Karena kebodohan maka banyak orang-orang
yang tidak mengetahui dan tidak mengerti tentang berbagai perintah yang menjadi
kewajiban bagi kaum muslimin dan karena kebodohan akan ilmu agama banyak orang-orang
islam yanmg tidak mengetahuiodanm tidak mengerti tentang adanya berbagai laran
gan yang wajib ditinggalkan serta dijauhi. Karena kebodohan akan agama, banyak
diantara kaum muslimin yang tidak mengenal hal-hal mana yang wajib dan boleh
dilakukan dan hal-hal apa saja yang dilarang.
Akibat jahil ( bodoh) dari ilmu agama
maka kebanyakan orang menjauhkan agama dari kehidupannya, padahal agama
memegang peran penting dalam mengendalikan hidup seseorang agar tidak melenceng
jauh dari koridor syari’at. Karena jauhnya dari agama, maka orang-orang begitu
gampangnya melakukan berbagai kemaksiatan dan kemunkaran yang terlarang.
Disamping itu dengan kebodohan yang dimilikinya mereka melakukan berbagai
ibadah namun tidak bersesuaian dengan as-Sunnah.
Imam besar kaum muslimin, Imam
Al-Bukhari berkata, “Al-’Ilmu Qoblal Qouli Wal ‘Amali”, Ilmu Sebelum Berkata
dan Beramal. Perkataan ini merupakan kesimpulan yang beliau ambil dari firman
Allah ta’ala :
فَاعْلَمْ
أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
وَاللَّهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَاكُمْ
Maka ketahuilah, bahwa
sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) selain Allah dan mohonlah
ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mu'min, laki-laki dan perempuan.
Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.(QS. Muhammad: 19)
Dari ayat yang mulia ini, Allah ta’ala
memulai dengan ilmu sebelum seseorang mengucapkan syahadat, padahal syahadat
adalah perkara pertama yang dilakukan seorang muslim ketika ia ingin menjadi
seorang muslim, akan tetapi Allah mendahului syahadat tersebut dengan ilmu,
hendaknya kita berilmu dahulu sebelum mengucapkan syahadat…, kalau pada kalimat
syahadat saja Allah berfirman seperti ini maka bagaimana dengan amalan lainnya,
tentunya lebih pantas lagi kita berilmu baru kemudian mengamalkannya. Ucapan
ini beliau katakan ketika memberi judul suatu Bab di dalam kitab beliau
“Shahihul Bukhari” dalam kitab Al-Ilmu.
Adapun di akhirat, orang-orang yang
apatis dan acuh dengan ilmu agama islam, maka akan merasakan kengerian suasana
neraka dan dahsyatnya azab Allah yang mana sebelumnya ia merasakan
ketidak-nyamanan tinggal di alam barzakh.
Ini semua terjadi disebabkan kebodohan
mereka tentang ilmu agama Allah.
Ilmu agama lah yang akan menyelamatkan
kita dari segala kejelekan dan kebinasaan. Syekh Solih bin Fauzan Al-Fauzan
~semoga Allah senantiasa menjaganya~ pernah mengatakan:
“Al Fiqhu Fid Diin ‘Ishmatun Minal
Fitan.”
“Faham akan ilmu agama adalah tameng
pelindung dari segala macam fitnah dan ujian.”
Orang bodoh nan jahil akan sulit
menemukan jalan menuju surga, karena Rasulullah shallallahu ‘alaih wa sallam
pernah bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim, Al-Imam Abu
Dawud dan yang lainnya,
سنن أبي داوود ٣١٥٧: حَدَّثَنَا مُسَدَّدُ بْنُ مُسَرْهَدٍ حَدَّثَنَا
عَبْدُ اللَّهِ بْنُ دَاوُدَ سَمِعْتُ عَاصِمَ بْنَ رَجَاءِ بْنِ حَيْوَةَ يُحَدِّثُ
عَنْ دَاوُدَ بْنِ جَمِيلٍ عَنْ كَثِيرِ بْنِ قَيْسٍ قَالَ
كُنْتُ جَالِسًا مَعَ أَبِي الدَّرْدَاءِ فِي مَسْجِدِ دِمَشْقَ فَجَاءَهُ
رَجُلٌ فَقَالَ يَا أَبَا الدَّرْدَاءِ إِنِّي جِئْتُكَ مِنْ مَدِينَةِ الرَّسُولِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِحَدِيثٍ بَلَغَنِي أَنَّكَ تُحَدِّثُهُ عَنْ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا جِئْتُ لِحَاجَةٍ قَالَ فَإِنِّي سَمِعْتُ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَطْلُبُ
فِيهِ عِلْمًا سَلَكَ اللَّهُ بِهِ طَرِيقًا مِنْ طُرُقِ الْجَنَّةِ وَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ
لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ وَإِنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ
لَهُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ وَالْحِيتَانُ فِي جَوْفِ الْمَاءِ
وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ
عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ وَإِنَّ
الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ
أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْوَزِيرِ الدِّمَشْقِيُّ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ
قَالَ لَقِيتُ شَبِيبَ بْنَ شَيْبَةَ فَحَدَّثَنِي بِهِ عَنْ عُثْمَانَ بْنِ أَبِي
سَوْدَةَ عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ يَعْنِي عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ بِمَعْنَاهُ
Sunan Abu Daud 3157: dari
Katsir bin Qais ia berkata, "Aku pernah duduk bersama Abu Ad Darda di
masjid Damaskus, lalu datanglah seorang laki-laki kepadanya dan berkata,
"Wahai Abu Ad Darda, sesungguhnya aku datang kepadamu dari kota Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam karena sebuah hadits yang sampai kepadaku bahwa
engkau meriwayatannya dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Dan
tidaklah aku datang kecuali untuk itu." Abu Ad Darda lalu berkata,
"Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Barangsiapa meniti jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan
mempermudahnya jalan ke surga. Sungguh, para Malaikat merendahkan sayapnya
sebagai keridlaan kepada penuntut ilmu. Orang yang berilmu akan dimintakan maaf
oleh penduduk langit dan bumi hingga ikan yang ada di dasar laut. Kelebihan
seorang alim dibanding ahli ibadah seperti keutamaan rembulan pada malam
purnama atas seluruh bintang. Para ulama adalah pewaris para nabi, dan para
nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, mereka hanyalah mewariskan ilmu. Barangsiapa
mengambilnya maka ia telah mengambil bagian yang banyak."
Orang bodoh akan sulit untuk merasa
takut kepada Allah, karena Rabbul ‘alamin telah berfirman,
وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَابِّ وَالْأَنْعَامِ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ
كَذَلِكَ إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاء إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ
غَفُورٌ
Dan demikian (pula) di
antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang
bermacam-macam warnanya (dan je- nisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah
di antara hamba-hamba- Nya, hanyalah ulama ( orang yang berilmu )].
Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Ma- ha Pengampun.(QS.Faathir : 28 )
Orang bodoh akan terjauh dari berbagai
macam kebaikan, karena Rasulullah shallallahu ‘alaih wa sallam telah menyebutkan,
سنن الترمذي ٢٥٦٩: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ
بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ سَعِيدِ بْنِ أَبِي هِنْدٍ عَنْ أَبِيهِ
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ
يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ
وَفِي الْبَاب عَنْ عُمَرَ وَأَبِي هُرَيْرَةَ وَمُعَاوِيَةَ هَذَا
حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ
Sunan Tirmidzi 2569: dari
Ibnu Abbas bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Barangsiapa yang di kehendaki Allah kebaikan padanya, niscaya Dia
memahamkannya dalam agama."
Tidak ada keberuntungan bagi orang yang
bodoh, tidak ada keberhasilan bagi orang yang bodoh akan ilmu syar’i, tidak ada
kesuksesan bagi orang yang tidak tahu ilmu agama Allah, dan tidak ada laba yang
bernilai bagi orang yang tak mengerti tentang ilmu yang diwariskan oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaih wa sallam.
Allah ta’ala telah
memberikan beberapa bentuk
kemuliaan terhadap para pemilik ilmu sehingga tidak sama kedudukannya dengan mereka
yang tidak memiliki ilmu. Allah ta’ala berfirman:
أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاء اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ
الْآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ
وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُوْلُوا الْأَلْبَابِ
(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih
beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan
berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat
Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan
orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah
yang dapat menerima pelajaran.(QS.Az-Zumar : 9 )
Sebaliknya orang yang jahil akan ilmu
agama-Nya disebutkan oleh Allah ta’ala sebagai seorang yang buta yang tidak
bisa melihat kebenaran dan kebaikan. Allah ta’ala berfirman, :
أَفَمَن يَعْلَمُ أَنَّمَا أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَبِّكَ الْحَقُّ كَمَنْ
هُوَ أَعْمَى إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُوْلُواْ الأَلْبَابِ
Adakah orang yang
mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama
dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat
mengambil pelajaran,(QS.Ar
Ra’d :19)
Hal ini menunjukkan bahwa yang
sebenarnya memiliki penglihatan dan pandangan yang hakiki hanyalah orang-orang
yang berilmu. Adapun selain mereka hakikatnya adalah orang yang buta yang
berjalan di muka bumi tanpa dapat melihat.
Dalam Al-Qur’an dan hadits terdapat
begitu banyak anjuran yang memerintahkan agar kita berilmu agama. Bahkan
sesungguhnya Allah ta’ala telah memuji ilmu dan pemiliknya. Menyiapkan bagi
siapa saja yang berjalan di atas titian ilmu tersebut balasan yang baik,
pahala, ganjaran, Allah ta’ala mengangkat derajat kedudukan mereka di dunia dan
akhirat. Allah ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي
الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انشُزُوا
فَانشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا
الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Hai orang-orang
beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam
majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.
Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan.(QS.Al Mujaadila: 11)
Orang-orang yang beribadah kepada Allah dengan
kebodohan, tanpa mengetahui ilmu (dalil syar’i)nya, maka sesungguhnya mereka
lebih banyak merusak daripada memperbaiki. Sebagaimana dikatakan oleh sebagian
ulama Salafush Shalih (seperti Umar bin Abdul Aziz rahimahullah, pent):
مَنْ عَبَدَ اللهَ بِجَهْلٍ
, أَفْسَدَ أَكْثَرَ مِماَّ يُصْلِحُ
“Barangsiapa beribadah kepada Allah dengan kebodohan, dia telah
membuatkerusakan lebih banyak daripada membuat kebaikan.” (Lihat Majmu’
Fatawa Ibnu Taimiyah, XXV/281).
Maka dari itu agar terbebas dari perusak-perusak
kebaikan tersebut, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mewajibkan umatnya
agar menuntut ilmu agama. Sebagaimana sabda beliau:
سنن ابن ماجه ٢٢٠: حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ حَدَّثَنَا حَفْصُ
بْنُ سُلَيْمَانَ حَدَّثَنَا كَثِيرُ بْنُ شِنْظِيرٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سِيرِينَ
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَلَبُ الْعِلْمِ
فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَوَاضِعُ الْعِلْمِ عِنْدَ غَيْرِ أَهْلِهِ كَمُقَلِّدِ
الْخَنَازِيرِ الْجَوْهَرَ وَاللُّؤْلُؤَ وَالذَّهَبَ
Sunan Ibnu Majah 220: dari
Anas bin Malik ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim. Dan orang yang
meletakkan ilmu bukan pada pada ahlinya, seperti seorang yang mengalungkan
mutiara, intan dan emas ke leher babi."
Sungguh kebodohan akan ilmu agama (
syar’i) akan berakibat fatal, karena kebodohan akan agama dapat menjadikan
kesesatan karena tidak mengerti apa yang harus diperbuatnya untuk menghadapi
kematian. Berkaitan dengan hal ini Imam
At-Tarmidzi dalam kitab Sunan-nya meriwayatkan sebuah hadits Rasullullah
shallalahu’alaihi wa sallam :
سنن الترمذي ٢٣٨٣: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ وَكِيعٍ حَدَّثَنَا عِيسَى
بْنُ يُونُسَ عَنْ أَبِي بَكْرِ بْنِ أَبِي مَرْيَمَ ح و حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ
بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَخْبَرَنَا عَمْرُو بْنُ عَوْنٍ أَخْبَرَنَا ابْنُ الْمُبَارَكِ
عَنْ أَبِي بَكْرِ بْنِ أَبِي مَرْيَمَ عَنْ ضَمْرَةَ بْنِ حَبِيبٍ عَنْ شَدَّادِ بْنِ
أَوْسٍ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْكَيِّسُ
مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ
هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ
قَالَ هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ قَالَ وَمَعْنَى قَوْلِهِ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ
يَقُولُ حَاسَبَ نَفْسَهُ فِي الدُّنْيَا قَبْلَ أَنْ يُحَاسَبَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
وَيُرْوَى عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ قَالَ حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ
تُحَاسَبُوا وَتَزَيَّنُوا لِلْعَرْضِ الْأَكْبَرِ وَإِنَّمَا يَخِفُّ الْحِسَابُ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ عَلَى مَنْ حَاسَبَ نَفْسَهُ فِي الدُّنْيَا وَيُرْوَى عَنْ مَيْمُونِ
بْنِ مِهْرَانَ قَالَ لَا يَكُونُ الْعَبْدُ تَقِيًّا حَتَّى يُحَاسِبَ نَفْسَهُ كَمَا
يُحَاسِبُ شَرِيكَهُ مِنْ أَيْنَ مَطْعَمُهُ وَمَلْبَسُهُ
Sunan Tirmidzi 2383: dari Syaddad bin Aus dari Nabi Shallallahu
'alaihi wa Salam beliau bersabda: "Orang yang cerdas adalah orang yang
mempersiapkan dirinya dan beramal untuk hari setelah kematian, sedangkan orang
yang bodoh adalah orang jiwanya mengikuti hawa nafsunya dan berangan angan
kepada Allah." Dia berkata: Hadits ini hasan, dia berkata: Maksud sabda
Nabi "Orang yang mempersiapkan diri" dia berkata: Yaitu orang yang
selalu mengoreksi dirinya pada waktu di dunia sebelum di hisab pada hari
Kiamat. Dan telah diriwayatkan dari Umar bin Al Khottob dia berkata: hisablah
(hitunglah) diri kalian sebelum kalian dihitung dan persiapkanlah untuk hari
semua dihadapkan (kepada Rabb Yang Maha Agung), hisab (perhitungan) akan ringan
pada hari kiamat bagi orang yang selalu menghisab dirinya ketika di
dunia." Dan telah diriwayatkan dari Maimun bin Mihran dia berkata: Seorang
hamba tidak akan bertakwa hingga dia menghisab dirinya sebagaimana dia
menghisab temannya dari mana dia mendapatkan makan dan pakaiannya."
Mereka yang mendapatkan su’ul khatimah
sebagai akibat kebodohannya akan ilmu agama
karena sepanjang perjalanan hidupnya dipenuhinya dengan berbagai perbuatan yang jauh dari tuntunan syari’at. Mereka-mereka
sepertinya tidak mengenal akan iman dan bagaimana seharusnya melakukan
pendekatan diri kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Perjalanan hidupnya dipenuhi
dengan berbagai perbuatan munkar dan maksiat. Sehingga samasekali tidak ada
kebaikan yang dapat menolong dan menyelamatkannya dari su’ul khatimah.
Dengan Ilmu Agama
Memudahkan Jalan Menuju Surga
Setiap Muslim sudah dapat dipastikan
berharap untuk mendapatkan surga kelak dikemudian hari. Namun untuk mendapatkan
surga serperti yang dijanjikan oleh Allah subhanahu wa ta’ala tidaklah semudah yang diperkirakan karena diperlukan perjuangan yang gigih serta
memerlukan persyaratan-persyaratan yang telah digariskan dalam syari’at.
Persyaratan yang dimaksud adalah
keta’atan kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasullullah shallallahu’alaihi
wa sallam. Dimana keta’atan yang dimaksudkan adalah dengan melakukan pendekatan
diri serta meninggalkan segala bentuk larangan .
Untuk melaksanakan bagaimana pendekatan
diri kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan larangan-larangan yang bagaimana yang
harus ditinggalkan hanya dapat diketahui melalui penguasaan ilmu syari’ secara
utuh dan lengkap yang bersumber dari para ulama yang mumpuni .
Sesungguhnya seorang muslim tidak akan
bisa melaksanakan agamanya dengan benar, kecuali dengan belajar Islam yang
benar berdasarkan al-Qur’an dan
as-Sunnah menurut pemahaman salafus shalih. Agama Islam adalah agama ilmu dan
amal, karena Nabi shallallahu’alaihi wa sallam diutus dengan membawa ilmu dan
amal shalih, sebagaimana yang ditegaskan
oleh Allah subhanahu wa ta’ala dalam firman-Nya :
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ
عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا
Dia-lah yang mengutus
Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya
terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi.(QS.Al Fath : 28 )
Berkaitan dengan itu maka wajib hukumnya
bagi setiap muslim untuk menuntut atau belajar ilmu agama ( syar’i) untuk
mendukung dan modal bagi yang bersangkutan untuk melaksanakan agamanya. Tentang
kewajiban menuntut ilmu ini dalam sebuah hadits shahih riwayat Ibnu Majah rahimahullah ta’ala Rasullullah
shallalahu’alahi wa sallam bersabda :
سنن ابن ماجه ٢٢٠: حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ حَدَّثَنَا حَفْصُ
بْنُ سُلَيْمَانَ حَدَّثَنَا كَثِيرُ بْنُ شِنْظِيرٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سِيرِينَ
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَلَبُ الْعِلْمِ
فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَوَاضِعُ الْعِلْمِ عِنْدَ غَيْرِ أَهْلِهِ كَمُقَلِّدِ
الْخَنَازِيرِ الْجَوْهَرَ وَاللُّؤْلُؤَ وَالذَّهَبَ
Sunan Ibnu Majah 220: dari
Anas bin Malik ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim. Dan orang yang
meletakkan ilmu bukan pada pada ahlinya, seperti seorang yang mengalungkan
mutiara, intan dan emas ke leher babi."
Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
dalam buku nya “ Menuntut Ilmu Jalan
Menuju Surga “ mengatakan Imam al-Qurtthubi rahimahullaah menjelaskan bahwa
hukum menuntut ilmu terbagi dua :
Pertama : Wajib hukumnya
bagi setiap orang ( fardhu ain ) seperti
memuntut ilmu tentang shalatg, zakat, dan puasa. Inilah yang dimaksudkan dalam
riwayat yang menyatakan bahwa menuntut ilmu itu (hukumnya) wajib.
Kedua ; Fardhu
Kifayah yaitu seperti menuntut ilmu tentang pembagian hak, tentang pelaksanaan
hukum haad ( qishas dll), cara
mendamaikan orang bersengketa.
Dijelaskan pula oleh Ustadz Yazid bin
Abdul Qadir Jawas bahwa s
etiap muslim dan muslimah yang ingin
masuk surga , maka jalan yang perlu ditempuh adalah dengan menuntut ilmu agama
( syar’i), sebagaimana yang disebutkan oleh Rasullullah shallallahu’alaihi wa
sallam dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim rahimahullaah ta’ala
dalam kitab Shahihnya :
صحيح مسلم ٤٨٦٧: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى التَّمِيمِيُّ وَأَبُو
بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَمُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ الْهَمْدَانِيُّ وَاللَّفْظُ
لِيَحْيَى قَالَ يَحْيَى أَخْبَرَنَا و قَالَ الْآخَرَانِ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ
عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ نَفَّسَ
عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ
كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ
فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا
وَالْآخِرَةِ وَاللَّهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ
وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا
إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ
كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِينَةُ
وَغَشِيَتْهُمْ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمْ الْمَلَائِكَةُ وَذَكَرَهُمْ اللَّهُ فِيمَنْ
عِنْدَهُ وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا
أَبِي ح و حَدَّثَنَاه نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ الْجَهْضَمِيُّ حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ
قَالَا حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ عَنْ أَبِي صَالِحٍ وَفِي
حَدِيثِ أَبِي أُسَامَةَ حَدَّثَنَا أَبُو صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ صَخَبَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمِثْلِ حَدِيثِ أَبِي مُعَاوِيَةَ
غَيْرَ أَنَّ حَدِيثَ أَبِي أُسَامَةَ لَيْسَ فِيهِ ذِكْرُ التَّيْسِيرِ عَلَى الْمُعْسِرِ
Shahih Muslim 4867: dari
Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah
bersabda: 'Barang siapa membebaskan seorang mukmin dari suatu kesulitan dunia,
maka Allah akan membebaskannya dari suatu kesulitan pada hari kiamat. Barang
siapa memberi kemudahan kepada orang yang berada dalam kesulitan, maka Allah
akan memberikan kemudahan di dunia dan akhirat. Barang siapa menutupi aib seorang
muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan selalu
menolong hamba-Nya selama hamba tersebut menolong saudaranya sesama muslim.
Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan
jalan ke surga baginya. Tidaklah sekelompok orang berkumpul di suatu masjid
(rumah Allah) untuk membaca Al Qur'an, melainkan mereka akan diliputi
ketenangan, rahmat, dan dikelilingi para malaikat, serta Allah akan
menyebut-nyebut mereka pada malaikat-malaikat yang berada di sisi-Nya. Barang
siapa yang ketinggalan amalnya, maka nasabnya tidak juga meninggikannya.'
Didalam hadits tersebut diatas terdapat
janji Allah azza wa jalla bahwa bagi orang-orang yang berjalan dalam rangka
menuntut ilmu syar’i (agama), maka Allah memudahkan jalan baginya menuju surga.
Berjalan menuntut ilmu mempunyai dua makna
yaitu :
Pertama , menempuh
jalan dalam arti yang sebenarnya yaitu berjalan menuju majelis-majelis para
ulama.
Kedua, menempuh jalan
( cara ) yang mengantarkan seseorang untuk mendapatkan ilmu seperti menghafal,
belajar sungguh-sungguh, membaca, menelaah kitab-kitab ( para ulama) ,
menulis dan berusaha untuk memahami
apa-apa yang dipelajari, Dan cara-cara lain yang dapat mengantarkan seseorang
untuk mendapatkan ilmu syar’i.
Dijelaskan pula “ Allah akan memudahkan jalannya
menuju surga “ mempunyai dua makna yaitu
:
Pertama
,
Allah akan memudahkan memasuki surga bagi orang yang menuntut ilmu yang tujuannya untuk mencari
wajah Allah, untuk mendapatkan ilmu, mengambil manfaat dari ilmu syar’i dan
mengamalkan konsekwensinya.
Kedua , Allah akan
memudahkan baginya jalan ke surga pada hari kiamat ketika melewati “ shirath “
dan dimudahkan dari berbagai ketakutan yang ada sebelum dan sesudahnya.
Tentang dimudahkannya jalan menuju
surga, juga ditegaskan oleh Rasullullah shallahu’alaihi wa sallam :
سنن أبي داوود ٣١٥٧: حَدَّثَنَا مُسَدَّدُ بْنُ مُسَرْهَدٍ حَدَّثَنَا
عَبْدُ اللَّهِ بْنُ دَاوُدَ سَمِعْتُ عَاصِمَ بْنَ رَجَاءِ بْنِ حَيْوَةَ يُحَدِّثُ
عَنْ دَاوُدَ بْنِ جَمِيلٍ عَنْ كَثِيرِ بْنِ قَيْسٍ قَالَ
كُنْتُ جَالِسًا مَعَ أَبِي الدَّرْدَاءِ فِي مَسْجِدِ دِمَشْقَ فَجَاءَهُ
رَجُلٌ فَقَالَ يَا أَبَا الدَّرْدَاءِ إِنِّي جِئْتُكَ مِنْ مَدِينَةِ الرَّسُولِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِحَدِيثٍ بَلَغَنِي أَنَّكَ تُحَدِّثُهُ عَنْ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا جِئْتُ لِحَاجَةٍ قَالَ فَإِنِّي سَمِعْتُ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَطْلُبُ
فِيهِ عِلْمًا سَلَكَ اللَّهُ بِهِ طَرِيقًا مِنْ طُرُقِ الْجَنَّةِ وَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ
لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ وَإِنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ
لَهُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ وَالْحِيتَانُ فِي جَوْفِ الْمَاءِ
وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ
عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ وَإِنَّ
الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ
أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْوَزِيرِ الدِّمَشْقِيُّ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ
قَالَ لَقِيتُ شَبِيبَ بْنَ شَيْبَةَ فَحَدَّثَنِي بِهِ عَنْ عُثْمَانَ بْنِ أَبِي
سَوْدَةَ عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ يَعْنِي عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ بِمَعْنَاهُ
Sunan Abu Daud 3157: dari
Katsir bin Qais ia berkata, "Aku pernah duduk bersama Abu Ad Darda di
masjid Damaskus, lalu datanglah seorang laki-laki kepadanya dan berkata,
"Wahai Abu Ad Darda, sesungguhnya aku datang kepadamu dari kota Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam karena sebuah hadits yang sampai kepadaku bahwa
engkau meriwayatannya dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Dan
tidaklah aku datang kecuali untuk itu." Abu Ad Darda lalu berkata,
"Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Barangsiapa meniti
jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan mempermudahnya jalan ke surga.
Sungguh, para Malaikat merendahkan sayapnya sebagai keridlaan kepada penuntut
ilmu. Orang yang berilmu akan dimintakan maaf oleh penduduk langit dan bumi
hingga ikan yang ada di dasar laut. Kelebihan seorang alim dibanding ahli ibadah
seperti keutamaan rembulan pada malam purnama atas seluruh bintang. Para ulama
adalah pewaris para nabi, dan para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham,
mereka hanyalah mewariskan ilmu. Barangsiapa mengambilnya maka ia telah
mengambil bagian yang banyak."
Laki-laki dan wanita tidak terkecuali diwajibkan
menuntut ilmu syar’i ( agama), yaitu ilmu yang b ersumber dari al-Qur’an dan
as-Sunnah karena dengan ilmu yang dipelajari , ia akan dapat mengerjakan
amal-amal shalih, yang dengan itu akan mengantarkan mereka ke surga. ( wallaahu
ta’ala a’lam )
S u m b e r :
1.Al-Quran dan terjemahan , www.salafidb.googlepages.com
2.Ensiklopedi Hadits Kitab 9 Imam, www.lidwapusaka.com
3.Menuntu Ilmu Jalan Menuju Surga, Yazid
bin Abdul Qadir Jawas, Pustaka At-Taqwa.
Samarinda, Jum’ah 15 Jumadil Akhir 1434 H /. 26 April 2013 M
( Musni Japrie )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar