Sudah sepatutnya kita sebagai umat manusia bersyukur kepada Allah Subhanahu wata’ala atas karunianya berupa kemajuan tekhnologi informasi sehingga sekarang dunia nyata dilengkapi pula dengan dunia maya dengan fasilitas internet dengan berbagai turunannya, termasuk di dalamnya fasilitas jejaring pertemanan berupa facebook.Dimana facebook sebagai bagian dari dunia maya telah begitu akrab bagi milayaran penduduk bumi, termasuk di Indonesia yang separuh penduduknya akrab dengan facebook tersebut.
Berbagai ragam kepentingan telah dimanfaatkan oleh facebookers, termasuk hal-hal yang berujung kepada lahirnya dampak yang negative, sampai-sampai wahana ini diharamkan oleh kiayi di pesanteren Jawa Timur. Sesungguhnya apa yang difatwakan tersebut tidaklah terlalu berlebihan bila dilihat dari kacamata banyaknya dampak negatif yang diciptakan oleh peran facebook tersebut. Namun sesungguhnya apabila dilihat dari sudut positifnya, maka wahana jejaring pertemanan dunia maya facebook ini juga punya andil yang besar dalam penyebaran berbagai ragam informasi. Sehingga kalau dimisalkan sebagai pisau, dimana pisau itu bila dimanfaatkan sesuai dengan fungsi dan perannya maka ia sangat membantu bagi manusia, namun pisau itu sendiri dapat melukai penggunanya bahkan dapat menjadi alat pembunuh.Tergantung dengan si penggunanya.
Begitu pula jejaring sosial pertemanan melalui facebook ini, apakah oleh para facebookers akan dijadikan sarana untuk melakukan kemaksiatan dengan segala bentuknya yang berujung kepada dampak negatif dan
perbuatan yang digolongkan sebagai berdosa, sehingga sangat jelas keharamannya. Namun di sisi lain wahana jejaring sosial pertemanan ini akan memberikan dampak kebaikan yang memberikan pahala bagi penggunanya, apabila fasilitas facebook ini digunakan untuk hal-hal yang positif dengan posting-posting yang menyajikan informasi yang positif dan bermanfaat bagi seluruh facebookers.
Penyebaran Ilmu Agama Melalui Facebook
Kalau kita membuka dinding FB kita selalu saja tampil posting-posting berita mengenai hal-hal yang berkaitan dengan keagamaan ( Islam ), baik yang ditampilkan dari status, catatan bahkan tautan dari blog atau web serta link para penulis keagamaan , baik ustadz, kiayi dan para ulama serta da’i maupun mubaligh termasuk tokoh-tokoh islam.
Melihat itu semua maka jelaslah bahwa sebenarnya jejaring pertemanan facebook tiada lain adalah termasuk satu dari sekian banyak sarana dakwah media elektronik agama bagi pemeluknya, sebagaimana juga media elektronik lainnya seperti radio, televisi. Dengan dimanfaatkannya facebook untuk media dakwah dan pemberian pendidikan agama,maka media dakwah dan pendidikan agama semakin luas, tidak saja terbatas pada penyebaran buku-buku keagamaan, majalah, surat kabar, bulletin, pamphlet, brosur dan lain-lainya.
Berbagai bentuk ragam dan pernik-pernik tulisan yang diposting di dinding FB yang sampai kepada para facebooker, ada dalam bentuk nukilan singkat ayat-ayat al-Qur’an, hadits-hadits Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam, ada tausiyah singkat, ada kata-kata mutiara dan kata-kata bijak dan hikmah para ulama terdahulu dan bahkan ada pula artikel-artikel yang diposting melalui catatan serta tautan dengan blog atau website.
Sedangkan materi dan subtansi sajian juga beragam, ada yang berkaiatan dengan aqidah, fikih,hukum-hukum halal dan haram, wajib, sunnah , mubah dan makruh serta yang berkaitan dengan materi muamalah, seluruhnya tercover dalam banyak postingan. Semuanya memberikan informasi gratis tentang bagaimana seharusnya pemeluk islam dalam melaksanakan agamanya yang sesuai dengan tuntunan al-Qur’an dan as-Sunnah.
Banyak keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas jejaring social pertemanan facebook dalam dakwah dan pendidikan islam, antara lain karena cara dakwah dan pendidikan seperti paling murah dan tidak memerlukan biaya seperti pada cara yang lain, sedangkan sasarannya sangat luas dan menjangkau banyak orang dari berbagai kalangan, baik orang dewasa, kaum muda. Remaja dan bahkan juga anak-anak. Cara ini juga menjangkau banyak kalangan atas, menengah dan kalangan akar rumput, menjangkau kalangan berpendidikan tinggi, menengah dan juga kalangan yang berpendidikan rendah.
Kami pernah menemukan didinding FB sebuah postingan berupa tautan kesebuah blog seseorang, dan ternyata blog tersebut telah dikunjungi atau dibaca oleh pengunjung sebanyak 120.000 lebih. Apalagi kalau dihitung berapa banyak angka facebookers yang membacanya.
Mereka-mereka yang menyajikan ilmu agama melalui facebook tiada lain maksudnya untuk menyampaikan dakwah dan pendidikan sebagai bagian dari kegiatan pembinaan umat serta amar ma’ruf nahi munkar. Insya Allah apa yang diperbuat mereka akan menjadikan amal dan kebaikan yang tidak putus-putusnya, pahalanya akan terus mengalir meskipun orangnya telah tiada .Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits sebagai berikut :
صحيح مسلم ٣٠٨٤: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ وَقُتَيْبَةُ يَعْنِي ابْنَ سَعِيدٍ وَابْنُ حُجْرٍ قَالُوا حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ هُوَ ابْنُ جَعْفَرٍ عَنْ الْعَلَاءِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
Shahih Muslim 3084:” Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub dan Qutaibah -yaitu Ibnu Sa'id- dan Ibnu Hujr mereka berkata; telah menceritakan kepada kami Isma'il -yaitu Ibnu Ja'far- dari Al 'Ala' dari Ayahnya dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Apabila salah seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah segala amalannya kecuali tiga perkara; sedekah jariyah, ilmu yang bermanfa'at baginya dan anak shalih yang selalu mendoakannya."
Menjadikan Facebook Sebagai Sarana Menuntut Ilmu Syar’i
Tidak semua orang yang mendapatkan kesempatan untuk memperoleh pendidikan keagamaan ( Islam ), hanya sebagian kecil dari masyarakat muslim yang mendapatkan ilmu keagamaan melalui pendidikan resmi seperti di pesantren, madrasyah atau perguruan tinggi,sedangkan sebagiannya lagi hanya memperoleh ilmu keagamaan secara sepotong-potong dan tidak lengkap melalui pendidikan keagamaan yang diberikan dsekolah-sekolah umum dan perguruan tinggi non agama. Adapula yang mendapatkannya dari majelis-majelis ta’lim yang tentunya amatlah terbatas. Karenanya tidaklah mengherankan banyak diantara masyarakat muslim yang sangat minim ilmu pengetahuan agama.
Sesungguhnya banyak sekali masyarakat muslim yang berupaya untuk memperoleh ilmu yang berkaitan dengan aqidah dan fiqih atau yang lainnya, namun mungkin karena keterbatasan dalam beberapa hal serta alasan-alasan lain seperti tidak tersedianya waktu, sehingga mereka kesulitan untuk menambah keilmuannya tentang Islam. Yang paling banyak dijadikan pertimbangan kesulitan dalam menuntut ilmu adalah factor keterbatasan waktu, sehingga mereka tidak berkesempatan hadir di majelis-majelis ta’lim. Selain dari itu meskipun telah banyak tersedia di toko-toko buku-buku masalah agama termasuk majalah-majalah Islam namun buku-buku dan majalah-majalah tersebut belum dapat memfasilitasi mereka untuk menuntut ilmu, maka alternatif dan jalan pintas yang dapat dilakukan adalah melalui sarana jejaring pertemanan facebook . Karena sebagaimana diketahui media facebook telah banyak dimanfaatkan oleh para penulis keagamaan, dai, mubaligh, ustadz dan para ulama dan tokoh-masyarakat dan para ilmuan sebagai sarana menyampaikan dakwah dan informasi sebagai bagian dari upaya pembinaan umat.
Cakupan materi pendidikan agama islam yang diposting di FB sangat luas dan variatif serta sangat simple dan praktis, sehingga sangat membantu dan memudahkan bagi pembacanya (facebookers) dalam mencerna informasi ilmu agama, bahkan dapat terjadi dialog dan komunikasi timbal balik.
Dengan membaca dan mengikuti secara seksama apa yang dikemukan dalam status di dinding ataupun dalam tautan link maka facebookers akan memperoleh manfaat yang besar dalam ilmu-ilmu keagamaan yang akan bermuara kepada bertambahnya ilmu dalam melakukan amal ibadah. Karena amal ibadah tanpa didasari penguasaan ilmu maka ibadah itu akan menjadi sia-sia dan bathal.
Menuntut ilmu itu sumbernya dari mana saja, bisa dilakukan secara langsung melalui pendidikan formal, ataupun langsung hadir dalam majelis-majelis ta’lim, dan dapat pula dengan cara tidak langsung seperti membaca buku-buku dan majalah, brosur bulletin keagamaan, dan yang paling mutakhir adalah memanfaatkan jejaring pertemanan facebook yang didukung fasilitas dengan internet sebagai media informasi berbasis teknik informasi.
Bagi para facebookers dalam setiap kesempatan membuka dinding beranda sebenarnya dapat dijadikan ajang untuk memperoleh pahala berupa kebaikan dengan membaca postingan yang berkaitan dengan hal-hal keagamaan, sehingga memperluas cakrawala dan wawasan keagamaannya. Disamping itu dengan membaca kiriman/postingan yang berhubungan dengan ilmu agama akan terhindarlah diri dari melihat postingan seseorang pada statusnya yang isinya tidak produktif dan samasekali tidak ada manfaat, postingan yang tidak bernilai bagaikan sampah dan sebaiknya kiriman seperti itu dihapus dari dinding kita.Lagi-lagi postingan yang bersifat propokatif dan pornograpi.
Sekarang ini tergantung kepada masing-masing individu dalam memanfaatkan jejaring pertemanan facebook tersebut, apakah digunakan untuk hal-hal yang bersifat produktif dan mempunyai manfaat serta bernilai ibadah dengan membaca dan mempelajari postingan yang memberikan bimbingan dan pembinaan keagamaan sehingga mendapatkan pahala, ataukah lebih tertarik kepada membaca postingan yang bernilai sampah dan sia-sia atau bahkan tanpa disadari akan menyebabkan diperolehnya dosa.
Pengertian ilmu syar’i dan ilmu yang bermanfaat
Berkata Ustadz Yasid bin Abdul Qadir Jawas: “ Adapun yang dimaksud dengan ilmu syar’i yaitu ilmu yang diturunkan oleh Allah Ta’ala kepada Rasul-Nya berupa keterangan dan petunjuk. Maka ilmu yang di dalamnya terkandung pujian dan sanjungan adalah ilmu wahyu, yaitu ilmu yang diturunkan oleh Allah saja.
Imam al-Auza’i ( wafat th.157 H ) rahimahullaah mengatakan : “menuntut.ilmu adalah apa yang berasaldari para sahabat Nabi shalallaahu’alaihi wa salla Adapun yang datang bukan dari seseorang dari mereka , maka itu bukan ilmu “(HR. Ahmad, Bukhari, Muslim ).
Sedangkan Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullaah mengatakan .” Ilmu adalah mengetahui sesuatu dengan pengetahuan yang sebenarnya”
Mengenai pengertian ilmu yang bermanfaat oleh ustadz Yasid bin Abdul Qadir jawas disebutkan bahwa as-Sunnah membagi ilmu menjadi ilmuj yang bermanfaat dan ilmu yag tidak bermanfaat, juga menganjurkan untuk berlindung dari ilmu yang tidak bermanfaat dan juga memohon kepada Allah Ta’ala ilmu yang bermanfaat.
Kemudian Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullaah mengatakan : “ Ilmu adalah apa yang dibangun diatas dalil, dan ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang dibawa oleh Rasulullaahu’alaihi wa sallam. Terkadang ada ilmu yang tidak berasal dari Rasulullah shalallaahu’alaihi wa sallam, namun dalam urusan duniawai, seperto ilmu kedokteran , ilmu hitung, ilmu pertanian dan perdagangan.
Imam Ibnu Rajab rahimahullaah mengatakan : “ ilmu yang bermanfaat menunjukkan dua hal.
Pertama, mengenai Allah Ta’ala dan segala apa yang menjadi haknya berupa nama-nama yamng idah, sifat-sifat yang mulia dan perbuatan-perbuatan yang agung.
K e d u a ,mengetahui segala apa yang diridhai dan dicintai Allah ’Azza wa Jalla dan menjauhi segala apa yang dibenci dan dimurkainya berupa keyakinan, perbuatan yang lahir dan bathin serta ucapan. Hal ini mengharuskan orang-orang mengetahuinya untuk bersegera melakukan segala apa yang dibenci dan dimurkai-Nya. Apabila ilmu itu menghasilkan hal ini bagi pemiliknya, maka inilah ilmu yang bermanfaat.
Ibnu Qaiyim Al-Jauziyah rahimahullaah mengatakan, “ Telah berkata sebagaian ahli ilmu : “ Ilmu adalah firman Allah, sabda Rasulullah shalallaahu’alaihi wa sallam dan perkataan para sahabat. Semuanya tidak bertentangan.
Rasulullah shalallaahu’alaihi wa sallam memberikan perumpamaan kepada kita mengenai orang yang faham tentang agama Allah Ta’ala, ia memperoleh manfaat dari ilmunya dan memberikan manfaat kepada orang lain. Rasulullah shalallaahu’alaihi wa sallam juga memberikan perumpamaan orang yang tidak menaruh perhatian pada ilmu agama, dengan kelalaiannya itu mereka menjadi orang yang merugi dan bangkrut.
Rasulullah shalallaahu’alaihi wa sallam bersabda :
صحيح البخاري ٧٧: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ قَالَ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ أُسَامَةَ عَنْ بُرَيْدِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِي بُرْدَةَ عَنْ أَبِي مُوسَى
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَثَلُ مَا بَعَثَنِي اللَّهُ بِهِ مِنْ الْهُدَى وَالْعِلْمِ كَمَثَلِ الْغَيْثِ الْكَثِيرِ أَصَابَ أَرْضًا فَكَانَ مِنْهَا نَقِيَّةٌ قَبِلَتْ الْمَاءَ فَأَنْبَتَتْ الْكَلَأَ وَالْعُشْبَ الْكَثِيرَ وَكَانَتْ مِنْهَا أَجَادِبُ أَمْسَكَتْ الْمَاءَ فَنَفَعَ اللَّهُ بِهَا النَّاسَ فَشَرِبُوا وَسَقَوْا وَزَرَعُوا وَأَصَابَتْ مِنْهَا طَائِفَةً أُخْرَى إِنَّمَا هِيَ قِيعَانٌ لَا تُمْسِكُ مَاءً وَلَا تُنْبِتُ كَلَأً فَذَلِكَ مَثَلُ مَنْ فَقُهَ فِي دِينِ اللَّهِ وَنَفَعَهُ مَا بَعَثَنِي اللَّهُ بِهِ فَعَلِمَ وَعَلَّمَ وَمَثَلُ مَنْ لَمْ يَرْفَعْ بِذَلِكَ رَأْسًا وَلَمْ يَقْبَلْ هُدَى اللَّهِ الَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ
قَالَ أَبُو عَبْد اللَّهِ قَالَ إِسْحَاقُ وَكَانَ مِنْهَا طَائِفَةٌ قَيَّلَتْ الْمَاءَ قَاعٌ يَعْلُوهُ الْمَاءُ وَالصَّفْصَفُ الْمُسْتَوِي مِنْ الْأَرْضِ
Shahih Bukhari 77: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al 'Ala` berkata, telah menceritakan kepada kami Hammad bin Usamah dari Buraid bin Abdullah dari Abu Burdah dari Abu Musa dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Perumpamaan petunjuk dan ilmu yang Allah mengutusku dengan membawanya adalah seperti hujan yang lebat yang turun mengenai tanah. Diantara tanah itu ada jenis yang dapat menyerap air sehingga dapat menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rerumputan yang banyak. Dan di antaranya ada tanah yang keras lalu menahan air (tergenang) sehingga dapat diminum oleh manusia, memberi minum hewan ternak dan untuk menyiram tanaman. Dan yang lain ada permukaan tanah yang berbentuk lembah yang tidak dapat menahan air dan juga tidak dapat menumbuhkan tanaman. perumpamaan itu adalah seperti orang yang faham agama Allah dan dapat memanfa'atkan apa yang aku diutus dengannya, dia mempelajarinya dan mengajarkannya, dan juga perumpamaan orang yang tidak dapat mengangkat derajat dan tidak menerima hidayah Allah dengan apa yang aku diutus dengannya". Berkata Abu Abdullah; Ishaq berkata: "Dan diantara jenis tanah itu ada yang berbentuk lembah yang dapat menampung air hingga penuh dan diantaranya ada padang sahara yang datar".
( Menuntut ilmu jalan Menuju Surga, Yasid bin Abdul Qadir Jawas, hal 15 – 27 )
Keutamaan Ilmu Syari’
Allah Ta’ala telah memuji ilmu dan pemiliknya serta mendorong hamba-hamba-Nya untuk berilmu dan mebekali diri dengannya. Demikian pula sunnah Nabi shalallaahu’alaihi wa sallam. Dimana Ibnu Qaiyim al-Jauziyah rahimahullaah menyebutkan lebih dari seratus keutamaan ilmu syar’i
Firman Allah subhanahuw wata’ala dalam surah Ali ‘Imran ayat : 18 :
شَهِدَ اللّهُ أَنَّهُ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ وَالْمَلاَئِكَةُ وَأُوْلُواْ الْعِلْمِ قَآئِمَاً بِالْقِسْطِ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Imam al-Ghazali dalam menafsirkan ayat tersebut diatas menyebutkan betapa kemulian, keutamaan, kejelasan dan kelebihan orang-orang yang berilmu serta kedudukan ilmu sendiri, karena di dalam ayat tersebut setelah menyebutkan nama diri-Nya sendiri ,kemudian menyebutkan malaikat langsung disebutkan orang-orang yang berilmu.Selain itu ayat tersebut juga memuat keutamaan ilmu dan orang-orang yang berilmu.
Selanjutnya disebutkan pula bahwa dalam Firman Allah ta’ala surah Al-Mujadilah ayat : 11 :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِiِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انشُزُوا فَانشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُ الْعِلْم دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah MahaMengetahui apa yang kamu kerjaka
Imam al-Ghazali mengutip perkataan Ibnu Abas bahwa : “ Para ulama memperoleh beberapa derajat diatas kamu kaum mukminin dengan tujuh ratus derajat yang mana antara duas derajat itu seperti perjalanan lima ratus tahun. Dan Allah ta’ala berfirman :
وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَابِّ وَالْأَنْعَامِ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ كَذَلِكَ إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاء إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ
“Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan je- nisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba- Nya, hanyalah ulama [Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” ( QS. Al-Fathir : 28 )
Firman Allah Subhanahu wata’ala :
وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ وَمَا يَعْقِلُهَا إِلَّا الْعَالِمُونَ
“Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.” ( QS. Al-Ankabut : 43 )
( Lihat Ihya ‘ulumiddin ( terjemahan ) jld 1, hal.9 )
Menurut Ustadz Yasid bin Abdul Qadir Jawas berkenaan dengan ayat tersebut merupakan kesaksian Allah Ta’ala kepada orang-orang berilmu, dan Allah Ta’ala meminta orang yang berilmu bersaksi terhadap sesuatu yang sangat agung untuk diberikan kesaksian, yaitu keesaa Allah Ta’ala. Ini menunjukkan keutamaan ilmu dan orang-orang yang berilmu. Selain itu ayat diatas juga memuat rekomendasi Allah tentang kesucian dan keadilan orang-orang yang berilmu.
Rasulullah shalallaahu’alaihi wa sallam bersabda :
“ Ilmu ini akan dibawa oleh para ulama yang adil dari tiap-tiap generasi. Mereka akan memberantas penyimpangan/perubahan nyang dilakukan oleh orang-orang yang ghulujw ( yang melampaui batas ), menolak kebohongan pelaku kebathilan (para pendusta), dan takwil orang-orang bodoh.”( HR. al-Uqaili dalam adh-Dhu’afaa Ul-Kabir )
Di dalam kitab Fathul Baari Penjelasan Kitab shahih Bukhari ( terjemahan ) dalam bab kitabul ilmi hadits dibawah judul Keutamaan Ilmu disebutkan sebuah hadits :
صحيح البخاري ٣٤٠٥: حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ الصَّلْتِ أَبُو جَعْفَرٍ الْكُوفِيُّ حَدَّثَنَا ابْنُ الْمُبَارَكِ عَنْ يُونُسَ عَنْ الزُّهْرِيِّ قَالَ أَخْبَرَنِي حَمْزَةُ عَنْ أَبِيهِ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بَيْنَا أَنَا نَائِمٌ شَرِبْتُ يَعْنِي اللَّبَنَ حَتَّى أَنْظُرَ إِلَى الرِّيِّ يَجْرِي فِي ظُفُرِي أَوْ فِي أَظْفَارِي ثُمَّ نَاوَلْتُ عُمَرَ فَقَالُوا فَمَا أَوَّلْتَهُ قَالَ الْعِلْمَ
Shahih Bukhari 3405: “Telah bercerita kepadaku Muhammad bin ash-Shalti Abu Ja'far Al Kufiy telah bercerita kepada kami Ibnu Al Mubarak dari Yunus dari Az Zuhriy berkata, telah mengabarkan kepadaku Hamzah dari bapaknya bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Ketika tidur, aku bermimpi meminum (segelas) susu hingga aku dapat melihat aliran air dari kukuku (dengan bentul tunggal) atau kuku-kukuku (dengan bentuk jamak), kemudian aku berikan (sisanya kepada) 'Umar". Orang-orang bertanya; "Apa maknanya (susu tersebut)?. Beliau menjawab: "Ilmu".
Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullaah menerangkan bahwa dalam hal ini Rasulullah shalallaahu’ahaihi wa sallam menafsirkan susu dengan ilmu, karena keduanya banyak member manfaat. Ibnnu Munir mengatakan, bahwa keutamaan ilmu dalam hadits ini dapat dilihat dari ungkapan yang ada dalam hadits tersebut, dimana ilmu telah diibaratkan dengan keutamaan atau kelebihan Nabi yang diberikan Allah kepadanya, pendapat ini berdasar bahwa maksud al- Fadhlu adalah keutamaan.( Lihat terjemahan Fathul Baari jld 1 hal.262 )
Imam Nawawi rahimahullaah dalam kitabnya Riyadhus –Shalihin dalam membicarakan keutamaan ilmu, mengemukakan beberapa nash antara lain :
Firman Allah Ta’ala :
فَتَعَالَى اللَّهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ وَلَا تَعْجَلْ بِالْقُرْآنِ مِن قَبْلِ أَن يُقْضَى إِلَيْكَ وَحْيُهُ وَقُل رَّبِّ زِدْنِي عِلْمًا
“Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al qur'an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu dan katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan."( QS. Thaahaa : 114 )
Allah Ta’ala berfirman :
أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاء اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الْآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُوْلُوا الْأَلْبَابِ
“Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran” ( QS.Az-Zumar :9 )
Firman Allah Ta’ala :
وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَابِّ وَالْأَنْعَامِ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ كَذَلِكَ إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاء إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ Sa
“Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan je- nisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba- Nya, hanyalah ulama Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Ma- ha Pengampun “ ( QS. Faathir : 28 )
Selain ayat-ayat Al-Qur’an seperti disebutkan diatas Imam Nawawi rahimahullaah juga mengutipkan beberapa hadits Rasulullah shalallaahu’alaihi wa sallam yang berkaitan dengan keutamaan ilmu :
Rasulullah shalallaahu’alaihi wa sallam bersabda :
صحيح البخاري ٦٩: حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ عُفَيْرٍ قَالَ حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ عَنْ يُونُسَ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ قَالَ قَالَ حُمَيْدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ سَمِعْتُ مُعَاوِيَةَ خَطِيبًا يَقُولُ
سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ وَإِنَّمَا أَنَا قَاسِمٌ وَاللَّهُ يُعْطِي وَلَنْ تَزَالَ هَذِهِ الْأُمَّةُ قَائِمَةً عَلَى أَمْرِ اللَّهِ لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَالَفَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ
Shahih Bukhari 69:” Telah menceritakan kepada kami Sa'id bin 'Ufair Telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahab dari Yunus dari Ibnu Syihab berkata, Humaid bin Abdurrahman berkata; aku mendengar Mu'awiyyah memberi khutbah untuk kami, dia berkata; Aku mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa yang Allah kehendaki menjadi baik maka Allah faqihkan dia terhadap agama. Aku hanyalah yang membagi-bagikan sedang Allah yang memberi. Dan senantiasa ummat ini akan tegak diatas perintah Allah, mereka tidak akan celaka karena adanya orang-orang yang menyelisihi mereka hingga datang keputusan Allah".
Sabda Rasulullah shalalallaahu’alaihi wa sallam :
صحيح البخاري ٧١: حَدَّثَنَا الْحُمَيْدِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ قَالَ حَدَّثَنِي إِسْمَاعِيلُ بْنُ أَبِي خَالِدٍ عَلَى غَيْرِ مَا حَدَّثَنَاهُ الزُّهْرِيُّ قَالَ سَمِعْتُ قَيْسَ بْنَ أَبِي حَازِمٍ قَالَ سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ مَسْعُودٍ قَالَ
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا فَسُلِّطَ عَلَى هَلَكَتِهِ فِي الْحَقِّ وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ الْحِكْمَةَ فَهُوَ يَقْضِي بِهَا وَيُعَلِّمُهَا
Shahih Bukhari 71:” Abdullah bin Mas'ud berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak boleh mendengki kecuali terhadap dua hal; (terhadap) seorang yang Allah berikan harta lalu dia pergunakan harta tersebut di jalan kebenaran dan seseorang yang Allah berikan hikmah lalu dia mengamalkan dan mengajarkannya kepada orang lain".
Rasulullah shalallaahu’alaihi wa sallam bersabda;
صحيح البخاري ٣٢٠٢: حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ الضَّحَّاكُ بْنُ مَخْلَدٍ أَخْبَرَنَا الْأَوْزَاعِيُّ حَدَّثَنَا حَسَّانُ بْنُ عَطِيَّةَ عَنْ أَبِي كَبْشَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بَلِّغُوا عَنِّي وَلَوْ آيَةً وَحَدِّثُوا عَنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَلَا حَرَجَ وَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ
Shahih Bukhari 3202: dari 'Abdullah bin 'Amru bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sampaikan dariku sekalipun satu ayat dan ceritakanlah (apa yang kalian dengar) dari Bani Isra'il dan itu tidak apa (dosa). Dan siapa yang berdusta atasku dengan sengaja maka bersiap-siaplah menempati tempat duduknya di neraka".
( Lihat Shahih Riyadhus-Sholihin ( Terjemahan ) jld. 1 hal.317, Keutamaan ilmu, Menuntutnya dan Mengajarkannya )
Keutamaan Menuntut Ilmu Syar'i
Betapa pentingnya seorang muslin untuk menuntut ilmu syar'i dengan ilmu yang dipelajari dan ditun tunya itu, akan mengangkat derajatnya di hadapan Allah subhanahu wata'ala, karena yang bersangkutan menguasai ilmu b agaimana seharusnya melaksanakan ketataan dengan melakukan segala yang diperintahkan dan meninggalkan serta ,menjauhi segala bentuk larangan. Dengan ilmu syar'i seseorang hamba mengerti hukum halal da haram, dengan ilmu syar'i seseorang muslim dapat beribadah sesuai dengan tuntunan. Allah Ta'ala berfirman
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انشُزُوا فَانشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” ( QS. Al-Mujaadilah : 11
Abdullah Taslim, M.A. dalam artikelnya “ Keutamaan Menuntut ilmu “ mengemukakan sebuah hadits berkenaan dengan keutamaan menuntut ilmu syar’i :
Dari Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiallahu ‘anhu dia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
من يرد الله به خيرا يفقهه في الدين
.”Barangsiapa yang Allah kehendaki baginya kebaikan maka Dia akan memahamkan baginya agama (Islam (HSR al-Bukhari (no. 2948) dan Muslim (no. 1037).
Dijelaskan bahwa hadits yang mulia ini menunjukkan agungnya kedudukan ilmu agama dan keutamaan yang besar bagi orang yang mempelajarinya, sehingga Imam an-Nawawi dalam kitabnya Riyadhush Shalihin pada pembahasan “Keutamaan Ilmu” mencantumkan hadits ini sebagai hadits yang pertama.
Imam an-Nawawi berkata: “Hadits ini menunjukkan keutamaan ilmu (agama) dan keutamaan mempelajarinya, serta anjuran untuk menuntut ilmu.”
Imam Ibnu Hajar al-’Asqalaani berkata: “Dalam hadits ini terdapat keterangan yang jelas tentang keutamaan orang-orang yang berilmu di atas semua manusia, dan keutamaan mempelajari ilmu agama di atas ilmu-ilmu lainnya.” Mutiara hikmah yang dapat kita petik dari hadits ini adalah:
1. Ilmu yang disebutkan keutamaannya dan dipuji oleh Allah Ta’ala dan Rasul-Nya adalah ilmu agama
2. Salah satu ciri utama orang yang akan mendapatkan taufik dan kebaikan dari Allah Ta’ala adalah dengan orang tersebut berusaha mempelajari dan memahami petunjuk Allah Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam agama Islam.
3. Orang yang tidak memiliki keinginan untuk mempelajari ilmu agama akan terhalangi untuk mendapatkan kebaikan dari Allah Ta’ala.
4. Yang dimaksud dengan pemahaman agama dalam hadits ini adalah ilmu/pengetahuan tentang hukum-hukum agama yang mewariskan amalan shaleh, karena ilmu yang tidak dibarengi dengan amalan shaleh bukanlah merupakan ciri kebaikan.Memahami petunjuk Allah Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan benar merupakan penuntun bagi manusia untuk mencapai derajat takwa kepada Allah Ta’ala.
5. Pemahaman yang benar tentang agama Islam hanyalah bersumber dari Allah semata, oleh karena itu hendaknya seorang muslim disamping giat menuntut ilmu, selalu berdoa dan meminta pertolongan kepada Allah Ta’ala agar dianugerahkan pemahaman yang benar dalam agama. ( Lihat Artikel www.muslim.or.id)
Sesungguhnya sangatlah beruntung orang-orang yang menuntut ilmu, karena dengan itu Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits dari Rasulullah shalallaahu’alaihi wa sallam :
سنن الترمذي ٢٨٦٩: حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ غَيْلَانَ حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ نَفَّسَ عَنْ أَخِيهِ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَاللَّهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا قَعَدَ قَوْمٌ فِي مَسْجِدٍ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمْ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمْ الْمَلَائِكَةُ وَمَنْ أَبْطَأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ
قَالَ أَبُو عِيسَى هَكَذَا رَوَى غَيْرُ وَاحِدٍ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِثْلَ هَذَا الْحَدِيثِ وَرَوَى أَسْبَاطُ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ الْأَعْمَشِ قَالَ حُدِّثْتُ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرَ بَعْضَ هَذَا الْحَدِيثِ
Sunan Tirmidzi 2869: “Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa meringankan satu kesusahan saudaranya dari sekian kesusahan dunia, maka Allah akan meringankan kesusahan dari sekian kesusahan pada hari kiamat, barangsiapa menutupi (aib) seorang muslim, maka Allah akan menutupi (aib) nya di dunia dan akhirat, barangsiapa memberi kemudahan pada orang yang kesusahan, Allah akan memberinya kemudahan di dunia dan akhirat, Allah akan menolong hamba selama hamba menolong saudaranya, barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan jalan untuknya menuju surga, tidaklah suatu kaum duduk di masjid, membaca kitab Allah dan saling mempelajarinya di antara mereka, melainkan ketenangan akan turun menghampiri mereka, rahmat akan meliputinya dan para malaikat akan menaunginya, dan barangsiapa yang amalnya lamban, maka nasabnya pun akan lamban.".”
Muslim meriwayatkan pula sebuah hadits yang berkenaan dengan keutamaan bagi orang-orang yang menuntut ilmu :
صحيح مسلم ٤٨٦٧: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى التَّمِيمِيُّ وَأَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَمُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ الْهَمْدَانِيُّ وَاللَّفْظُ لِيَحْيَى قَالَ يَحْيَى أَخْبَرَنَا و قَالَ الْآخَرَانِ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَاللَّهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمْ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمْ الْمَلَائِكَةُ وَذَكَرَهُمْ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا أَبِي ح و حَدَّثَنَاه نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ الْجَهْضَمِيُّ حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ قَالَا حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ عَنْ أَبِي صَالِحٍ وَفِي حَدِيثِ أَبِي أُسَامَةَ حَدَّثَنَا أَبُو صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ صَخَبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمِثْلِ حَدِيثِ أَبِي مُعَاوِيَةَ غَيْرَ أَنَّ حَدِيثَ أَبِي أُسَامَةَ لَيْسَ فِيهِ ذِكْرُ التَّيْسِيرِ عَلَى الْمُعْسِرِ
Shahih Muslim 4867 dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda: 'Barang siapa membebaskan seorang mukmin dari suatu kesulitan dunia, maka Allah akan membebaskannya dari suatu kesulitan pada hari kiamat. Barang siapa memberi kemudahan kepada orang yang berada dalam kesulitan, maka Allah akan memberikan kemudahan di dunia dan akhirat. Barang siapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan selalu menolong hamba-Nya selama hamba tersebut menolong saudaranya sesama muslim. Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan jalan ke surga baginya. Tidaklah sekelompok orang berkumpul di suatu masjid (rumah Allah) untuk membaca Al Qur'an, melainkan mereka akan diliputi ketenangan, rahmat, dan dikelilingi para malaikat, serta Allah akan menyebut-nyebut mereka pada malaikat-malaikat yang berada di sisi-Nya. Barang siapa yang ketinggalan amalnya, maka nasabnya tidak juga meninggikannya.'
Mengenai keutamaan menuntut ilmu syar’i karena keistimewaan yang diberikan Allah, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits berikut ini :
سنن أبي داوود ٣١٥٧: حَدَّثَنَا مُسَدَّدُ بْنُ مُسَرْهَدٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ دَاوُدَ سَمِعْتُ عَاصِمَ بْنَ رَجَاءِ بْنِ حَيْوَةَ يُحَدِّثُ عَنْ دَاوُدَ بْنِ جَمِيلٍ عَنْ كَثِيرِ بْنِ قَيْسٍ قَالَ
كُنْتُ جَالِسًا مَعَ أَبِي الدَّرْدَاءِ فِي مَسْجِدِ دِمَشْقَ فَجَاءَهُ رَجُلٌ فَقَالَ يَا أَبَا الدَّرْدَاءِ إِنِّي جِئْتُكَ مِنْ مَدِينَةِ الرَّسُولِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِحَدِيثٍ بَلَغَنِي أَنَّكَ تُحَدِّثُهُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا جِئْتُ لِحَاجَةٍ قَالَ فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَطْلُبُ فِيهِ عِلْمًا سَلَكَ اللَّهُ بِهِ طَرِيقًا مِنْ طُرُقِ الْجَنَّةِ وَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ وَإِنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ وَالْحِيتَانُ فِي جَوْفِ الْمَاءِ وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ وَإِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْوَزِيرِ الدِّمَشْقِيُّ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ قَالَ لَقِيتُ شَبِيبَ بْنَ شَيْبَةَ فَحَدَّثَنِي بِهِ عَنْ عُثْمَانَ بْنِ أَبِي سَوْدَةَ عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ يَعْنِي عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَعْنَاهُ
Sunan Abu Daud 3157:." Abu Ad Darda lalu berkata, "Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa meniti jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan mempermudahnya jalan ke surga. Sungguh, para Malaikat merendahkan sayapnya sebagai keridlaan kepada penuntut ilmu. Orang yang berilmu akan dimintakan maaf oleh penduduk langit dan bumi hingga ikan yang ada di dasar laut. Kelebihan seorang alim dibanding ahli ibadah seperti keutamaan rembulan pada malam purnama atas seluruh bintang. Para ulama adalah pewaris para nabi, dan para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, mereka hanyalah mewariskan ilmu. Barangsiapa mengambilnya maka ia telah mengambil bagian yang banyak."
Ustadz Yasid bin Abdul Qadir Yawas mengemukakan bahwa pahala ilmu yang diajarkan akan tetap mengalir meskipun pemiliknya telah meninggal. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits sebagai berikut :
صحيح مسلم ٣٠٨٤: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ وَقُتَيْبَةُ يَعْنِي ابْنَ سَعِيدٍ وَابْنُ حُجْرٍ قَالُوا حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ هُوَ ابْنُ جَعْفَرٍ عَنْ الْعَلَاءِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
Shahih Muslim 3084:” Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub dan Qutaibah -yaitu Ibnu Sa'id- dan Ibnu Hujr mereka berkata; telah menceritakan kepada kami Isma'il -yaitu Ibnu Ja'far- dari Al 'Ala' dari Ayahnya dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Apabila salah seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah segala amalannya kecuali tiga perkara; sedekah jariyah, ilmu yang bermanfa'at baginya dan anak shalih yang selalu mendoakannya."
Hadits ini adalah dalil terkuat tentang keutamaan dan kemuliaan ilmu serta besarnya buah dari ilmu. Sesungguhnya palaha ilmu tetap diterima oleh orang yang bertsangkutan selama ilmunya diamalkan orang lain. Seolah-olah ia tetap hidup dan amalnya tidak terputus . Ini disamping kenangan dan sanjungan yang dialamatkan kepadanya. Tetap pengalirnya pahala untuk dirinya pada saat pahala amal perbuatan telah terputus dari manusia adalah kehidupan kedua baginya. ( Lihat Menuntut Ilmu Jalan menuju Surga, Pustaka At-Taqwa, hal.46 )
K h a t i m a h
Dari uraian singkat diatas dapat diungkapkan bahwa situs jejaring pertemanan facebook yang sudah mendunia, termasuk di Indonesia, yang dilakoni oleh berbagai kalangan dan lapisan masyarakat, yang dewasa, yang muda maupun anak-anak, sebenarnya akan mendatangkan manfaat yang besar serta pahala apabila jejaring pertemanan facebook ini digunakan untuk wahana pembelajaran ilmu syar’i, atau ilmu agama sebagai ilmu yang bermanfaat.
Karena sesungguhnya ilmu syar’iadalah ilmu yang bermanfaat, karena dia mempunyai berbagai keutamaan yang berkaitan dengan masa depan manusia kelak diakhirat. Disisi lain menuntut ilmu yang syar’i juga memberikan beberapa keistimewaan bagi penuntutnya. Untuk itu manfaatkanlah wahana facebook untuk kepentingan menuntut ilmu, mengingat di dalamnya terkandung berbagai artikel yang berkaitan dengan syari’at. Gunalan facebook untuk hal-hal yang bersifat produktif dan bermanfaat serta yang dapat mendatangkan amal kebajikan, hindarkanlah penggunaannya untuk hal-hal yang kontra produktif yang mendatangkan kemudharatan yang diharamkan.
( W a l l a a h u ‘ a l a m
Sumber bacaan :
1. Al-Qur’an dan terjemahan ( Software Salafi DB )
2. Ensiklopedi Hadits Kitab 9 Imam ( Software Lidwa Pusaka )
3. Fathul Baari, Ibnu Hajar Al-Asqalani ( Terjemahan Jld 1)
4. Ihya’ulumiddin,Imam al-Ghazali ( Terjemahan, Penerbit CV Asyisyifa, jld 1 )
5. Riyadhus-shalihin, Imam Nawawi ( Terjemahan jld 2 )
6. Menuntut Ilmu Jalan Menuju Surga, Yasid bin Abdul Qadir Jawas, Pustaka At-Taqwa
7. Keutamaan Menuntut Ilmu, Ustadz Abdullah Taslim. MA , Artikel www.muslim.or.id
Diselesaikan ba’da dhuha, Ahad 8 Muharram 1433 H / 4 Desember 2011
( Musni Japrie )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar