SYIRIK SEJELEK-JELEK KEDZALIMAN
Melanjutkan
inti nasehat Lukman pada anaknya, saat ini kita
akan masuk ke wasiat atau nasehat pertama. Nasehat kali ini begitu penting
karena berkaitan dengan akidah dan tauhid seorang muslim. Di dalamnya
dijelaskan mengenai bahaya apabila seorang muslim melakukan kesyirikan. Syirik
adalah sejelek-jeleknya perbuatan zholim.
Allah Ta’ala berfirman,
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا
تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia
memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan
Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar".” (QS. Lukman: 13).
Sebagaimana dijelaskan dalam serial
sebelumnya mengenai makna hikmah, yaitu hikmah adalah kepahaman, ilmu dan
ta’bir (penjelasan) (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 11: 52). Dan apa yang
disampaikan oleh Lukman dalam ayat di atas termasuk pokok dan kaedah besar
dalam hikmah (Taisir Al Karimir Rahman, 648). Hal ini menunjukkan penting dan
amat urgentnya mengenali dan memahami hikmah pertama yang disampaikan oleh
Lukman pada anaknya.
Ia
pun menggunakan cara penyampaian yang amat baik yaitu dengan panggilan “yaa bunayya”, wahai anakku. Ini adalah panggilan yang
amat lemah lembut pada anaknya, yang bernama Tsaron sebagaimana dikatakan oleh
As Suhaili. Tujuannya, ia menyampaikan hal ini dalam rangka kasih sayang,
supaya anaknya mudah menerima kebaikan. Demikianlah seharusnya kita dalam
menyampaikan suatu nasehat kepada anak kita.
Ibnu
Katsir rahimahullah, “Lukman menasehati anaknya yang tentu
amat ia sayangi, yaitu dengan nasehat yang amat mulia. Ia awali pertama kali
dengan nasehat untuk beribadah kepada Allah semata dan tidak berbuat syirik
kepada Allah dengan sesuatu apa pun.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 11: 53)
Nasehat Lukman pada anaknya,
يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ
عَظِيمٌ
“Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".”
(QS. Lukman: 13).
Dalam hadits Bukhari, dari Qutaibah, dari
Jarir, dari Al A’masy, dari Ibrahim, dari ‘Alqomah, dari ‘Abdullah radhiyallahu
‘anhu, beliau menyebutkan ayat,
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka
dengan kezaliman” (QS. Al An’am: 82). Ketika disebutkan ayat ini,
para sahabat pun menjadi khawatir. Mereka berkata,
أينا لم يَلْبس إيمانه بظلم؟
“(Wahai Rasul), siapakah yang tidak mencampurkan keimanannya dengan
kesyirikan?”
Lantas
Rasul shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
"إنه ليس بذاك، ألا (3) تسمع إلى قول
لقمان: { يَا بُنَيَّ لا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ } .
“Itu bukanlah kezholiman seperti yang kalian sangkakan.
Tidakkah kalian pernah mendengar nasehat Lukman pada anaknya, “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (HR.
Bukhari no. 3360)
Kenapa syirik disebut sejelek-jelek kezholiman?
Karena
orang yang berbuat syirik telah menyamakan makhluk yang dicipta dari tanah
dengan Malik, Raja semesta alam, yaitu Allah Ta’ala. Ia pun telah menyamakan
sesuatu yang tidak memiliki sesuatu pun di muka bumi dengan Allah yang memiliki
segala sesuatu. Makhluk yang penuh kekurangan dari segala sisi dan begitu fakir
disamakan dengan Allah yang Maha Sempurna dari segala sisi dan Maha Kaya.
Makhluk yang tidak dapat menciptakan dan memberi nikmat sebesar dzarrah (yang kecil semisal semut) disamakan
dengan Allah yang Maha Pencipta dan Maha Pemberi nikmat, yaitu nikmat agama,
dunia, akhirat, hati, badan, semua nikmat ini hanya berasal dari Allah. Tidak
ada pula yang dapat mencabut nikmat-nikmat tadi selain Allah. Apakah ini bukan sejelek-jelek
kezholiman?! (Taisir Al Karimir Rahman, 648).
Kata Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As
Sa’di, “Bukankah sejelek-jelek kezholiman ketika Allah menciptakan kita dengan
maksud untuk beribadah kepada-Nya dan mentauhidkan-Nya, lalu tujuan mulia ini
dipalingkan ke derajat yang amat rendah, yaitu menjadi beribadah kepada makhluk
yang tidak mungkin disamakan dengan Allah?! Inilah kenapa disebut sejelek-jelek
perbuatan zholim.” (Taisir Al Karimir Rahman, 648).
Renungan
Sungguh sangat menyedihkan jika ada seorang
muslim meskipun ia bersyahadat, shalat, rajin puasa, gemar bersedekah dan
bahkan sudah berhaji, namun dia melakukan salah satu kesyirikan. Sungguh dia
telah menistakan tujuan hidupnya. Ibadah-ibadahnya jadi sia-sia gara-gara
syirik. Bahkan ia pun telah merendahkan Sang Pencipta dengan makhluk yang hina
karena telah menyamakan Allah dalam ibadah. Sudah sepantasnya seorang muslim
meninggalkan syirik dengan berbagai macam ragamnya termasuk dalamnya
tradisi-tradisi sesat. Masih ada sebagian kita melakukan tumbal dengan
sembelihan ketika dibangun jembatan, memakai jimat dan penglaris. Bukankah ini
semua syirik dan merendahkan pencipta serta menistakan jalan hidup kita yang
mesti kita tempuh?
Semoga Allah memudahkan kita untuk
merealisasikan tujuan hidup kita untuk beribadah pada-Nya dan semoga kita
dijauhkan dari segala bentuk kesyirikan.
Wallahu waliyyut tuafiq.
Referensi:
1.
Taisir Al Karimir Rahman fii
Tafsir Kalamil Manan,
Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, terbitan Muassasah Ar Risalah, cetakan
pertama, 1420 H.
2.
Tafsir Al Qur'an Al 'Azhim, Ibnu Katsir,
terbitan Muassasah Qurthubah, cetakan pertama, 1421 H.
@ KSU, Riyadh, KSA, 5 Rabi’uts Tsani 1433 H
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar