Dalam bahasan berikut ini
secara sepintas akan digambarkan sikap perilaku yang terlarang dilakukan oleh
seorang muslimin terhadap saudaranya sesama muslim lain sebagai perbuatan yang menggambarkan akhlak yang tidak/kurang terpuji.
Perintah Syari’at Agar Bergaul Dengan Sesama saudara Muslim dengan
Akhlak Yang Baik
Sebagai agama yang penuh kasih sayang sesama manusia khususnya
terhadap sesama muslim yang disebutkan saling bersaudara satu sama lainnya
mutlak dilandasi dengan akhlak yang
baik, dimana akhlak yang baik mempunyai keutamaan dalam Islam. Dan Islam
memerintahkan kepada umatnya untuk berakhlak yang baik dalam melakukan pergaulan,
sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh imam at-Tirmidzi rahimahullaah
ta’ala dari Abu Dzar radhyallaahu’anhu :
سنن الترمذي ١٩١٠: حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ حَدَّثَنَا
سُفْيَانُ عَنْ حَبِيبِ بْنِ أَبِي ثَابِتٍ عَنْ مَيْمُونِ بْنِ أَبِي شَبِيبٍ عَنْ
أَبِي ذَرٍّ قَالَ
قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اتَّقِ اللَّهِ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعْ السَّيِّئَةَ
الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
قَالَ وَفِي الْبَاب عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ حَدَّثَنَا مَحْمُودُ
بْنُ غَيْلَانَ حَدَّثَنَا أَبُو أَحْمَدَ وَأَبُو نُعَيْمٍ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ حَبِيبٍ
بِهَذَا الْإِسْنَادِ نَحْوَهُ قَالَ مَحْمُودٌ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ سُفْيَانَ
عَنْ حَبِيبِ بْنِ أَبِي ثَابِتٍ عَنْ مَيْمُونِ بْنِ أَبِي شَبِيبٍ عَنْ مُعَاذِ بْنِ
جَبَلٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَحْوَهُ قَالَ مَحْمُودٌ
وَالصَّحِيحُ حَدِيثُ أَبِي ذَرٍّ
Sunan Tirmidzi 1910: dari Abu Dzar ia berkata; Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda kepadaku: "Bertakwalah kamu
kepada Allah dimana saja kamu berada dan ikutilah setiap keburukan dengan
kebaikan yang dapat menghapuskannya, serta pergauilah manusia dengan akhlak yang baik." Hadits
semakna juga diriwayatkan oleh Abu Hurairah. Abu Isa berkata; Ini adalah hadits
hasan shahih.
Rasullullah
shallallahu’alaihi wa sallam telah pula memerintahkan kepada umat Islam agar
memperlakukan orang dengan akhlak yang b
aik, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh imam Ahmad rahimahullaah
ta’ala dalam Musnad beliau dari Mu’adz radhyallaahu’anhu :
مسند أحمد ٢٠٩٨٤: حَدَّثَنَا
وَكِيعٌ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ حَبِيبِ بْنِ أَبِي ثَابِتٍ عَنْ مَيْمُونِ بْنِ
أَبِي شَبِيبٍ عَنْ مُعَاذٍ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَهُ يَا مُعَاذُ أَتْبِعْ السَّيِّئَةَ بِالْحَسَنَةِ
تَمْحُهَا وَخَالِقْ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
فَقَالَ وَقَالَ وَكِيعٌ وَجَدْتُهُ
فِي كِتَابِي عَنْ أَبِي ذَرٍّ وَهُوَ السَّمَاعُ الْأَوَّلُ قَالَ أَبِي وَقَالَ وَكِيعٌ
قَالَ سُفْيَانُ مَرَّةً عَنْ مُعَاذٍ
Musnad Ahmad 20984: dari Mu'adz bahwa Rasulullah
Shallallahu'alaihi wasallam bersabda padanya; "Hai Mu'adz! Ikutilah
keburukan dengan kebaikan niscaya akan menghapusnya dan perlakukan orang dengan akhlak yang baik."
Sesama Muslim Sesungguhnya Saling Bersaudara
Islam telah mensyari’atkan
bahwa orang-orang yang beriman yang dalam hal ini adalah orang orang muslim
sesungguhnya satu sama lain saling bersaudara . Untuk itu Allah subhanahu wa
ta’ala memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya
agar memperbaiki hubungan antara sesama saudaranya. Hal ini ditegaskan
Allah ta’ala dalam firman –Nya :
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ
فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Orang-orang beriman itu
sesungguhnya bersaudara.
Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan
takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.(QS.Al
Hujuraat : 10)
Di dalam ayat lain
disebutkan pula Firman Allah subhanahu wa ta’ala
:
وَاعْتَصِمُواْ بِحَبْلِ اللّهِ
جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُواْ وَاذْكُرُواْ نِعْمَةَ اللّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ
أَعْدَاء فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنتُمْ
عَلَىَ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللّهُ
لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan
ingatlah akan ni'mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah)
bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena
ni'mat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi
jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.( QS.Ali Imran:
103 )
Ayat Allah itu membawa
suatu petunjuk kepada kita bahwa orang beriman
itu saling bersaudara satu sama lain tidak saling bermusuhan dan bersatu dalam islam.
Jika orang-orang mukmin
itu bersaudara mereka diperintahkan untuk dapat melunakkan hati dan
mempersatukannya, dilarang melaku kan apa yang dapat menyebabkan perpecahan dan
perselisihan. Berkata Syaikh Muhammad Hayat As-Sindi: "Persaudaraan Islam
itu lebih kuat dari persaudaraan karena nasab."
Kalimat "jadilah kamu
sekalian hamba-hamba Allah yang bersaudara" maksudnya hendaklah kamu
saling bergaul dan memperlakukan orang lain sebagai saudara dalam kecintaan,
kasih sayang, keramahan, kelembutan, dan tolong-menolong dalam kebaikan dengan
hati ikhlas dan jujur dalam segala hal.
Kalimat "seorang muslim itu adalah saudara bagi muslim yang lain,
maka tidak boleh menzhaliminya, menelantarkannya, mendustainya dan
menghinakannya" Yang dimaksud menelantarkan yaitu tidak memberi bantuan
dan pertolongan.
Rasullullah Shallallahu’alaihi wa Sallam Mempersaudarakan sesama
muslim
Pentingnya memiliki rasa persaudaraan di dalam islam
ditunjukkan dan disikapi oleh Rasullullah shallallahu’alahi wa salam yang patut
dijadikan contohd an teladan oleh umat beliau, dimana berdasarkan catatan
sejarah pada saat sebagian kaum muslimin yang terdiri dari sahabat-sahabat
setia yang berhijrah dari Mekah ke Madinah mengikuti Rasullullah
shallallahu’alaihi wa sallam yang dikenal dengan sebutan kaum muhajirin,
setibanya di Madinah dipersaudarakan
dengan orang-orang Muslim Madinah yang dikenal dengan sebutan kaum anshar.
Hal ini tercatat dalam hadits yang diriwayatkan oleh imam Abu Daud rahimahullaah ta’ala yang berasal dari Anas
bin Malik radhyallaahu’anhu :
سنن أبي داوود ٢٥٣٧: حَدَّثَنَا
مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ عَاصِمٍ الْأَحْوَلِ قَالَ سَمِعْتُ أَنَسَ بْنَ
مَالِكٍ يَقُولُ
حَالَفَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ فِي دَارِنَا فَقِيلَ
لَهُ أَلَيْسَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا حِلْفَ
فِي الْإِسْلَامِ فَقَالَ حَالَفَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
بَيْنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ فِي دَارِنَا مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلَاثًا
Sunan Abu Daud 2537:
dari Anas bin Malik berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
mempersaudarakan antara orang-orang muhajirin dan anshar di rumah kami.
Kemudian dikatakan kepadanya; bukankah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
telah mengatakan: "Tidak ada perjanjian dalam Islam?" Kemudian ia
berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mempersaudarakan antara
orang-orang muhajirin dan anshar di rumah kami. Ia mengucapkannya dua atau tiga
kali.
Dalam hadits lain yang
diriwayatkan oleh imam at Tirmidzi dari sahabat Ibnu Umar radhyallaahu’anhu :
سنن الترمذي ٣٦٥٤: حَدَّثَنَا
يُوسُفُ بْنُ مُوسَى الْقَطَّانُ الْبَغْدَادِيُّ حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ قَادِمٍ
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ صَالِحِ بْنِ حَيٍّ عَنْ حَكِيمِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنْ جُمَيْعِ
بْنِ عُمَيْرٍ التَّيْمِيِّ عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ
آخَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ أَصْحَابِهِ فَجَاءَ عَلِيٌّ تَدْمَعُ عَيْنَاهُ
فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ آخَيْتَ بَيْنَ أَصْحَابِكَ وَلَمْ تُؤَاخِ بَيْنِي وَبَيْنَ
أَحَدٍ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْتَ أَخِي
فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ
حَسَنٌ غَرِيبٌ وَفِي الْبَاب عَنْ زَيْدِ بْنِ أَبِي أَوْفَى
Sunan Tirmidzi 3654: dari Ibnu Umar dia berkata; "Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam mempersaudarakan antara para sahabatnya, tiba-tiba
Ali datang dengan meneteskan air mata sambil berkata; "Wahai Rasulullah, anda telah mempersaudarakan
antara para sahabat anda, namun anda tidak mempersaudarakan antara aku
dengan yang lain." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda
kepadanya: "Kamu adalah saudaraku di dunia dan Akhirat." Abu Isa
berkata; "Hadits ini adalah hadits hasan gharib, dan dalam bab ini juga
ada riwayat dari Zaid bin Abu Aufa."
Tentang
dipersaudarakannya antara kaum muhajirin
dan dengan kaum anshar sebagai sesama muslim juga disinggung dalam hadits
riwayat imam Bukhari rahimahullah ta’ala :
صحيح البخاري ٣٤٩٦: حَدَّثَنَا
إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنِي إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ عَنْ
أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ
لَمَّا قَدِمُوا الْمَدِينَةَ
آخَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ
بْنِ عَوْفٍ وَسَعْدِ بْنِ الرَّبِيعِ قَالَ لِعَبْدِ الرَّحْمَنِ إِنِّي أَكْثَرُ
الْأَنْصَارِ مَالًا فَأَقْسِمُ مَالِي نِصْفَيْنِ وَلِي امْرَأَتَانِ فَانْظُرْ أَعْجَبَهُمَا
إِلَيْكَ فَسَمِّهَا لِي أُطَلِّقْهَا فَإِذَا انْقَضَتْ عِدَّتُهَا فَتَزَوَّجْهَا
قَالَ بَارَكَ اللَّهُ لَكَ فِي أَهْلِكَ وَمَالِكَ أَيْنَ سُوقُكُمْ فَدَلُّوهُ عَلَى
سُوقِ بَنِي قَيْنُقَاعَ فَمَا انْقَلَبَ إِلَّا وَمَعَهُ فَضْلٌ مِنْ أَقِطٍ وَسَمْنٍ
ثُمَّ تَابَعَ الْغُدُوَّ ثُمَّ جَاءَ يَوْمًا وَبِهِ أَثَرُ صُفْرَةٍ فَقَالَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَهْيَمْ قَالَ تَزَوَّجْتُ قَالَ كَمْ سُقْتَ إِلَيْهَا
قَالَ نَوَاةً مِنْ ذَهَبٍ أَوْ وَزْنَ نَوَاةٍ مِنْ ذَهَبٍ شَكَّ إِبْرَاهِيمُ
Shahih Bukhari 3496: Telah bercerita kepada kami Isma'il bin
'Abdullah berkata, telah bercerita kepadaku Ibrahim bin Sa'ad dari bapaknya
dari kakeknya berkata; Ketika mereka (Kaum Muhajirin) telah tiba di Madinah,
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mempersaudarakan 'Abdur Rahman bin 'Auf
dengan Sa'ad bin ar-Rabi'. Sa'ad berkata kepada 'Abdur Rahman; "Aku adalah
orang Anshar yang paling banyak hartanya, maka hartaku aku akan bagi dua dan
aku mempunyai dua istri, maka lihatlah mana diantara keduanya yang menarik
hatimu dan sebut kepadaku nanti aku akan ceraikan dan apabila telah selesai
masa iddahnya silakan kamu menikahinya". 'Abdur Rahman berkata; "Semoga
Alah memberkahimu pada keluarga dan hartamu. Dimana letak pasar-pasar
kalian?". melainkan dengan membawa keju dan minyak samin yang banyak. Lalu
dia terus berdagang hingga pada suatu hari dia datang dengan mengenakan pakaian
dan wewangian yang bagus. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bertanya kepadanya:
"Bagaimana keadaanmu?". 'Abdur Rahman menjawab; "Aku sudah
menikah". Beliau bertanya lagi: "Berapa jumlah mahar yang kamu
berikan padanya?". 'Abdur Rahman menjawab; "Sebiji emas atau seberat
biji emas".
Banyak sekali hadits yang
membicarakan tentang upaya Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam dalam
mempersaudarakan para sahabat-sahabat beliau, salah satunya seperti yang
diriwayatkan oleh imam Muslim rahimahullaah ta’ala dari Anas bin Malik radhyallaahu’anhu :
صحيح مسلم ٤٥٩٢: حَدَّثَنِي
حَجَّاجُ بْنُ الشَّاعِرِ حَدَّثَنَا عَبْدُ الصَّمَدِ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ يَعْنِي
ابْنَ سَلَمَةَ عَنْ ثَابِتٍ عَنْ أَنَسٍ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ آخَى بَيْنَ أَبِي عُبَيْدَةَ بْنِ الْجَرَّاحِ وَبَيْنَ
أَبِي طَلْحَةَ
Shahih Muslim 4592: dari Anas bahwa Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam pernah mempersaudarakan antara Abu Ubaidah bin Jarrah dengan
Abu Thalhah
Hadist-hadits tersebut diatas menggambarkan
upaya Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam untuk mempersatukan hati antara
sabahat-sahabat agar timbul rasa kasih sayang dan rasa cinta satu lain dan
saling tolong menolong sebagai saudara seagama sehingga akan memperkuat
persatuan dalam menegakkan Islam . Selain itu
dengan adanya persaudaraan tersebut akan terjalin kerja sama yang saling
menguntungkan dan kuta serta tangguh untuk kepentingan da’wah Islam.
Berikutnya berdasarkan
hadits Rasullullah shallallaahu’alaihi wa sallam tersebut diatas, maka bagi
umat Islam yang belakangan merupakan contoh yang perlu diikuti untuk menjadikan
sesama muslim itu sebagai saudara seagama dengan memenuhi hak-haknya sebagai
muslim dan melakukan tindakan-tindakan yang sejalan bagaimana sikap orang yang
saling bersaudara.
Hal-hal Yang Terlarang Dilakukan Seorang Muslim Terhadap Saudara
Sesama Muslim Lainnya.
Menurut dalil-dalil yang
dikandung dalam al-Qur’an dan as-Sunnah Rasullullah shallallahu’alaihi wa
sallam , bahwa syari’at Islam sudah mengatur tata hubungan pergaulan antar
sesama kaum muslimin satu dengan lainnya, sehingga terjalin hubungan harmonis
yang dilandasi oleh rasa cinta dan kasih sayang karena Allah semata tanpa
dilandasi kepentingan yang bermotip keuntungan dunia.
Islam telah menggariskan
apa saja yang harus dilakukan seorang muslim terhadap muslim lainnya sebagai
saudara seagama, dan sebaliknya Islam
juga menggariskan hal-hal yang dilarang dilakukan oleh serorang muslim terhadap
saudara muslim lainnya. Larangan-larangan tersebut antara lain :
1.Larangan Berburuk Sangka
2.Larangan Membuka ai’b
3.Larangan Menggibah/Menggunjing
4.Larangan Hasad/Dengki
dan Iri Hati
5.Larangan Menyombongkan
diri
6.Larangan saling Membenci
7.Larangan menghina
8.Larangan mencela
9. Larangan merendahkan/menganggap
remeh
10.Larangan berperilaku
kasar
11. Larangan
membohongi/berdusta
12.Larangan bertindak
emosional
13.Larangan melakukan
tindakan yang dapat menimbulkan
kerugian
14.Larangan ingkar janji
15. Larangan menguasai
sesuatu yang bukan haknya
16.Larangan menganiaya/menyakiti fisik
17.Larangan Bersikap
egoistik
18.Larangan saling bermusuhan
19.Larangan menumpahkan
darah/membunuh
Uraian lebih lanjut
mengenai larangan-larangan yang dimaksudkan diatas akan
dilanjutkan dalam artikel
di bagian Kedua
Sumber :
1.Al Qur’an dan Terjemahan,
www.salafi-db.com
2.Ensiklopedi Hadits Kitab
9 imam,www.lidwapusaka.com
3.Riyadhus shalihin (
Terjemahan ), Imam an-N awawi
Samarinda, 18 Rajab 1434
H/ 28 Mei 2013
(Musni Japrie )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar