M U K A D D I M A H

M U K A D D I M A H : Sesungguhnya, segala puji hanya bagi Allah, kita memuji-Nya, dan meminta perlindungan kepada-Nya dari kejahatan diri kami serta keburukan amal perbuatan kami. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tak ada yang dapat menyesatkannya. Dan Barang siapa yang Dia sesatkan , maka tak seorangpun yang mampu memberinya petunjuk.Aku bersaksi bahwa tidak ada Rabb yang berhak diibadahi melainkan Allah semata, yang tidak ada sekutu baginya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad shalallahu’alaihi wa sallam adalah hamba dan utusannya.

Kamis, 24 November 2011

" SOMBONG KEPADA ALLAH "

Allah Subhanahu wata’ala berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً

Hai orang-orang yang beriman, ta'atilah Allah dan ta'atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”

Muhammad Rasyid Ridha rahimahulah dalam tafsir Al Manar berkata : “ Perintah mentaati alah mengharuskan untuk menerapkan semua kandungan al-Qur’an dan perintah mengikuti Rasul melazimkan untuk mengikuti sunnahnya, karena beliau bertugas menjelaskan kepada manusia wahyu yang telah diturunkan kepadanya. Allah mengulangi lafaz ketaatan, untuk menguatkan kewajiban mentaati Rasul-Nya, sebab Islam sebagai agama tauhid yang murni tidak memberikan kepada selain Allah hak mengeluarkan perintah, larangan dan syari’at atau merubahnya. Boleh jadi ada yang merasa asing kenapa di dalam al-Qur’an terdapat ajakan untuk mentaati selain wahyu Allah. Namun sunatullah telah menetapkan bahwa Allah memiliki para utusan yang dijamin ma’shum dalam menyampaikan pesan agama, sehingga wajib ditaati dalam setiap ketetapan agama dan syariat ( Zainal Abidin bin Syamsudin dalam bukunya Aqidah Muslim ).

Allah berfirman dalam Ali’Imram ayat 31 :

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

KH. Qamaruddin Shaleh menyebutkan : Taat kepada Allah berarti melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala apa yang dilarang-Nya. Sedangkan taat kepada Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam berartgi mengikuti jejak langkahnya, berpedoman kepada petunjuknya,. Serta mencontoh setiap ucapan dan perbuatannya. Ketaatan kepada Allah tidak akan sempurna tanpa diiringi perasaan cinta kepada-Nya. Cinta kepada Allah berarti mengharapkan kedudukan yang dekatr dengan-Nya. Untuk mencapai kedudukan itu, seseorang harus berusaha menjalankan segala bentuk ketaatan kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Dan tidak ada satupun jalan ketaatan kecuali telah dijelaskan oleh Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam melalui sunah-sunahnya. Berkata Sahl bin ‘Abdillah radyalahu anhum “ Tanda cinta kepada Allah adalah cinta Al-Qur’an . Dan tanda cinta al-Qur’an adalah cinta kepada Nabi dan cinta kepada Nabi adalah cinta kepada sunnahnya. ( Ayat-ayat Larangan & Perintah dalam al-Qur’an Pedoman Menuju Akhlak Muslim )

Kedua firman Allah subhanahu wata’ala tersebut diatas secara tegas memerintahkan kepada umatnya untuk mentaati Allah subhanahu wata’ala dan Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam dengan melaksanakan segala bentuk perintah dan meninggalkan segala bentuk larangan. Akan tetapi ternyata kebanyakan manusia berbuat sombong kepada Allah subhanahu wata’ala dengan cara meninggalkan berbagai bentuk ketaatan, enggan melakukan apa-apa yang diperintahkan dan malah melibatkan diri dalam melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang atau yang diharamkan.

Satu bentuk ketaatan yang diabaikan oleh kebanyakan umat muslim adalah shalat yang merupakan kewajiban sebagai wujud dari penghambaan diri manusia dihadapan Allah Subhanahu wata’ala dengan sujud. Berkaitan dengan shalat ini telah diperintahkan Allah sebagaimana Firman-Nya dalam surah Al-Baqarah 110 :

وَأَقِيمُواْ الصَّلاَةَ وَآتُواْ الزَّكَاةَ وَمَا تُقَدِّمُواْ لأَنفُسِكُم مِّنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِندَ اللّهِ إِنَّ اللّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan.”

Keengganan mereka-mereka yang tidak mau melakukan shalat merupakan bentuk perwujudan tidak mau sujud menghambakan dan merendahkan diri dihadapan Allah Subhanahu wata’ala. Tidak mau merendahkan diri kepada Allah adalah suatu bentuk kesombongan.

Ancaman Allah bagi orang-orang yang sombong

Dalam al-Qur’an cukup banyak terdapat ayat-ayat yang menyebutkan tentang ancaman bagi orang-orang yang sombong, dimana berdasarkan ancaman yang akan dijatuhkan oleh Allah Subhanahu wata’ala tersebut menunjukkan bahwa sombong itu sebenarnya perbuatan yang diharamkan, sombong kepada sesama manusia lagi-lagi sombong kepada Allah.

Allah berfirman :

سَأَصْرِفُ عَنْ آيَاتِيَ الَّذِينَ يَتَكَبَّرُونَ فِي الأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَإِن يَرَوْاْ كُلَّ آيَةٍ لاَّ يُؤْمِنُواْ بِهَا وَإِن يَرَوْاْ سَبِيلَ الرُّشْدِ لاَ يَتَّخِذُوهُ سَبِيلاً وَإِن يَرَوْاْ سَبِيلَ الْغَيِّ يَتَّخِذُوهُ سَبِيلاً ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَذَّبُواْ بِآيَاتِنَا وَكَانُواْ عَنْهَا غَافِلِينَ

“Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku. Mereka jika melihat tiap-tiap ayat(Ku) [mereka tidak beriman kepadanya. Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus memenempuhnya. Yang demikian itu adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lalai dari padanya. “ ( QS. Al-A’-raf; 146 )

Allah berfirman :

الَّذِينَ يُجَادِلُونَ فِي آيَاتِ اللَّهِ بِغَيْرِ سُلْطَانٍ أَتَاهُمْ كَبُرَ مَقْتًا عِندَ اللَّهِ وَعِندَ الَّذِينَ آمَنُوا كَذَلِكَ يَطْبَعُ اللَّهُ عَلَى كُلِّ قَلْبِ مُتَكَبِّرٍ جَبَّارٍ

(Yaitu) orang-orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka [1323]. Amat besar kemurkaan (bagi mereka) di sisi Allah dan di sisi orang-orang yang beriman. Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang. (QS. Al Mu’min : 35 )

Allah Subhanahu wata'ala berfirman :

لاَ جَرَمَ أَنَّ اللّهَ يَعْلَمُ مَا يُسِرُّونَ وَمَا يُعْلِنُونَ إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُسْتَكْبِرِينَ

Tidak diragukan lagi bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong. (QS. An-Nahl : 23 )

Allah subhanahu wata’ala berfirman :

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

Dan Tuhanmu berfirman: "Berdo'alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina".(QS. Al-Mukmin : 60 )

Allah Ta’ala berfirman :

قِيلَ ادْخُلُوا أَبْوَابَ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا فَبِئْسَ مَثْوَى الْمُتَكَبِّرِينَ

Dikatakan (kepada mereka): "Masukilah pintu-pintu neraka Jahannam itu, sedang kamu kekal di dalamnya" Maka neraka Jahannam itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri. (QS. Az-Zumar : 72 )

Allah Ta’ala berfirman :

وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ

Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.

(QS. Luqman : 18 )

Selain beberapa ayat al-Qur’an yang menyebutkan ancaman bagi orang-orang yang melakukan kesombongan sebagaimana yang dikutipkan diatas, maka beberapa hadits juga memperkuat tentang bagaimana kelak di akhirat kelak orang-orang yang berbuat kesombongan .

Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam bersabda :

صحيح مسلم ٤٧٥٢: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ يُوسُفَ الْأَزْدِيُّ حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ حَفْصِ بْنِ غِيَاثٍ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ حَدَّثَنَا أَبُو إِسْحَقَ عَنْ أَبِي مُسْلِمٍ الْأَغَرِّ أَنَّهُ حَدَّثَهُ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ وَأَبِي هُرَيْرَةَ قَالَا

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْعِزُّ إِزَارُهُ وَالْكِبْرِيَاءُ رِدَاؤُهُ فَمَنْ يُنَازِعُنِي عَذَّبْتُهُ

Shahih Muslim 4752: Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Yusuf Al Azdi; Telah menceritakan kepada kami 'Umar bin Hafsh bin Ghiyats; Telah menceritakan kepada kami Bapakku; Telah menceritakan kepada kami Al A'masy; Telah menceritakan kepada kami Abu Ishaq dari Abu Muslim Al Aghar bahwasannya dia telah menceritakan kepadanya dari Abu Sa'id Al Khudri dan Abu Hurairah keduanya berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Kemuliaan adalah sarung-Nya dan kesombongan adalah selendang-Nya. Barang siapa menentang-Ku, maka Aku akan mengadzabnya."

Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam bersabda :

صحيح مسلم ١٣٣: و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا أَبُو دَاوُدَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ أَبَانَ بْنِ تَغْلِبَ عَنْ فُضَيْلٍ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ عَلْقَمَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ

عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ

Shahih Muslim 133: Dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar telah menceritakan kepada kami Abu Dawud telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Aban bin Taghlib dari Fudlail dari Ibrahim dari Alqamah dari Abdullah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Tidak akan masuk surga orangyang di dalam hatinya terdapat seberat biji dari kesombongan."

Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam bersabda :

صحيح البخاري ٤٥٣٧: حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ مَعْبَدِ بْنِ خَالِدٍ قَالَ سَمِعْتُ حَارِثَةَ بْنَ وَهْبٍ الْخُزَاعِيَّ قَالَ

سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ الْجَنَّةِ كُلُّ ضَعِيفٍ مُتَضَعِّفٍ لَوْ أَقْسَمَ عَلَى اللَّهِ لَأَبَرَّهُ أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ النَّارِ كُلُّ عُتُلٍّ جَوَّاظٍ مُسْتَكْبِرٍ

Shahih Bukhari 4537: Telah menceritakan kepada kami Abu Nu'aim Telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Ma'bad bin Khalid ia berkata, Aku mendengar Haritsah bin Wahb Al Khuza'i ia berkata; Aku mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Maukah kalian aku beritahukan mengenai penghuni surga? Yaitu setiap orang lemah dan ditindas, yang sekiranya ia bersumpah atas nama Allah, niscaya Allah mengabulkannya. Dan maukah kalian aku beritahukan mengenai penghuni neraka? Yaitu setiap yang beringas membela kebatilan, kasar lagi sombong."

Bersabda Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam :

صحيح مسلم ١٥٦: و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ وَأَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي حَازِمٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلَاثَةٌ لَا يُكَلِّمُهُمْ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا يُزَكِّيهِمْ قَالَ أَبُو مُعَاوِيَةَ وَلَا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ شَيْخٌ زَانٍ وَمَلِكٌ كَذَّابٌ وَعَائِلٌ مُسْتَكْبِرٌ

Shahih Muslim 156: Dan telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Waki' dan Abu Muawiyah dari al-A'masy dari Abu Hazim dari Abu Hurairah dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: " Ada tiga orang yang tidak akan diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat, dan tidak mensucikan mereka." Abu Mu'awiyah menyebutkan, "Dan tidak melihat kepada mereka. Dan mereka mendapatkan siksa yang pedih: yaitu orang tua yang pezina, pemimpin yang pendusta, dan orang miskin yang sombong."

Berbagai bentuk kesombongan kepada Allah

Allah subhanahu wata’ala berfirman :

قَالَ يَا إِبْلِيسُ مَا مَنَعَكَ أَن تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ أَسْتَكْبَرْتَ أَمْ كُنتَ مِنَ الْعَالِينَ

قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِّنْهُ خَلَقْتَنِي مِن نَّارٍ وَخَلَقْتَهُ مِن طِينٍ

قَالَ فَاخْرُجْ مِنْهَا فَإِنَّكَ رَجِيمٌ

: "Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?".

Iblis berkata: "Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah ‘Allah berfirman: "Maka keluarlah kamu dari surga; sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk,

(QS. Shaad : 75 -77 )

Berdasarkan ayat 75-77 surah Shaad tersebut diatas, disebutkan bahwa iblis dianggap sombong oleh Allah karena tidak mau mematuhi perintah-Nya sujud kepada Nabi Adam yang telah diciptakan Allah. Dan karena kesombongan iblis tersebut ia diusir dari surga tempat dimana sebelumnya mereka tinggal. Mengacu kepada 3 ayat tersebut diatas maka manusia yang membangkang terhadap perintah Allah dengan meninggalkan ketaatan yang diperintahkan termasuk orang-orang yang menyombongkan diri.

Banyak sekali bentuk-bentuk kedzaliman yang dilakukan manusia sebagai bentuk pengingkaran perintah-perintah serta pelanggaran larangan yang disyari’atkan dalam agama baik melalui al-Qur’an dan as-Sunnah antara lain :

1. Melakukan berbagai bentuk kesyirikan antara lain meyakini ada kekuatan dan penguasa selain Allah Yang Maha Esa yang mampu memberikan pertolongan dan perlindungan serta dapat menimbulkan kemudharatan, sehingga perlu diberikan sesembahan berupa sesajen dan melakukan berbagai bentuk ritual sebagai pemujaan dan penyembahan kepada selain Allah. Dengan keyakinan seperti ini mereka telah menafikan/meniadakan kekuasaan Allah sebagai Maha pencipta, Maha pemberi perlindungan,Maha pemberi pertolongan. Dengan adanya keyakinan bahwa ada kekuatan dan penguasa lain selain Allah mereka telah merendahkan kedudukan Allah serta meremehkan kekuasaan dan kemampuan Allah. Memandang rendah dan meremehkan kekuasaan serta kemampuan Allah sesungguhnya merupakan sebuah kesombongan.Termasuk perbuatan syirik yang sering dilakukan banyak orang adalah menyembelih hewan yang diperuntukan kepada selain Allah, seperti menanam kepala kerbau pada proyek-proyek pembuatan jalan, jembatan, pelabuhan, pembukaan tambang dll sebagainya. Perbuatan lain yang dikatagorikan sebagai syirik adalah mendatangai dukun dan paranormal serta tukang sihir, mempercayai ramalan-ramalan,mempercayai dan menggunakan jimat-jimat, bertahayur kepada binatang, mendatangi kubur-kubur keramat untuk meminta pertolongan, bertawassul, memuji dan mengagungkan kubur-kubur para wali-wali, orang-orang shalih.Perbuatan syirik yang dilakukan oleh kebanyakan orang-orang adalah sebagai perbuatan yang nyata-nyata mengingkari keberadaan dan ke Maha Esaan Allah, karenanya ia termasuk sebagai kesombongan .

2.Meninggalkan kewajiban yang diperintahkan seperti tidak mau melakukan ibadah untuk bersujud dalam shalat fardhu lima waktu, shalat jum’at, kewajiban puasa di bulan ramadhan, membayar zakat dan menunaikan ibadah haji . Sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadits Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam :

صحيح البخاري ٧: حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُوسَى قَالَ أَخْبَرَنَا حَنْظَلَةُ بْنُ أَبِي سُفْيَانَ عَنْ عِكْرِمَةَ بْنِ خَالِدٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا

قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَالْحَجِّ وَصَوْمِ رَمَضَانَ

Shahih Bukhari 7: Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Musa dia berkata, telah mengabarkan kepada kami Hanzhalah bin Abu Sufyan dari 'Ikrimah bin Khalid dari Ibnu Umar berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Islam dibangun diatas lima (landasan); persaksian tidak ada ilah selain Allah dan sesungguhnya Muhammad utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji dan puasa Ramadlan".

Selain itu banyak lagi perintah- perintah lain seperti menutup aurat bagi wanita, berbuat baik kepada kedua orang tua dan lain-lainnya. Diingkarinya oleh manusia berbagai kewajiban yang diperintahkan merupakan ketidak taatan dan ketidak patuhan kepada khaliknya , ini sesungguhnya termasuk dalam kesombongan kepada Allah Subhanahu wata’ala.

3.Melanggar larangan-larangan Allah subhanahu wata’ala sebagaimana yang digariskan dalam al-Qur’an dan as-Sunnah, sehingga terjadilah perbuatan maksiat seperti berzinah, mencuri, merampok, membunuh,menipu , makan riba, bersumpah palsu, bersumpah dengan selain Allah, berbuat dzalim kepada sesama manusia, durhaka kepada kedua orang tua, memakan makanan yang haram, meminum minuman keras dan narkoba, larangan bertasyabbuh , larangan mengenakan kaun sutera dan perhiasan emas bagi kaum lelaki dan pelanggaran larangan lainnya yang dihukumi sebagai perbuatan haram. Pelanggaran larangan yang jelas-jelas keharamannya tiada lain adalah bentuk kesombongan manusia kepada Allah.

4. Menambah-nambah atau mengada-adakan hal-hal yang baru dalam urusan agama yang popular dengan istilah bid’ah adalah sebuah perbuatan membuat syari’at yang b aru dalam agama, sedangkan syari’at telah dipatenkan dengan terputusnya wahyu dari Allah sejak wafatnya Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam. Dan agama islam ini telah sempurna sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Maiidah ayat 3 :

حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ وَالْدَّمُ وَلَحْمُ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللّهِ بِهِ وَالْمُنْخَنِقَةُ وَالْمَوْقُوذَةُ وَالْمُتَرَدِّيَةُ وَالنَّطِيحَةُ وَمَا أَكَلَ السَّبُعُ إِلاَّ مَا ذَكَّيْتُمْ وَمَا ذُبِحَ عَلَى النُّصُبِ وَأَن تَسْتَقْسِمُواْ بِالأَزْلاَمِ ذَلِكُمْ فِسْقٌ الْيَوْمَ يَئِسَ الَّذِينَ كَفَرُواْ مِن دِينِكُمْ فَلاَ تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا فَمَنِ اضْطُرَّ فِي مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِّإِثْمٍ فَإِنَّ اللّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah], (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari iniorang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni'mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Meskipun agama Islam ini dengan seluruh syari’atnya sudah disebutkan sempurna berdasarkan ayat diatas, tetapi masih saja diantara kebanyakan orang yang menambah atau membuat hal-hal baru dalam urusan agama yang menyamai syari’at, dan ini dilakukan mereka karena menganggap bahwa syari’at yang ada belum lengkap dan masih kurang serta belum sempurna. Apa yang dilakukan oleh sementara orang-orang tersebut berarti menyamakan kedudukannya dengan Allah dan Rasul dengan membuat syari’at tambahan, tindakan seperti ini tiada lain sebuah kesyirikan. Disamping itu juga telah meremehkan Rasulullah, apakah ini bukan tindakan sebuah kesombongan. Begitu juga apa yang dilakukan oleh kebanyakan orang dalam mengamalkan hal-hal yang bid’ah dalam kesehariannya sama saja dengan menganggap apa yang disampaikan oleh Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam masih kurang, perbuatan seperti ini adalah perbuatan sombong karena mengganggap Rasulullah kurang sempurna dalam menyampaikan risalahnya.

Berkenaan dengan bid’ah ini Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam bersabda sebagai mana riwayat berikut ini :

سنن النسائي ١٥٦٠: أَخْبَرَنَا عُتْبَةُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ أَنْبَأَنَا ابْنُ الْمُبَارَكِ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ جَعْفَرِ بْنِ مُحَمَّدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ فِي خُطْبَتِهِ يَحْمَدُ اللَّهَ وَيُثْنِي عَلَيْهِ بِمَا هُوَ أَهْلُهُ ثُمَّ يَقُولُ مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلَا هَادِيَ لَهُ إِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ وَكُلُّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ ثُمَّ يَقُولُ بُعِثْتُ أَنَا وَالسَّاعَةُ كَهَاتَيْنِ وَكَانَ إِذَا ذَكَرَ السَّاعَةَ احْمَرَّتْ وَجْنَتَاهُ وَعَلَا صَوْتُهُ وَاشْتَدَّ غَضَبُهُ كَأَنَّهُ نَذِيرُ جَيْشٍ يَقُولُ صَبَّحَكُمْ مَسَّاكُمْ ثُمَّ قَالَ مَنْ تَرَكَ مَالًا فَلِأَهْلِهِ وَمَنْ تَرَكَ دَيْنًا أَوْ ضَيَاعًا فَإِلَيَّ أَوْ عَلَيَّ وَأَنَا أَوْلَى بِالْمُؤْمِنِينَ

Sunan Nasa'i 1560: Telah mengabarkan kepada kami 'Utbah bin 'Abdullah dia berkata; telah memberitakan kepada kami Ibnul Mubarak dari Sufyan dari Ja'far bin Muhammad dari bapaknya dari Jabir bin 'Abdullah dia berkata; "Apabila Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam berkhutbah, maka beliau memuji dan menyanjung Allah dengan hal-hal yang menjadi hak-Nya, kemudian bersabda: 'Barangsiapa telah diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada yang bisa menyesatkannya. Barangsiapa telah disesatkan oleh Allah, maka tidak ada yang bisa memberikan petunjuk kepadanya. Sebenar-benar perkataan adalah kitabullah (Al Qur'an), sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, dan sejelek jelek perkara adalah hal-hal yang baru, setiap hal yang baru adalah bid'ah dan setiap bid'ah adalah sesat, dan setiap kesesatan di dalam neraka'. Kemudian beliau bersabda lagi, 'Ketika aku diutus, jarak antara aku dan hari Kiamat seperti jarak dua jari ini'. Bila beliau menyebutkan hari Kiamat maka kedua pipinya memerah, suaranya meninggi, dan amarahnya bertambah, seolah-olah beliau memperingatkan pasukan. Beliau bersabda: 'Hati-hati pada pagi kalian dan sorenya'. Barangsiapa meninggalkan harta, maka itu buat keluarganya dan barangsiapa meninggalkan utang atau sesuatu yang hilang maka itu tanggunganku. Aku adalah wali bagi orang-orang yang beriman '."

K h a t i m a h

Kesombongan sebagai penyakit hati akan melahirkan sikaf untuk tidak mau tunduk dan patuh terhadap Allah Subhanahu wata’ala sehingga terwujudlah pembangkangan dengan meninggalkan kewajibannya sebagai hamba Allah dan memilih untuk mengerjakan perbuatan yang dilarang atau diharamkan sehingga lahirlah berbagai kemaksiatan.

Mengingat kesombongan merupakan perbuatan yang terlarang, lebih-lebih sombong kepada Allah , maka bagi pelakunya akan mendapatkan sanksi hukuman sebagaimana iblis karena kesombongan membangkang perintah Allah untuk sujud kepada nabi Adam ‘alaihisalam dijatuhi hukuman sanksi terusir dari surga. Bagi pelaku kesombongan sebagaimana ancaman yang disebutkan dalam beberapa ayat al-Qur’an diakhirat kelak akan mendapatkan sanksi siksa neraka.

Tidak ada cara lain untuk menghindarkan perbuatan sombong kepada Allah ,kecuali melakukan ketaatan, kepatuhan dan ketundukan dengan berbagai perbuatan yang disyari’atkan yang diiringi dengan meninggalkan dan menjauhi berbagai perbuatan yang dilarang atau diharamkan. ( W a l a h u ‘a l a m )

Sumber bacaan :

1.Al-Qur’an dan Terjemahan ( Software Program Salafi DB )

2.Eksiklopedi Hadits Kitab 9 Imam ( Sofware Program Lidwa Pusaka )

3.Ayat-ayat Larangan dan Perintah dalam Al-Qur’an , KH. Qamaruddin Shaleh

4.Minhajul Qashidin ( Terjemahan ), Ibnu Qudamah

5.Tanbihul Ghafilin ( Terjemahan ) Imam Muhyiddin an-Nahhas

6.Manajemen Qalbu Ulama Salaf( Terjemahan ), Syaikh DR. Ahmad farid

7.Akidah Muslim, Zainal Abidin bin Syamsudin

Diselesaikan ba’da dhuhur, Kamis 28 Dzulhijjah 1432 H/24 Nopember 2011

( Musni Japrie )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar