M U K A D D I M A H

M U K A D D I M A H : Sesungguhnya, segala puji hanya bagi Allah, kita memuji-Nya, dan meminta perlindungan kepada-Nya dari kejahatan diri kami serta keburukan amal perbuatan kami. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tak ada yang dapat menyesatkannya. Dan Barang siapa yang Dia sesatkan , maka tak seorangpun yang mampu memberinya petunjuk.Aku bersaksi bahwa tidak ada Rabb yang berhak diibadahi melainkan Allah semata, yang tidak ada sekutu baginya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad shalallahu’alaihi wa sallam adalah hamba dan utusannya.

Kamis, 15 Desember 2011

" ORANG MISKIN YANG SOMBONG "

Di negeri ini bertebaran dimana-mana masyarakat miskin yang hidupnya serba kekurangan sebagai dampak dari berbagai permasalahan yang bertalian satu sama lain menjadi benang kusut yang sulit diuraikan. Namun yang pasti salah satunya disebabkan oleh rendahnya tingkat pendapatan sehingga tidak mampu untuk menutupi kebutuhan minimal rumah tangganya. Ujung-ujungnya banyak diantara orang-orang miskin itu untuk dapat bertahan hidup ada yang menjadi kuli tani, kuli nelayan, kuli bangunan, kuli pelabuhan, kuli jalanan, pemulung sampah, dan tidak sedikit yang menjadi pengemis meminta belas kasih dari orang lain sekedar mendapat lembaran rupiah. Demi memenuhi tuntutan perut dan tanggung jawab kepada anak isteri mereka Orang-orang miskin yang kebanyakan umat muslim tersebut harus membanting tulang sejak dini hari hingga tenggelamnya matahari. Cobalah kita perhatikan secara seksama sebelum azan shubuh berkumandang mereka tersebut terpaksa harus sudah keluar rumah, sedangkan pada saat azan dhuhur terdengar mereka asyik menekuhi pekerjaannya yang tidak bisa ditinggalkan, begitu pula saat azan ashar menggema. Sedangkan pada saat seruan shalat maghrib diperdengarkan mereka belum sampai dirumah. Begitu waktu shalat isya tiba mereka sudah tertidur kelelahan. Akibatnya maka terlalaikanlah tugas kewajibannya 5 kali dalam sehari sebagai hamba Allah. Bahkan tidak hanya kewajiban shalat 5 kali sehari yang terlalaikan, kewajiban-kewajiban fardu yang lainnyapun harus pula ditinggalkan, seperti puasa di bukan ramadhan yang tidak dapat dilakukan karena apabila berpuasa mereka tidak sanggup melakukan pekerjaan fisik yang sangat menyita tenaga.

Selain itu sungguh kemiskinan yang menyebabkan banyak diantara kalangan kaum muslimin untuk memenuhi tuntutan perutnya tidak saja terpaksa melalaikan kewajiban mereka sebagai hamba Allah, tetapi juga banyak yang terpaksa mengambil jalan pintas dengan melakukan pekerjaan-pekerjaan berupa perbuatan yang terlarang. Tidak dipungkiri karena kemiskinan menjadikan seseorang menjadi pencuri, rampok, garong, menipu dan ada pula yang menjual dirinya.

Semestinya sesulit apapun atau semiskin-miskinnya kehidupan orang-orang muslim tidaklah harus menjadikan mereka lalai dari keta’atan kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Malah seharusnya mereka lebih mendekatkan diri dengan melakukan keta’atan dengan meminta pertolongan agar Allah memberikan pertolongan agar terlepas dari beban kehidupan yang berat, bukan sebaliknya menjauhkan diri dan membuat berbagai kemaksiatan dan kemunkaran. Janganlah beban hidup yang berat berupa kemiskinan dijadikan dalih untuk meninggalkan keta’atan kepada Allah.

Kemiskinan yang dialami oleh sebagian umat tiada lain adalah sebagai ujian dari Allah subhanahu wa ta’ala, sebagaimana yang telah di firmankan-Nya :

فَأَمَّا الْإِنسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ

وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ

Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: "Tuhanku telah memuliakanku". Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya maka dia berkata: "Tuhanku menghinakanku ( QS. Al Fajr 15-16 )

Maksudnya: ialah Allah menyalahkan orang-orang yang mengatakan bahwa kekayaan itu adalah suatu kemuliaan dan kemiskinan adalah suatu kehinaan seperti yang tersebut pada ayat 15 dan 16. Tetapi sebenarnya kekayaan dan kemiskinan adalah ujian Tuhan bagi hamba-hamba-Nya.

Firman Allah subhanahu wa ta’ala :

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. “ ( Qs.Al Baqarah : 155 )

Perintah ta’at kepada Allah Subhanahu wa ta’ala

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman :

قُلْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَالرَّسُولَ فإِن تَوَلَّوْاْ فَإِنَّ اللّهَ لاَ يُحِبُّ الْكَافِرِينَ

Katakanlah: "Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir". ( QS. Ali Imran : 32 )

Firman Allah Subhanahu wa ta’ala:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً
Hai orang-orang yang beriman, ta'atilah Allah dan ta'atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”

Muhammad Rasyid Ridha rahimahulah dalam tafsir Al Manar berkata : “ Perintah mentaati Allah mengharuskan untuk menerapkan semua kandungan al-Qur’an dan perintah mengikuti Rasul melazimkan untuk mengikuti sunnahnya, karena beliau bertugas menjelaskan kepada manusia wahyu yang telah diturunkan kepadanya. Allah mengulangi lafaz ketaatan, untuk menguatkan kewajiban mentaati Rasul-Nya, sebab Islam sebagai agama tauhid yang murni tidak memberikan kepada selain Allah hak mengeluarkan perintah, larangan dan syari’at atau merubahnya. Boleh jadi ada yang merasa asing kenapa di dalam al-Qur’an terdapat ajakan untuk mentaati selain wahyu Allah. Namun sunatullah telah menetapkan bahwa Allah memiliki para utusan yang dijamin ma’shum dalam menyampaikan pesan agama, sehingga wajib ditaati dalam setiap ketetapan agama dan syariat ( Zainal Abidin bin Syamsudin dalam bukunya Aqidah Muslim)

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.( QS.Ali Imran : 31 )

KH. Qamaruddin Shaleh menyebutkan : Taat kepada Allah berarti melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala apa yang dilarang-Nya. Sedangkan taat kepada Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam berartgi mengikuti jejak langkahnya, berpedoman kepada petunjuknya,. Serta mencontoh setiap ucapan dan perbuatannya. Ketaatan kepada Allah tidak akan sempurna tanpa diiringi perasaan cinta kepada-Nya. Cinta kepada Allah berarti mengharapkan kedudukan yang dekatr dengan-Nya. Untuk mencapai kedudukan itu, seseorang harus berusaha menjalankan segala bentuk ketaatan kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Dan tidak ada satupun jalan ketaatan kecuali telah dijelaskan oleh Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam melalui sunah-sunahnya. Berkata Sahl bin ‘Abdillah radyalahu anhum “ Tanda cinta kepada Allah adalah cinta Al-Qur’an . Dan tanda cinta al-Qur’an adalah cinta kepada Nabi dan cinta kepada Nabi adalah cinta kepada sunnahnya. ( Ayat-ayat Larangan & Perintah dalam al-Qur’an Pedoman Menuju Akhlak Muslim )

Kedua firman Allah subhanahu wa ta’ala tersebut diatas secara tegas memerintahkan kepada umatnya untuk mentaati Allah subhanahu wata’ala dan Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam dengan melaksanakan segala bentuk perintah dan meninggalkan segala bentuk larangan. Akan tetapi ternyata kebanyakan manusia berbuat sombong kepada Allah subhanahu wata’ala dengan cara meninggalkan berbagai bentuk ketaatan, enggan melakukan apa-apa yang diperintahkan dan malah melibatkan diri dalam melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang atau yang diharamkan.

Satu bentuk ketaatan yang diabaikan oleh kebanyakan umat muslim adalah shalat yang merupakan kewajiban sebagai wujud dari penghambaan diri manusia dihadapan Allah Subhanahu wata’ala dengan sujud. Berkaitan dengan shalat ini telah diperintahkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dalam firman-Nya :

وَأَقِيمُواْ الصَّلاَةَ وَآتُواْ الزَّكَاةَ وَارْكَعُواْ مَعَ الرَّاكِعِينَ

Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku' ( QS. Al Baqarah : 43 )

Firman Allah Subhanahu wa ta’ala

Allah subahanahu wa ta’ala berfirman:

وَأَقِيمُواْ الصَّلاَةَ وَآتُواْ الزَّكَاةَ وَمَا تُقَدِّمُواْ لأَنفُسِكُم مِّنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِندَ اللّهِ إِنَّ اللّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan.(QS. Al-Baqarah : 110 )

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa,” ( QS. Al Baqarah : 21 )

Tentang perintah shalat ini Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam menyebutkan dalam sabda beliau :

Dari 'Abdullah bin Mas'ud radliallahu 'anhu berkata: "Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, aku katakan: "Wahai Rasulullah, amal apakah yang paling utama?" Beliau menjawab: "Sholat pada waktunya". Kemudian aku tanyakan lagi: " Kemudian apa?" Beliau menjawab: "Kemudian berbakti kepada kedua orang tua". Lalu aku tanyakan lagi: "Kemudian apa lagi?" Beliau menjawab: "Jihad di jalan Allah". Maka aku berhenti menyakannya lagi kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Seandainya aku tambah terus pertanyaan, Beliau pasti akan menambah jawabannya kepadaku".( Shahih Bukhari 2574).

Bentuk ketaatan lain yang diwajibkan kepada setiap hamba-Nya adalah melaksanakan puasa wajib di bulan Ramadhan sebagaimana dalam Firman Allah subhanahu wa ta’ala :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,”( QS. Al Baqarah : 183 )

Firman Allah subhanahu wa ta’ala :

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيَ أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَن كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلاَ يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُواْ الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُواْ اللّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. (QS.Al Baqarah “ 185 )

Tidak Taat Kepada Allah Adalah Kesombongan

Makhluk pertama yang membangkang kepada Allah Yang Maha Pencipta adalah iblis, karena tidak patuh dan tidak mau menjalankan perintah Allah ketika ia disuruh sujud kepada Nabi Adam, seperti yang tertera dalam firman-Nya

قَالَ يَا إِبْلِيسُ مَا مَنَعَكَ أَن تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ أَسْتَكْبَرْتَ أَمْ كُنتَ مِنَ الْعَالِينَ

Allah berfirman: "Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?".( QS. Shaad : 75 ) .

Karena keengganan Iblis untuk mentaati apa yang diperintahkan Allah kepadanya maka Iblis diusir dari surga, sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah Subhanahu wa ta’ala :

قَالَ فَاخْرُجْ مِنْهَا فَإِنَّكَ رَجِيمٌ

Allah berfirman: "Maka keluarlah kamu dari surga; sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk, ( QS. Shaad : 77)

Sejalan dengan ayat yang agung tersebut diatas, maka orang-orang yang tidak mentaati apa yang diperintahkan oleh Allah kepada mereka termasuk kedalam golongan-golongan yang membangkang tidak mau tunduk. Begitu pula orang-orang yang tidak mau mendengar seruan Allah subhanahu wa ta’ala agar menjauhkan dan meninggalkan segala macam perbuatan yang dilarang termasuk golongan pembangkang. Tidak taat akan perintah dan tidak mau mendengarkan peringatan Allah adalah sebuah pembangkangan, sedangkan ketidak taatan kepada perintah dan pembakangan tidak lain adalah perbuatan sombong kepada Allah.

Keengganan mereka-mereka yang tidak mau melakukan shalatdan tidak mau berpuasa di bulan ramadhan merupakan bentuk perwujudan tidak mau sujud menghambakan dan merendahkan diri dihadapan Allah Subhanahu wata’ala. Tidak mau merendahkan diri kepada adalah suatu bentuk pembangkangan dan ini sesungguhnya adalah sebuah kesombongan. Sedangkan terhadap orang-orang yang sombong Allah mengancam akan menjatuhkan sanksi, sebagaimana yang banyak disebutkan dalam Al-Qur’an.Karena sombong itu sebenarnya adalah perbuatan yang diharamkan. Jangankan sombong kepada Allah Yang Maha Pencipta, sedangkan sombong kepada sesama manusia saja terlarang.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :

سَأَصْرِفُ عَنْ آيَاتِيَ الَّذِينَ يَتَكَبَّرُونَ فِي الأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَإِن يَرَوْاْ كُلَّ آيَةٍ لاَّ يُؤْمِنُواْ بِهَا وَإِن يَرَوْاْ سَبِيلَ الرُّشْدِ لاَ يَتَّخِذُوهُ سَبِيلاً وَإِن يَرَوْاْ سَبِيلَ الْغَيِّ يَتَّخِذُوهُ سَبِيلاً ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَذَّبُواْ بِآيَاتِنَا وَكَانُواْ عَنْهَا غَافِلِينَ

Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku. Mereka jika melihat tiap-tiap ayat(Ku) mereka tidak beriman kepadanya. Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus memenempuhnya. Yang demikian itu adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lalai dari padanya”.( QS. Al A’raf : 146 )

Firman Allah subhanahu wa ta’ala

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

Dan Tuhanmu berfirman: "Berdo'alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina".( QS. Al-Mu’min : 60 )

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman

لاَ جَرَمَ أَنَّ اللّهَ يَعْلَمُ مَا يُسِرُّونَ وَمَا يُعْلِنُونَ إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُسْتَكْبِرِينَ

Tidak diragukan lagi bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong.( QS. An Nahl : 23 )

Firman Allah ta’ala :

قِيلَ ادْخُلُوا أَبْوَابَ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا فَبِئْسَ مَثْوَى الْمُتَكَبِّرِينَ

Dikatakan (kepada mereka): "Masukilah pintu-pintu neraka Jahannam itu, sedang kamu kekal di dalamnya" Maka neraka Jahannam itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri.( QS. Az-Zumar : 72 )

Firman Allah ta’ala :

وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ

Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.”(QS. Luqman: 18 )

Selain beberapa ayat al-Qur’an yang menyebutkan ancaman bagi orang-orang yang melakukan kesombongan sebagaimana yang dikutipkan diatas, maka beberapa hadits juga memperkuat tentang bagaimana kelak di akhirat kelak orang-orang yang berbuat kesombongan . Antara lain :

Rasulullah shalallahu’alaih wa sallam bersabda :

صحيح مسلم ٤٧٥٢: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ يُوسُفَ الْأَزْدِيُّ حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ حَفْصِ بْنِ غِيَاثٍ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ حَدَّثَنَا أَبُو إِسْحَقَ عَنْ أَبِي مُسْلِمٍ الْأَغَرِّ أَنَّهُ حَدَّثَهُ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ وَأَبِي هُرَيْرَةَ قَالَا

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْعِزُّ إِزَارُهُ وَالْكِبْرِيَاءُ رِدَاؤُهُ فَمَنْ يُنَازِعُنِي عَذَّبْتُهُ

Shahih Muslim 4752: Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Yusuf Al Azdi; Telah menceritakan kepada kami 'Umar bin Hafsh bin Ghiyats; Telah menceritakan kepada kami Bapakku; Telah menceritakan kepada kami Al A'masy; Telah menceritakan kepada kami Abu Ishaq dari Abu Muslim Al Aghar bahwasannya dia telah menceritakan kepadanya dari Abu Sa'id Al Khudri dan Abu Hurairah keduanya berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Kemuliaan adalah sarung-Nya dan kesombongan adalah selendang-Nya. Barang siapa menentang-Ku, maka Aku akan mengadzabnya."

Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda :

صحيح مسلم ١٣٣: و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا أَبُو دَاوُدَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ أَبَانَ بْنِ تَغْلِبَ عَنْ فُضَيْلٍ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ عَلْقَمَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ

عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ

Shahih Muslim 133: Dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar telah menceritakan kepada kami Abu Dawud telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Aban bin Taghlib dari Fudlail dari Ibrahim dari Alqamah dari Abdullah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat seberat biji dari kesombongan."

Hadits lain meriwayatkan sebagai berikut :

صحيح مسلم ١٥٦: و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ وَأَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي حَازِمٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلَاثَةٌ لَا يُكَلِّمُهُمْ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا يُزَكِّيهِمْ قَالَ أَبُو مُعَاوِيَةَ وَلَا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ شَيْخٌ زَانٍ وَمَلِكٌ كَذَّابٌ وَعَائِلٌ مُسْتَكْبِرٌ
Shahih Muslim 156: Dan telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Waki' dan Abu Muawiyah dari al-A'masy dari Abu Hazim dari Abu Hurairah dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: " Ada tiga orang yang tidak akan diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat, dan tidak mensucikan mereka." Abu Mu'awiyah menyebutkan, "Dan tidak melihat kepada mereka. Dan mereka mendapatkan siksa yang pedih: yaitu orang tua yang pezina, pemimpin yang pendusta, dan orang miskin yang sombong."

Berdasarkan ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits yang berkaitan dengan sombong, maka seseorang hamba Allah yang tidak melaksanakan segala perintah yang diwajibkan seperti melakukan ibadah shalat dan puasa merupakan orang yang tidak ta’at kepada Allah Yang Menciptakannya. Sedangkan orang-orang yang tidak melakukan keta’atan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala merupakan orang-orang yang tidak mau tunduk dan ini merupakan sebuah kesombongan. Orang-orang yang sombong terhadap Allah karena mengingkari segala perintah dan larangan Allah, sangat tidak disukai Allah, dan Allah akan mengazabnya kelak diakhirat.

F a e d a h

Kemiskinan yang melanda kehidupan sebagian orang-orang muslim, memaksa mereka untuk bekerja keras membanting tulang siang malam untuk sekedar memenuhi kebutuhan rumah tangganya tanpa mengenal lelah dan tidak ingat waktu. Sehingga mereka melupakan kewajibannya sebagai hamba Allah subhanahu wa ta’ala, mereka melupakan hak-hak Allah untuk dita’ati, dipatuhi, ditakuti dan disembah. Kebanyakan diantara mereka yang hidupnya miskin tidak mau menyisihkan waktunya untuk beribadah, karena mereka takut rezekinya akan hilang.

Semestinya meskipun bagaimanapun sibuknya, bagaimanapun beratnya pekerjaan yang harus dilakukan dan bagaimana kesulitan hidup yang dihadapi maka keta’atan kepada Allah tidaklah boleh ditinggalkan. Sisihkan waktu untuk mendekatkan diri kepada Allah, penuhi setiap perintah yang diwajibkan dan tinggalkan segala macam larangan. Minta tolonglah kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan shalat.

Janganlah menjadi hamba yang somnbong dengan meninggalkan keta’atan, melakukan pembangkangan tidak mau menjalankan segala perintah-Nya. Manusia sebagai makhluk yang diciptakan tidak selayaknya menyombongkan diri kepada zat yang menciptakannya, jangankan sombong kepada Allah yang menciptakan manusia, sombong kepada sesama manusia adalah perbuatan yang diharamkan.

( Wallaahu ‘alam bishawab )

Bahan bacaan :

1. Al-Qur’an dan Terjemahan ,Departemen Agama RI

2. Al-Quran dan Terjemahan, Program software Salafi DB

3. Ensiklopedi Hadits Kitab 9 Imam, Program software Lidwa Pusaka

4. Ayat-ayat Larangan dan Perintah Dalam Al-Qur’an, KH Qamaruddin Shaleh

5. Minhajul Qashidin ( Terjemahan ), Ibnu Qudamah

Diselesaikan ba’da duha, 20 Muharram 1433 H / 16 Desember 2011


(Oleh Musni Japrie)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar