Oleh Akhuna Syarif Mustaqim Abu Sulaiman
Kaum muslimin yang semoga selalu dirahmati Alloh, Alloh yang Maha Bijaksana telah menjadikan bagi umat Islam dua hari raya besar. Kaum muslimin pada hari itu bersuka cita dan riang gembira, karena memang hari itu adalah hari kegembiraan. Dan perlu untuk diketahui, bahwa hari raya yang digariskan oleh syariat tidak lebih dari dua, yaitu hari raya Idul Fithri dan Idul Adha, tidak ada yang lain. Maka satu pertanyaan terbesit dalam benak kita seperti termaktub dalam judul tulisan ini.
Tahun baru Tandingan?
Para pembaca sekalian, pada jaman sekarang banyak orang-orang mulai menambah-nambah hari raya yang seharusnya bukan hari raya. Contoh mudahnya, bila bulan Muharrom tiba maka ada sebagian umat Islam yang merayakan tahun baru Islam. Alasan mereka, kalau dalam penanggalan masehi itu ada istilah tahun baru tempat orang-orang bersuka cita dan gembira, bahkan malah dipenuhi dengan banyak acara kemaksiatan, lalu mengapa kita tidak membuat tandingannya? Kita buat saja tahun baru Islam berdasarkan penganggalan hijriyah, kemudian diisi dengan berbagai kegiatan keagamaan terkait dengan hari itu?
Para pembaca sekalian, nampaknya niat tersebut sekilas terlihat baik. Namun perlu untuk diketahui, tidak setiap niat baik itu akan mendatangkan kebaikan. Seluruh ibadah yang kita laksanakan harus ada contoh dan teladan dari Nabi kita. Hal ini karena beliaulah yang Alloh utus untuk menjelaskan tatacara ibadah yang benar dan diterima. Konsekuensinya, tidak ada kreatifitas dalam bentuk ibadah. Jika seseorang berinisiatif membuat cara sendiri maka dia akan terjatuh dalam kebid’ahan. Hukum perkara bid’ah adalah dosa. Maka kewajiban bagi setiap muslimn untuk beragama berdasarkan dalil-dalil yang jelas dan shahih, hal ini sebagai dasar pelaksanaan ibadah dalam Islam.
Ikutlah Rosul dalam Tatacara Ibadah
Para pembaca yang budiman, syarat diterima amalan ibadah apapun itu ada dua, yaitu ikhlas dan ittiba’ (sesuai tuntunan Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasssalam). Tahun baru sekalipun dengan penanggalan hijriyah adalah sesuatu yang tidak dikenal oleh Nabi dan para sahabat beliau. Jika perayaan tahun baru Islam adalah boleh mengapa tidak ada para sahabat yang melakukannya? Padahal tidak ada kebaikan yang ditinggalkan begitu saja dan tidak dilaksanakan oleh para sahabat. Andaikan ada satu kebaikan walaupun itu sebesar biji sawi, niscaya mereka akan mendahului kita melaksanakannya.
Sedangkan hukum perkara bid’ah adalah terlarang dan tertolak, kita tidak diperbolehkan melakukan perkara bid’ah dalam hal agama. Hal ini karena Islam adalah agama yang sempurna, tidak perlu penambahan dan pengurangan. Sebagaimana dalam firman Allah surat Al Maidah ayat 3 yang artinya : “ Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmatKu dan telah kuridhai Islam sebagai agamamu.”
Hati-hati : Tasyabbuh !
Perayaan tahun baru Islam termasuk tasyabuh (menyerupai) orang-orang kafir yang merayakan tahun baru Masehi ( 1 Januari). Sedangkan tasyabuh terhadap orang kafir adalah haram sebagaimana hadits Rasulullah yang artinya, “Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka ia adalah bagian dari kaum tersebut.” (Shohih. HR. Abu Dawud, Ahmad).
Hati-hati : maksiat !
Para pemabca sekalian, tidak jarang kita temui perayaan tahun baru yang dilabeli ‘tahun baru Islam’ justru malah diwarnai dengan kemaksiatan seperti ikhtilat (campur baur laki-laki dan wanita), dzikir berjamaah, dan ritual-ritual bid’ah lainnya. Bahkan perayaan tahun baru Islam akan membuka pintu banyak bid’ah dan mematikan sunnah Nabi sholallahu ‘alaihi wasssalam. Jika hal ini terus berlanjut maka tidak akan menambah kejayaan umat, yang ada justru akan menyebabkan kerusakan Islam dan kehancuran Islam.
Kita berlindung dari hal-hal yang haram dan tidak dibenarkan dalam Islam, oleh karena itu kita berusaha belajar ilmu agama yang benar yang sesuai pemahaman Islam yang benar yaitu pemahaman Salafush shalih agar kita mampu membedakan amalan-amalan yang dituntunkan dalam Islam. Semoga kemudahan dan kekuatan diberikan pada kita. Kita juga berdoa agar dijauhkan dari hal-hal yang membuat kita binasa baik itu maksiat, maupun perkara-perkara haram dan yang tidak dituntunkan.
Disalin dari kumpulan file artikel buletin at tauhid jogja, dan dipublikasikan kembali oleh www.salafiyunpad.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar