3)
Firman
Allah ta’ala :
فَلاَ
تَضْرِبُواْ لِلّهِ الأَمْثَالَ إِنَّ اللّهَ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ
Maka
janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah. Sesungguhnya Allah
mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.( QS.An Nahl : 74 )
Firman
Allah ta’ala :
أَلا
إِنَّ لِلّهِ مَن فِي السَّمَاوَات وَمَن فِي الأَرْضِ وَمَا يَتَّبِعُ الَّذِينَ يَدْعُونَ
مِن دُونِ اللّهِ شُرَكَاء إِن يَتَّبِعُونَ إِلاَّ الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلاَّ يَخْرُصُونَ
Ingatlah,
sesungguhnya kepunyaan Allah semua yang ada di langit dan semua yang ada di
bumi. Dan orang-orang yang menyeru sekutu-sekutu selain Allah, tidaklah
mengikuti (suatu keyakinan). Mereka tidak mengikuti kecuali prasangka belaka,
dan mereka hanyalah menduga-duga.(QS.Yunus: 66 )
Firman
Allah subhanahu wa ta’ala :
الَّذِي
جَعَلَ لَكُمُ الأَرْضَ فِرَاشاً وَالسَّمَاء بِنَاء وَأَنزَلَ مِنَ السَّمَاء مَاء
فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقاً لَّكُمْ فَلاَ تَجْعَلُواْ لِلّهِ أَندَاداً
وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ
Dialah yang
menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia
menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu
segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan
sekutu-sekutu bagi Allah [30], padahal kamu mengetahui.( QS.Al Baqarah
: 22 )
K e t e r a n g a n :
[30]
Ialah segala sesuatu yang disembah di samping menyembah Allah seperti
berhala-berhala, dewa-dewa, dan sebagainya.
Barang siapa yang telah berbuat
syirik kepada Allah baik secara langsung melakukan penyembahan/bersujud kepada
sesuatu selain Allah, mengagung-agungkan sesuatu lain Allah sebagaimana
mengagung-agungkan Allah atau melakukan kesyirikan secara tidak langsung
menyembah kepada sesuatu selain Allah seperti berkeyakinan pada sesuatu itu
dapat mendatangkan kebaikan atau kemudharatan maka Alla h subhanahu wa ta’ala tidak akan memberikan ampunan kepada
mereka.Firman Allah ta’ala :
إِنَّ
اللّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاء وَمَن
يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
Sesungguhnya
Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang
selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang
mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.(QS.An Nisaa : 48
)
Pada
ayat yang lain Allah ta’ala berfirman :
إِنَّ
اللّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاء وَمَن
يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلاَلاً بَعِيدًا
Sesungguhnya
Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan dia
mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa
yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah
tersesat sejauh-jauhnya.(QS.An Nisaa: 116 )
Selain ayat-ayat al-Qur’an yang
mengemukakan tentang haramnya melakukan kesyirikan kepada Allah subhanahu wa
ta’ala , Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam juga menambahkan banyak
keterangan tentang syirik tersebut dengan hadits-hadits beliau antara lain :
1. Hadits Rasullullah shallallahu’alaihi wa
sallam tentang syirik sebagai dosa yang paling besar :
صحيح
البخاري ٦٤٠٨: حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ الْمُفَضَّلِ حَدَّثَنَا
الْجُرَيْرِيُّ ح و حَدَّثَنِي قَيْسُ بْنُ حَفْصٍ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ
أَخْبَرَنَا سَعِيدٌ الْجُرَيْرِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ أَبِي بَكْرَةَ
عَنْ أَبِيهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
قَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَكْبَرُ الْكَبَائِرِ الْإِشْرَاكُ
بِاللَّهِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ وَشَهَادَةُ الزُّورِ وَشَهَادَةُ الزُّورِ ثَلَاثًا
أَوْ قَوْلُ الزُّورِ فَمَا زَالَ يُكَرِّرُهَا حَتَّى قُلْنَا لَيْتَهُ سَكَتَ
Shahih
Bukhari 6408: Sa'id Al Jurairi telah
menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Abu Bakrah dari ayahnya radliallahu
'anhu mengatakan, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Dosa yang
paling besar diantara dosa-dosa besar lainnya adalah menyekutukan Allah, durhaka
kepada orang tua, kesaksian palsu, kesaksian palsu (beliau mengulanginya tiga
kali), atau ucapan dusta, " beliau tidak henti-henti mengulang-ulanginya
sehingga kami mengatakan; 'Duhai, sekiranya beliau diam.'
2. Hadits Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam
bahwa syirik itu asdalah perbuatan zhaliman yang besar :
صحيح
البخاري ٦٤٠٧: حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ الْأَعْمَشِ
عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ عَلْقَمَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
لَمَّا
نَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ
{
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ }
شَقَّ
ذَلِكَ عَلَى أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالُوا أَيُّنَا
لَمْ يَلْبِسْ إِيمَانَهُ بِظُلْمٍ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ إِنَّهُ لَيْسَ بِذَاكَ أَلَا تَسْمَعُونَ إِلَى قَوْلِ لُقْمَانَ
{
إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ }
Shahih
Bukhari 6407: dari Abdullah radliallahu
'anhu, mengatakan; 'Dikala diturunkan ayat; 'Sesungguhnya orang yang beriman
dan tidak mencampur adukkan keimanan mereka dengan kezhaliman' (QS. Al an'am
82), para sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam merasa gusar, sehingga
bertanya; 'Siapakah diantara kami yang tidak mencampur keimananya dengan
kezjhaliman? ' Maka Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam menjawab; "Bukan
itu yang dimaksudkan, tidakkah kalian mendengar ucapan Luqman; 'sesungguhnya
kesyirikan adalah kezhaliman yang besar" (QS. Luqman 13)
3. Hadits Rasullullah shallallahu’alaihi wa
sallam yang menyebutkan bahwa barang siapa yang mati dalam keadaan menyekutukan
Allah masuk neraka dan barang siapa yang mati dalam keadaan tidak menyekutukan
Allah pasti akan masuk surga :
صحيح
البخاري ١١٦٢: حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ حَفْصٍ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ
حَدَّثَنَا شَقِيقٌ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ مَاتَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ
شَيْئًا دَخَلَ النَّارَ
وَقُلْتُ
أَنَا مَنْ مَاتَ لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ
Shahih
Bukhari 1162: Telah menceritakan kepada
kami 'Umar bin Hafsh telah menceritakan kepada kami bapakku telah menceritakan
kepada kami Al A'masy telah menceritakan kepada kami Syaqiq dari 'Abdullah
radliallahu 'anhu berkata; Telah bersabda Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam: "Barangsiapa yang mati dengan menyekutukan Allah dengan sesuatu
maka dia pasti masuk neraka". Dan aku ('Abdullah) berkata, dariku sendiri:
"Dan barangsiapa yang mati tidak menyekutukan Allah dengan suatu apapun
maka dia pasti masuk surga".
Dalam
hadits lain disebutkan :
صحيح
البخاري ١١٦١: حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ حَدَّثَنَا مَهْدِيُّ بْنُ مَيْمُونٍ
حَدَّثَنَا وَاصِلٌ الْأَحْدَبُ عَنْ الْمَعْرُورِ بْنِ سُوَيْدٍ عَنْ أَبِي ذَرٍّ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَانِي آتٍ مِنْ رَبِّي فَأَخْبَرَنِي
أَوْ قَالَ بَشَّرَنِي أَنَّهُ مَنْ مَاتَ مِنْ أُمَّتِي لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا
دَخَلَ الْجَنَّةَ قُلْتُ وَإِنْ زَنَى وَإِنْ سَرَقَ قَالَ وَإِنْ زَنَى وَإِنْ سَرَقَ
Shahih
Bukhari 1161: dari Abu Dzar radliallahu
'anhu berkata; Telah bersabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam:
"Baru saja datang kepadaku utusan dari Rabbku lalu mengabarkan
kepadaku" atau Beliau bersabda: "Telah datang mengabarkan kepadaku
bahwa barangsiapa yang mati dari ummatku sedang dia tidak menyekutukan Allah
dengan suatu apapun maka dia pasti masuk surga". Aku tanyakan:
"Sekalipun dia berzina atau mencuri?" Beliau menjawab: "Ya,
sekalipun dia berzina atau mencuri".
Allah subhanahu wa ta’ala mengingatkan
dalam al-Qur’an agar hamba-hamba-Nya tidak menyekutukan Allah sesuai dengan
Firman Allah ta’ala :
فَلاَ
تَضْرِبُواْ لِلّهِ الأَمْثَالَ إِنَّ اللّهَ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ
Maka janganlah
kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah. Sesungguhnya Allah mengetahui, sedang
kamu tidak mengetahui.(
QS.An Nahl : 74 )
Firman
Allah subhanahu wa ta’ala :
الَّذِي
جَعَلَ لَكُمُ الأَرْضَ فِرَاشاً وَالسَّمَاء بِنَاء وَأَنزَلَ مِنَ السَّمَاء مَاء
فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقاً لَّكُمْ فَلاَ تَجْعَلُواْ لِلّهِ أَندَاداً
وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ
Dialah yang
menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia
menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu
segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan
sekutu-sekutu bagi Allah [30], padahal kamu mengetahui.( QS.Al Baqarah
: 22 )
K e t e r a n g a n :
[30]
Ialah segala sesuatu yang disembah di samping menyembah Allah seperti
berhala-berhala, dewa-dewa, dan sebagainya.
Allah subhanahu wa ta’ala
memerintahkan agar hamba-hamba yang beriman tidak mencampur adukkan iman mereka
dengan syirik dan mereka-mereka tersebut merupakan orang-orang yang mendapatkan
petunjuk.Firman Allah ta’ala :
الَّذِينَ
آمَنُواْ وَلَمْ يَلْبِسُواْ إِيمَانَهُم بِظُلْمٍ أُوْلَـئِكَ لَهُمُ الأَمْنُ وَهُم
مُّهْتَدُونَ
Orang-orang yang
beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik),
mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang
mendapat petunjuk.(QS.Al
An’am : 82 )
P
e n u t u p
Islam
sebagai agama tauhid, agama yang mengesakan Allah subhanahu ta’ala sebagai
satu-satunya Allah yang berhak untuk disembah sangat keras menentang adanya
menyekutukan Allah dengan sesuatu selainnya. Namun demikian masih ada saja
sebagian dari umat islam ini, meskipun mereka mengakui Allah subhanahu wa
ta’ala sebagai yang esa, melakukan
berbagai amal ibadah yang diperintahkan tetapi di dalam praktek keseharian
mereka masih pula melakukan berbagai ritual peninggalan nenek moyang mereka
yang jahiliyah. Begitu banyak praktek-praktek kesyirikan yang mereka lakukan
dengan dalih sebagai kebiasaab adat istiadat dan tradisi yang perlu
dipertahankan. Mereka beranggapan bahwa yang dinamakan syirik itu adalah
melakukan penyembahan secara fisik kepada berhala-berhala sebagai mana yang
dilakukan oleh kaum musyrikin dimasa Arab jahiliyah.
Sesungguhnya
syirik itu tidak hanya terbatas menyembah kepada selain Allah, tetapi hakikat
syirik itu sangat luas dan tidak terbatas. Syirik itu meliputi syirik
rububiyah,syirik uluhiyah dan syirik asma wal sifat. Dan kita sebagai umat
muslim harus mewaspadai hal tersebut agar tidak terjerumus kedalamnya agar
selamat dari neraka kelak dikemudian hari.
Kalau
Nabi Ibrâhim Alaihissallam saja sampai mengkhawatirkan dirinya dan keluarganya
terjerumus dalam perbuatan menyembah kepada selain Allâh (syirik), dengan
berdoa kepada Allah :
وَإِذْ
قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَـذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ
أَن نَّعْبُدَ الأَصْنَامَ
Dan (ingatlah),
ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri
yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah
berhala-berhala.(QS.Ibrahim
:35 )
Padahal
beliau Alaihissallam adalah nabi mulia yang merupakan panutan dalam kekuatan
iman, kekokohan tauhid, serta ketegasan dalam memerangi syirik dan pelakunya,
maka sudah tentu kita lebih pantas lagi mengkhawatirkan hal tersebut menimpa
diri dan keluarga kita, dengan semakin bersungguh-bersungguh berdoa dan meminta
perlindungan kepada-Nya agar dihindarkan dari semua perbuatan tersebut dan
pintu-pintu yang membawa kepadanya. ( Wallahu’alam )
Sumber
:
2. 2. Ensiklopedi
Hadist Kitab 9 Imam,www.Lidwa-Pusaka.com
3.Mantan Kiai NU Menggugat Sholawat & Dzikir
Syirik,H.Mahrus Ali,Laa Tasyuki Press
4. Majalah As-Sunnah Edisi 04-05/Tahun
XIV/1431/2010M.
5.Majalah SALAFY XXXVI/1421/2001,
6.Buletin At-Tauhid
7. Artikel Muslim.Or.Id
8.Artikel www.yufidia.com
9.Artikel Al-Manhaj.or.id
10.Artikel www sal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar