1.Larangan
Mengambil/Merampas/Menguasai Sesuatu Atau Hak Milik Sesama Muslim.
2.Larangan Menghianati
amanat dari sesama muslim.
3. Larangan
menganiaya/menyakiti fisik sesama muslim.
4.Larangan mengajak untuk
melakukan kemunkaran/kemaksiatan kepada sesama muslim.
Berikut ini diulas secara
singkat larangan-larangan yang dimaksudkan diatas :
Larangan Mengambil/Merampas/ Menguasai Sesuatu atau Hak Milik Sesama
Muslim
Islam itu adalah agama
yang membawa rahmad dan kebaikan bagi seluruh umat manusia, islam memerintahkan
kepada umatnya untuk melakukan segala hal yang berkaitan dengan kebaikan
sebagai perwujudan dari akhlak yang baik dan sebaliknya Islam melarang umatnya
untuk melakukan segala hal yang berkaitan dengan keburukan dan kemudharatan.
Larangan yang diperintahkan untuk ditinggalkan tersebut salah satunya adalah
mengambil/merampas/menguasi sesuatu yang bukan miliknya atau yang merupakan
yang dikuasi/dimiliki oleh sesama muslim lainnya.
Larangan
mengambil/menguasai/merampas sesuatu disini adalah meliputi segala macam yang
dapat dikuasai atau dapat dimiliki oleh seseorang seperti barang-barang atau benda-benda, tanah kebun,
tanah pertanian , rumah dan lain-lain sebagainya baik barang-barang bersifat
habis pakai atau barang-barang tidak habis pakai serta barang-barang yang
bergerak atau tidak bergerak.
Larangan yang dimaksudkan
diatas telah disebutkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dalm firman-Nya :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ
لاَ تَأْكُلُواْ أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلاَّ أَن تَكُونَ تِجَارَةً
عَن تَرَاضٍ مِّنكُمْ وَلاَ تَقْتُلُواْ أَنفُسَكُمْ إِنَّ اللّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kami saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh
dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.(QS.An
Nisaa : 29 )
Dalam ayat lain disebutkan
pula firman Allah ta’ala :
وَلاَ تَأْكُلُواْ أَمْوَالَكُم
بَيْنَكُم بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُواْ بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُواْ فَرِيقًا
مِّنْ أَمْوَالِ النَّاسِ بِالإِثْمِ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ
Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain
di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan)
harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta
benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.(QS.Al
Baqarah : 188
Mengambil/menguasai atau merampas barang milik orang lain apapun
bentuknya dan sekecil apapun nilainya
merupakan pelanggaran terhadap larangan yang telah digariskan oleh Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam
, sesuai dengan hadits yang diriwayatkan
oleh imam Abu Daud dan imam at-Tirmidzi
dari As Saa'ib bin Yazid meriwayatkan dari bapaknya bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَا يَأْخُذْ أَحَدُكُمْ عَصَا أَخِيهِ لَاعِبًا أَوْ
جَادًّا، فَمَنْ أَخَذَ عَصَا أَخِيهِ فَلْيَرُدَّهَا إِلَيْه
"Janganlah salah seorang di antara kamu mengambil tongkat
saudaranya baik main-main maupun serius. Jika salah seorang di antara kamu
mengambil tongkat saudaranya, maka kembalikankah." (HR. Ahmad, Abu Dawud,
Tirmidzi dan ia menghasankannya. Hadits ini dihasankan pula oleh Syaikh al-Albani
dalam Shahih
Abi Dawud dan
Shahih At Tirmidzi
Dalam hadits yang lain
disebutkan pula larangan mengambil
sesuatu milik orang lain dengan bersumpah seperti mengambil kayu siwak
maka Allah subhanahu wa ta’ala akan
menempatkannya kedalam neraka , sebagaimana yang diriwayatkan oleh imam Muslim
rahimahullah dalam kitab shahihnya dari Abu Umamah radhyallahu’anhu :
صحيح مسلم ١٩٦: حَدَّثَنَا يَحْيَى
بْنُ أَيُّوبَ وَقُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ وَعَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ جَمِيعًا عَنْ إِسْمَعِيلَ
بْنِ جَعْفَرٍ قَالَ ابْنُ أَيُّوبَ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ قَالَ أَخْبَرَنَا
الْعَلَاءُ وَهُوَ ابْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ مَوْلَى الْحُرَقَةِ عَنْ مَعْبَدِ بْنِ
كَعْبٍ السَّلَمِيِّ عَنْ أَخِيهِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ كَعْبٍ عَنْ أَبِي أُمَامَةَ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ اقْتَطَعَ حَقَّ امْرِئٍ مُسْلِمٍ بِيَمِينِهِ
فَقَدْ أَوْجَبَ اللَّهُ لَهُ النَّارَ وَحَرَّمَ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ فَقَالَ لَهُ
رَجُلٌ وَإِنْ كَانَ شَيْئًا يَسِيرًا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ وَإِنْ قَضِيبًا مِنْ
أَرَاكٍ
و حَدَّثَنَاه أَبُو بَكْرِ
بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَإِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ وَهَارُونُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ
جَمِيعًا عَنْ أَبِي أُسَامَةَ عَنْ الْوَلِيدِ بْنِ كَثِيرٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ كَعْبٍ
أَنَّهُ سَمِعَ أَخَاهُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ كَعْبٍ يُحَدِّثُ أَنَّ أَبَا أُمَامَةَ
الْحَارِثِيَّ حَدَّثَهُ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
بِمِثْلِهِ
Shahih Muslim 196: dari
Abu Umamah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Barangsiapa mengambil
hak seorang muslim dengan sumpahnya, maka Allah mewajibkan neraka
untuknya, dan mengharamkan surga atasnya." Maka seorang laki-laki
bertanya, "Wahai Rasulullah, meskipun itu sesuatu yang sepele?"
Beliau menjawab: "Meskipun itu hanya kayu siwak."
Islam melarang seorang muslim
untuk mengambil/menguasai harta milik sesama muslim lainnya kecuali atas
persetujuan pemiliknya. Berkenaan dengan hal ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ يَحِلُّ مَالُ امْرِئٍ مُسْلِمٍ إِلاَّ بِطِيْبِ نَفْسٍ
مِن
“Tidak halal mengambil harta
seorang muslim kecuali dengan kerelaan dirinya.”(HR. Abu Dawud dan Daruquthni,
dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahihul Jami’ no. 7662)
Barang siapa yang pernah
melakukan pelanggaran larangan dengan
berbuat aniaya berkenaan dengan masalah tanah walaupun hanya sejengkal
saja maka kelak diakhirat dia akan dibebani dengan dikalungkan pada lehernya
tanah , hal ini sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh imam Bukhari
rahimahullah ta’ala dari Abu Salamah
radhyallahu’anhuma :
صحيح البخاري ٢٢٧٣:
حَدَّثَنَا أَبُو مَعْمَرٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَارِثِ حَدَّثَنَا حُسَيْنٌ عَنْ
يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ قَالَ حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ أَنَّ أَبَا
سَلَمَةَ حَدَّثَهُ أَنَّهُ كَانَتْ بَيْنَهُ وَبَيْنَ أُنَاسٍ خُصُومَةٌ فَذَكَرَ
لِعَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا فَقَالَتْ
يَا أَبَا سَلَمَةَ اجْتَنِبْ
الْأَرْضَ فَإِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ ظَلَمَ
قِيدَ شِبْرٍ مِنْ الْأَرْضِ طُوِّقَهُ مِنْ سَبْعِ أَرَضِينَ
Shahih Bukhari 2273: Telah menceritakan kepada kami Abu Ma'mar
telah menceritakan kepada kami 'Abdul Warits telah menceritakan kepada kami
Husain dari Yahya bin Abi Katsir berkata, telah menceritakan kepadaku Muhammad
bin Ibrahim bahwa Abu Salamah menceritakan kepadanya bahwa dia pernah bertengkar
dengan seseorang lalu diceritakan hal ini kepada 'Aisyah radliallahu 'anha,
maka 'Aisyah radliallahu 'anha berkata: "Wahai Abu Salamah hindarkanlah
bertengkar dalam urusan tanah karena Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah
bersabda: "Siapa yang
pernah berbuat aniaya sejengkal saja (dalam perkara tanah) maka nanti dia akan
dibebani (dikalungkan pada lehernya) tanah dari tujuh petala bumi".
Barang siapa yang
bersumpah dengan sumpah dusta untuk menguasai harta seorang muslim atau harta
saudaranya , Allah subhanahu wa ta’ala
murka kepadanya. Hal ini disebutkan dalam hadits riwayat imam Bukhari
rahimahullah ta’ala dari Abdullahradhyallahu’anhuma :
صحيح البخاري ٦١٦٧: حَدَّثَنِي
مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عَدِيٍّ عَنْ شُعْبَةَ عَنْ سُلَيْمَانَ
وَمَنْصُورٍ عَنْ أَبِي وَائِلٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ حَلَفَ عَلَى يَمِينٍ كَاذِبَةٍ يَقْتَطِعَ بِهَا مَالَ
رَجُلٍ مُسْلِمٍ أَوْ قَالَ أَخِيهِ لَقِيَ اللَّهَ وَهُوَ عَلَيْهِ غَضْبَانُ فَأَنْزَلَ
اللَّهُ تَصْدِيقَهُ
{ إِنَّ الَّذِينَ يَشْتَرُونَ
بِعَهْدِ اللَّهِ }
قَالَ سُلَيْمَانُ فِي حَدِيثِهِ
فَمَرَّ الْأَشْعَثُ بْنُ قَيْسٍ فَقَالَ مَا يُحَدِّثُكُمْ عَبْدُ اللَّهِ قَالُوا
لَهُ فَقَالَ الْأَشْعَثُ نَزَلَتْ فِيَّ وَفِي صَاحِبٍ لِي فِي بِئْرٍ كَانَتْ بَيْنَنَا
Shahih Bukhari 6167: Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin
Basyar telah menceritakan kepada kami Ibnu Abi 'Adi dari Syu'bah dari Sulaiman
dan Manshur dari Abu Wa`il dari Abdullah radliallahu 'anhu, dari Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa bersumpah dengan sumpah dusta untuk menguasai
harta seorang muslim -atau ia katakan dengan redaksi untuk menguasai harta
saudaranya-- ia bertemu Allah sedang Allah dalam keadaan murka kepadanya."
Kemudian Allah menurunkan ayat yang membenarkannya; 'Sesungguhnya orang-orang
yang menukar janji Allah,,, dst (QS. Ali'Imran 77), Sulaiman berkata dalam
haditsnya; kemudian Al Asy'ats bin Qais lewat dan berujar; 'Apa yang
diceritakan Abdullah kepada kalian? ' Mereka pun menjawabnya dengan suatu
jawaban sebagaimana diutarakan Abdullah. Lantas Asy'ats menerangkan;
'Sesungguhnya ayat diatas diturunkan tentang saya dan kawan saya karena suatu
sumur yang ada diantara kami.'
Larangan Menghianati Amanat Dari Sesama Muslim
Islam mensyari’atkan
kepada umatnya berupa larangan menghianati amanat dari sesama muslim, karenan
ya Islam menekankan agar setiap muslim itu agar memegang teguh amanah yang
dipercayakan kepadanya. Berkaitan dengan pentingnya memegang amanah ini Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِيhنَ آمَنُواْ
لاَ تَخُونُواْ اللّهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُواْ أَمَانَاتِكُمْ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah
dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang
dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.( QS. Al Anfaal :
27 ).
Larangan menghianati
amanat dari sesama muslim ditegaskan pula oleh Rasullullah shallallahu’alaihi
wsa sallam dalam hadits yang diriwayatkan oleh imam Ahmad dalam kitab Musnad
beliau:
مسند أحمد ١٤٨٧٧: حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي عَدِيٍّ عَنْ حُمَيْدٍ عَنْ رَجُلٍ مِنْ أَهْلِ مَكَّةَ يُقَالُ
لَهُ يُوسُفُ قَالَ
كُنْتُ أَنَا وَرَجُلٌ مِنْ
قُرَيْشٍ نَلِي مَالَ أَيْتَامٍ قَالَ وَكَانَ رَجُلٌ قَدْ ذَهَبَ مِنِّي بِأَلْفِ
دِرْهَمٍ قَالَ فَوَقَعَتْ لَهُ فِي يَدِي أَلْفُ دِرْهَمٍ قَالَ فَقُلْتُ لِلْقُرَشِيِّ
إِنَّهُ قَدْ ذَهَبَ لِي بِأَلْفِ دِرْهَمٍ وَقَدْ أَصَبْتُ لَهُ أَلْفَ دِرْهَمٍ قَالَ
فَقَالَ الْقُرَشِيُّ حَدَّثَنِي أَبِي أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ أَدِّ الْأَمَانَةَ إِلَى مَنْ ائْتَمَنَكَ وَلَا تَخُنْ
مَنْ خَانَكَ
Musnad
Ahmad 14877: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abu 'Adi dari Humaid
dari seorang laki-laki penduduk Makkah yang bernama Yusuf berkata; saya bersama
seorang laki-laki dari Quraisy mengurus harta anak-anak yatim. (Yusuf) berkata;
laki-laki tersebut kabur membawa pergi seribu dirham. (Yusuf) berkata; lalu
uang seribu dirham miliknya terjatuh di tanganku. (Yusuf) berkata; saya berkata
kepada Al Qurosyi, ada yang membawa pergi uangku seribu dirham dan saya
menemukan seribu dirham miliknya. (Yusuf) berkata; lalu Al Qurasyi berkata;
telah menceritakan kepadaku bapakku telah mendengar Rasulullah
Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Tunaikanlah amanat kepada orang yang memberimu amanat, dan
janganlah kamu berkhianat kepada orang yang telah menghianati dirimu."
Orang yang diberi amanat dan kemudian menghianatinya menunjukkan tanda sebagai
orang yang munafik, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Rasullullah
shallallahu’alaihi wa sallam sebagaimana yang diriwayatkan oleh imam Bukhari
rahimahullah ta’ala :
صحيح البخاري ٢٤٨٥: حَدَّثَنَا
قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ عَنْ أَبِي سُهَيْلٍ
نَافِعِ بْنِ مَالِكِ بْنِ أَبِي عَامِرٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ
وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ
Shahih Bukhari 2485: Telah
menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id telah menceritakan kepada kami
Isma'il bin Ja'far dari Abu Suhail, Nafi' bin Malik bin Abu 'Amir dari bapaknya
dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:
'Tanda-tanda munafiq ada tiga; jika berbicara dusta, jika diberi amanat dia
khiyanat dan jika berjanji mengingkari".
Dalam hadits yang lain
tentang dilarangnya seorang muslim menghianati amanat dari sesama muslim
lainnya diriwayatkan pula oleh imam
at-Tirmidzi rahimahullah ta’ala dari Abu Hurairah Radhyallahu’anhu :>
سنن الترمذي ١١٨٥: حَدَّثَنَا
أَبُو كُرَيْبٍ حَدَّثَنَا طَلْقُ بْنُ غَنَّامٍ عَنْ شَرِيكٍ وَقَيْسٌ عَنْ أَبِي
حَصِينٍ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَدِّ الْأَمَانَةَ إِلَى مَنْ ائْتَمَنَكَ وَلَا تَخُنْ مَنْ خَانَكَ
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ
حَسَنٌ غَرِيبٌ وَقَدْ ذَهَبَ بَعْضُ أَهْلِ الْعِلْمِ إِلَى هَذَا الْحَدِيثِ وَقَالُوا
إِذَا كَانَ لِلرَّجُلِ عَلَى آخَرَ شَيْءٌ فَذَهَبَ بِهِ فَوَقَعَ لَهُ عِنْدَهُ شَيْءٌ
فَلَيْسَ لَهُ أَنْ يَحْبِسَ عَنْهُ بِقَدْرِ مَا ذَهَبَ لَهُ عَلَيْهِ وَرَخَّصَ فِيهِ
بَعْضُ أَهْلِ الْعِلْمِ مِنْ التَّابِعِينَ وَهُوَ قَوْلُ الثَّوْرِيِّ وَقَالَ إِنْ
كَانَ لَهُ عَلَيْهِ دَرَاهِمُ فَوَقَعَ لَهُ عِنْدَهُ دَنَانِيرُ فَلَيْسَ لَهُ أَنْ
يَحْبِسَ بِمَكَانِ دَرَاهِمِهِ إِلَّا أَنْ يَقَعَ عِنْدَهُ لَهُ دَرَاهِمُ فَلَهُ
حِينَئِذٍ أَنْ يَحْبِسَ مِنْ دَرَاهِمِهِ بِقَدْرِ مَا لَهُ عَلَيْهِ
Sunan Tirmidzi 1185: telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib
telah menceritakan kepada kami Thalq bin Ghannam dari Syarik dan Qais dari Abu
Hashin dari Abu Shalih dari Abu Hurairah ia berkata; Nabi Shlallahu 'Alaihi
Wasallam bersabda: "Tunaikanlah
amanat kepada orang yang memberi kepercayaan kepadamu dan janganlah engkau
mengkhianati orang yang mengkhianatimu." Abu Isa berkata; Hadits ini
hasan gharib dan sebagian ulama cenderung untuk berpedoman terhadap hadits ini;
Mereka mengatakan; Jika seseorang memiliki sesuatu pada orang lain, lalu orang
lain itu membawanya (menggunakannya) kemudian ia (pemilik) mendapati sesuatu
yang lain di sisinya (orang lain), maka ia tidak boleh menahan (mengambil)
darinya (seuatu yang lain tersebut) sesuai dengan kadar yang dibawa dari
miliknya, Dan sebagian ulama dari kalangan tabi'in membolehkannya, ini adalah
pendapat Ats Tsauri, ia mengatakan; jika seseorang memiliki beberapa dirham
pada orang lain, lalu ia mendapati berberapa dirham miliknya pada orang lain
tersebut berupa beberapa dinar maka ia tidak boleh menahan (mengambil beberapa
dinar yang ia dapati) sebagai ganti beberapa dirhamnya, namun jika ia mendapati
beberapa dirhamnya pada orang lain itu masih berupa beberapa dirham maka ia
boleh menahan (mengambilnya) menurut kadar miliknya yang terdapat pada orang
lain tersebut.
Menjaga amanat dari sesama
m uslim sangatlah ditekankan dalam Islam, hal ini disebutkan oleh Rasullullaah
shallallahu’alaihi wa sallam dalam hadikts yang diriwayatkan oleh imam Ahmad
rahimahullah dalam kitab Musnad beliau :
مسند أحمد ٦٣٦٥: حَدَّثَنَا
حَسَنٌ حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعَةَ عَنِ الْحَارِثِ بْنِ يَزِيدَ الْحَضْرَمِيِّ عَنِ
ابْنِ حُجَيْرَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَرْبَعٌ إِذَا كُنَّ فِيكَ فَلَا عَلَيْكَ مَا فَاتَكَ مِنْ الدُّنْيَا حِفْظُ أَمَانَةٍ وَصِدْقُ حَدِيثٍ وَحُسْنُ خَلِيقَةٍ وَعِفَّةٌ فِي طُهْرٍ
Musnad Ahmad 6365: Telah menceritakan kepada kami Hasan telah
menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah dari Al Harits bin Yazid Al hadlromi dari
Ibnu Hujairoh dari Abdullah bin 'Amru, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
Salam bersabda: "Ada empat hal, yang mana jika dia ada pada dirimu maka
kamu tidak akan susah dan tidak akan ditinggalkan dunia: menjaga amanat, bicara
jujur, berakhlaq mulia, dan kesucian diri."
Imam Ahmad rahimahullah
ta’ala juga meriwayatkan hadits yang berkenaan dengan amanat :
مسند أحمد ٨٢٣٨: حَدَّثَنَا
حَسَنُ بْنُ مُوسَى حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعَةَ حَدَّثَنَا أَبُو الْأَسْوَدِ عَنْ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ رَافِعٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَجْتَمِعُ الْإِيمَانُ وَالْكُفْرُ فِي قَلْبِ
امْرِئٍ وَلَا يَجْتَمِعُ الصِّدْقُ وَالْكَذِبُ جَمِيعًا وَلَا تَجْتَمِعُ الْخِيَانَةُ
وَالْأَمَانَةُ جَمِيعًا
Musnad Ahmad 8238: Telah menceritakan kepada kami Hasan bin
Musa telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah telah menceritakan kepada kami
Abul Aswad dari Abdullah bin Rofi' dari Abu Hurairah, dia berkata; Bahwasanya
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam Bersabda: "Tidak akan berkumpul
antara iman dan kufur dalam hati seseorang, tidak akan berkumpul kejujuran dan
kebohongan semuanya, dan tidak pula berkumpul khianat dan amanat
semuanya."
Larangan Menganiaya/Menyakiti
Sesama Muslim
Seorang muslim dilarang
untuk menganiaya/menyakiti sesama muslim lainnya, hal ini ditegaskan oleh Allah
subhanahu wa ta’ala sebagaimana yang termaktub dalam Firman-Nya ;
"Orang-orang yang zalim itu tidak mempunyai sahabat
setia dan penolong yang dipatuhi." (Ghafir: 18)
Sedangkan dalam ayat
lain Allah su bhanahu wa ta’ala berfirman :
وَيَعْبُدُونَ
مِن دُونِ اللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَمَا لَيْسَ لَهُم بِهِ عِلْمٌ
وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِن نَّصِيرٍ
Dan mereka menyembah selain Allah, apa yang Allah tidak
menurunkan keterangan tentang itu, dan apa yang mereka sendiri tiada mempunyai
pengetahuan terhadapnya. Dan bagi orang-orang yang zalim sekali-kali tidak ada
seorang penolongpun.(QS.Al Hajj: 71 )
Yang
dimaksudkan dengan menganiaya/menyakiti disini adalah dalam arti yang luas baik
berupa tindakan menganiaya/menyakiti secara fisik maupun dalam bentuk sikap
seseorang dapat menjadi kecewa atau sakit hati atas perbuatannya.
Perbuatan
menganiaya/menyakiti seseorang termasuk dalam
katagori menzhalimi, sedangkan kezhaliman merupakan perbuatan yang
diharamkan sehingga harus dijauhi sesuai denmgan hadits yang diriwayatkan oleh
imam Muslim rahimahullah ta’ala dari Jabir bin Abdullah radfhyallahu’anhu :
صحيح مسلم ٤٦٧٥: حَدَّثَنَا
عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ بْنِ قَعْنَبٍ حَدَّثَنَا دَاوُدُ يَعْنِي ابْنَ قَيْسٍ
عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ مِقْسَمٍ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ
أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اتَّقُوا الظُّلْمَ فَإِنَّ الظُّلْمَ
ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَاتَّقُوا الشُّحَّ فَإِنَّ الشُّحَّ أَهْلَكَ مَنْ
كَانَ قَبْلَكُمْ حَمَلَهُمْ عَلَى أَنْ سَفَكُوا دِمَاءَهُمْ وَاسْتَحَلُّوا مَحَارِمَهُمْ
Shahih Muslim 4675: Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin
Maslamah bin Qa'nab; Telah menceritakan kepada kami Dawud yaitu Ibnu Qais dari
'Ubaidillah bin Miqsam dari Jabir bin 'Abdullah bahwa Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Hindarilah kezhaliman, karena kezhaliman itu
adalah mendatangkan kegelapan pada hari kiamat kelak! Jauhilah kekikiran,
karena kekikiran itu telah mencelakakan (menghancurkan) orang-orang sebelum
kalian yang menyebabkan mereka menumpahkan darah dan menghalalkan yang diharamkan."
Sesungguhnya
perbuatan menganiaya/menyakiti seseorang tersebut kelak diakhirat akan dituntut
balas, sebagaimana yang disebutkan oleh Rasullullah shallallahu’alaihi wa
sallam dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim rahimahullah ta’ala dalam kitab
shahih beliau :
صحيح مسلم ٤٦٧٩: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ وَقُتَيْبَةُ وَابْنُ حُجْرٍ قَالُوا حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ يَعْنُونَ ابْنَ جَعْفَرٍ عَنْ الْعَلَاءِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَتُؤَدُّنَّ الْحُقُوقَ إِلَى أَهْلِهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُقَادَ لِلشَّاةِ الْجَلْحَاءِ مِنْ الشَّاةِ الْقَرْنَاءِ
Shahih Muslim 4679: dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam: "Semua hak itu pasti akan dipenuhi pada hari
kiamat kelak, hingga kambing bertanduk pun akan dituntut untuk dibalas oleh
kambing yang tidak bertanduk."
Keterangan:
Hadis ini dengan
jelas menerangkan bahawa semua binatang pada hari kiamat nanti akan dikumpulkan
di padang mahsyar dan dikembalikan tubuh dan ruhnya sebagaimana waktu hidupnya
di dunia. Jadi sama halnya dengan manusia, baik yang sudah mukalaf, yang masih
kanak-kanak, begitu pula yang gila.
Selain itu dalam
hadits yang diriwayatakan oleh imam Bukhari rahimahullah ta’ala dalam kitab
shahih beliau , bahwa Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda :
صحيح البخاري ٢٢٧٢: حَدَّثَنَا
أَبُو الْيَمَانِ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ قَالَ حَدَّثَنِي طَلْحَةُ
بْنُ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ عَمْرِو بْنِ سَهْلٍ أَخْبَرَهُ
أَنَّ سَعِيدَ بْنَ زَيْدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ ظَلَمَ مِنْ الْأَرْضِ شَيْئًا طُوِّقَهُ
مِنْ سَبْعِ أَرَضِينَ
Shahih Bukhari 2272: Sa'id bin Zaid radliallahu 'anhu berkata,
aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: ""Barangsiapa yang menganiaya - mengambil tanpa izin pemiliknya -
seukuran kira-kira sejengkal tanah, maka tanah itu akan dikalungkan di lehernya
dari tujuh lapis bumi — sebagai siksanya pada hari kiamat nanti
Seorang Muslim yang
telah berbuat aniaya kepada sesama Muslim lainnya maka hendaklah ia segera meminta maaf sewaktu
masih hidup sebelum datang kematian, hal
ini ditegaskan oleh Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam dalam hadits yang
diriwayatkan oleh imam Bukhari rahimahullah ta’ala dari Abu Hurairah
radhyallahhu’anhu :
صحيح البخاري ٢٢٦٩: حَدَّثَنَا
آدَمُ بْنُ أَبِي إِيَاسٍ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ حَدَّثَنَا سَعِيدٌ الْمَقْبُرِيُّ
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ كَانَتْ لَهُ مَظْلَمَةٌ لِأَخِيهِ مِنْ عِرْضِهِ
أَوْ شَيْءٍ فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ الْيَوْمَ قَبْلَ أَنْ لَا يَكُونَ دِينَارٌ
وَلَا دِرْهَمٌ إِنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ
وَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ
قَالَ أَبُو عَبْد اللَّهِ
قَالَ إِسْمَاعِيلُ بْنُ أَبِي أُوَيْسٍ إِنَّمَا سُمِّيَ الْمَقْبُرِيَّ لِأَنَّهُ
كَانَ نَزَلَ نَاحِيَةَ الْمَقَابِرِ قَالَ أَبُو عَبْد اللَّهِ وَسَعِيدٌ الْمَقْبُرِيُّ
هُوَ مَوْلَى بَنِي لَيْثٍ وَهُوَ سَعِيدُ بْنُ أَبِي سَعِيدٍ وَاسْمُ أَبِي سَعِيدٍ
كَيْسَانُ
Shahih Bukhari 2269: dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Siapa yang pernah
berbuat aniaya (zhalim) terhadap kehormatan saudaranya atau sesuatu apapun
hendaklah dia meminta kehalalannya (maaf) pada hari ini (di dunia) sebelum
datang hari yang ketika itu tidak bermanfaat dinar dan dirham. Jika dia tidak
lakukan, maka (nanti pada hari qiyamat) bila dia memiliki amal shalih akan
diambil darinya sebanyak kezholimannya. Apabila dia tidak memiliki kebaikan
lagi maka keburukan saudaranya yang dizholiminya itu akan diambil lalu
ditimpakan kepadanya".
Sesungguhnya larangan Islam terhadap umatnya untuk berbuat
aniaya , oleh rasullullah shallallahu’alai wa sallam disinggung pula dalam
hadirs riwayat
Imam Bukhari
rahimahullah ta’ala :
صحيح البخاري ٦٠٠٣: حَدَّثَنَا
أَبُو نُعَيْمٍ حَدَّثَنَا زَكَرِيَّاءُ عَنْ عَامِرٍ قَالَ سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ
بْنَ عَمْرٍو يَقُولُ
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ
وَيَدِهِ وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ
Shahih Bukhari 6003: Telah menceritakan kepada kami Abu Nu'aim
telah menceritakan kepada kami Zakaria dari Amir mengatakan, aku mendengar
Abdullah bin Amru mengatakan; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Muslim yang sempurna adalah yang muslim lainnya selamat dari gangguan
lidah dan tangannya. Dan orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan
apa yang Allah larang."
Larangan Mengajak Sesama Muslim Untuk Mengerjakan Kemaksiatan/Kemunkaran
Islam
sebagai agama nasihat telah menggariskan kepada seluruh umatnya agar berupaya
untuk menggapai kebaikan dunia dan akhirat dengan melaksanakan segala apa yang
diperintahkan dan meninggalkan seluruh apa yang dilaran g. Mengingat islam
secara keseluruhan adalah berkaitan dengan segala bentuk kebaikan, maka kepada
setiap muslim berkewajiban untuk menyuruh berbuat baik dan melarang dari kemunkaran bagi sesama muslim.
Sehingga
karenanya Islam melarang keras terhadap
seseorang yang mengajak sesama
muslim lainnya untuk bersama-sama
melakukan perbuatan maksiat dan kemunkaran, baik yang berkaitan dengan
hak sesama muslim lainnya ataupun hakl terhadap
Allah subhanahu wa taa’ala.
Allah Ta'ala berfirman:
وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ
بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَأُوْلَـئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Dan hendaklah ada di
antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang
ma'ruf dan mencegah dari yang munkar [217]; merekalah orang-orang yang
beruntung.(Qs.Al Imran : 104 )
[217] "Ma'ruf": segala perbuatan yang mendekatkan kita
kepada Allah; sedangkan Munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari
pada-Nya.
Allah ta’ala juga berfirman :
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ
وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ
لَكَانَ خَيْرًا لَّهُم مِّنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ
Kamu adalah umat yang
terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan
mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab
beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang
beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.( QS.Ali Imran : 110 )
Allah
Ta'ala berfirman pula:
وَالْمُؤْمِنُونَ
وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاء بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ
عَنِ الْمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللّهَ
وَرَسُولَهُ أُوْلَـئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللّهُ إِنَّ اللّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian
mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh
(mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat,
menunaikan zakat dan mereka ta'at pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan
diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.(QS.At Taubah : 71 )
Berdasarkan
beberapa ayat al-Qur’an tersebut diatas, maka kaum muslimin sesungguhnya
diberikan kewajiban untuk mengajak kepada sesama muslim lainnya untuk berbuat
kebaikan dan menjauhkan diri dari kemaksiatan dan kemunkaran. Sehingga
berdasarkan firman Allah tersebut diatas, maka kaum muslimin sangatlah dilarang
untuk mengajak sesama muslim lainnya melakukan
kemaksiatan dan kemunkaran.
Rasullullah
shallallahu’alaihi wa sallam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh imam Muslim
rahimahullah ta’ala menyebukan :
صحيح
مسلم ١٦٩١: حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى الْعَنَزِيُّ أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ
بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ عَوْنِ بْنِ أَبِي جُحَيْفَةَ عَنْ الْمُنْذِرِ
بْنِ جَرِيرٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ
كُنَّا
عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي صَدْرِ النَّهَارِ قَالَ
فَجَاءَهُ قَوْمٌ حُفَاةٌ عُرَاةٌ مُجْتَابِي النِّمَارِ أَوْ الْعَبَاءِ مُتَقَلِّدِي
السُّيُوفِ عَامَّتُهُمْ مِنْ مُضَرَ بَلْ كُلُّهُمْ مِنْ مُضَرَ فَتَمَعَّرَ وَجْهُ
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِمَا رَأَى بِهِمْ مِنْ الْفَاقَةِ
فَدَخَلَ ثُمَّ خَرَجَ فَأَمَرَ بِلَالًا فَأَذَّنَ وَأَقَامَ فَصَلَّى ثُمَّ خَطَبَ
فَقَالَ
{ يَا
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ إِلَى
آخِرِ الْآيَةِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا }
وَالْآيَةَ
الَّتِي فِي الْحَشْرِ
{ اتَّقُوا
اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ }
تَصَدَّقَ
رَجُلٌ مِنْ دِينَارِهِ مِنْ دِرْهَمِهِ مِنْ ثَوْبِهِ مِنْ صَاعِ بُرِّهِ مِنْ صَاعِ
تَمْرِهِ حَتَّى قَالَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ قَالَ فَجَاءَ رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ
بِصُرَّةٍ كَادَتْ كَفُّهُ تَعْجِزُ عَنْهَا بَلْ قَدْ عَجَزَتْ قَالَ ثُمَّ تَتَابَعَ
النَّاسُ حَتَّى رَأَيْتُ كَوْمَيْنِ مِنْ طَعَامٍ وَثِيَابٍ حَتَّى رَأَيْتُ وَجْهَ
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَهَلَّلُ كَأَنَّهُ مُذْهَبَةٌ
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ
سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ مِنْ غَيْرِ
أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْءٌ وَمَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّئَةً
كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ
يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ
و حَدَّثَنَا
أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ ح و حَدَّثَنَا عُبَيْدُ
اللَّهِ بْنُ مُعَاذٍ الْعَنْبَرِيُّ حَدَّثَنَا أَبِي قَالَا جَمِيعًا حَدَّثَنَا
شُعْبَةُ حَدَّثَنِي عَوْنُ بْنُ أَبِي جُحَيْفَةَ قَالَ سَمِعْتُ الْمُنْذِرَ بْنَ
جَرِيرٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ كُنَّا عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ صَدْرَ النَّهَارِ بِمِثْلِ حَدِيثِ ابْنِ جَعْفَرٍ وَفِي حَدِيثِ ابْنِ
مُعَاذٍ مِنْ الزِّيَادَةِ قَالَ ثُمَّ صَلَّى الظُّهْرَ ثُمَّ خَطَبَ حَدَّثَنِي عُبَيْدُ
اللَّهِ بْنُ عُمَرَ الْقَوَارِيرِيُّ وَأَبُو كَامِلٍ وَمُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ
الْأُمَوِيُّ قَالُوا حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ عُمَيْرٍ
عَنْ الْمُنْذِرِ بْنِ جَرِيرٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ كُنْتُ جَالِسًا عِنْدَ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَتَاهُ قَوْمٌ مُجْتَابِي النِّمَارِ وَسَاقُوا
الْحَدِيثَ بِقِصَّتِهِ وَفِيهِ فَصَلَّى الظُّهْرَ ثُمَّ صَعِدَ مِنْبَرًا صَغِيرًا
فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ ثُمَّ قَالَ أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ اللَّهَ أَنْزَلَ
فِي كِتَابِهِ
{ يَا
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ }
الْآيَةَ
و حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ مُوسَى
بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ يَزِيدَ وَأَبِي الضُّحَى عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ هِلَالٍ
الْعَبْسِيِّ عَنْ جَرِيرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ جَاءَ نَاسٌ مِنْ الْأَعْرَابِ
إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْهِمْ الصُّوفُ فَرَأَى
سُوءَ حَالِهِمْ قَدْ أَصَابَتْهُمْ حَاجَةٌ فَذَكَرَ بِمَعْنَى حَدِيثِهِمْ
Shahih
Muslim 1691: dari Jarir ia berkata; Pada
suatu pagi, ketika kami berada dekat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam,
tiba-tiba datang segerombongan orang tanpa sepatu, dan berpaiakan selembar kain
yang diselimutkan ke badan mereka sambil menyandang pedang. Kebanyakan mereka,
mungkin seluruhnya berasal dari suku Mudlar. Ketika melihat mereka, wajah
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam terharu lantaran kemiskinan mereka.
Beliau masuk ke rumahnya dan keluar lagi. Maka disuruhnya Bilal adzan dan iqamah,
sesudah itu beliau shalat. Sesudah shalat, beliau berpidato. Beliau membacakan
firman Allah: "Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang
Telah menciptakan kamu dari seorang diri…, " hingga akhir ayat,
"Sesungguhnya Allah selalu mengawasi kalian." kemudian ayat yang
terdapat dalam surat Al Hasyr: "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah..., "
Mendengar khutbah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam itu, serta merta seorang
laki-laki menyedekahkan dinar dan dirhamnya, pakaiannya, satu sha' gandum, satu
sha' kurma sehingga Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Meskipun
hanya dengan setengah biji kurma." Maka datang pula seorang laki-laki
Anshar membawa sekantong yang hampir tak tergenggam oleh tangannya, bahkan
tidak terangkat. Demikianlah, akhirnya orang-orang lain pun mengikuti pula
memberikan sedekah mereka, sehingga kelihatan olehku sudah terkumpul dua tumpuk
makanan dan pakaian, sehingga kelihatan olehku wajah Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam berubah menjadi bersinar bagaikan emas. Maka Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam pun bersabda: "Barangsiapa yang memulai mengerjakan perbuatan baik
dalam Islam, maka dia akan memperoleh pahalanya dan pahala orang yang mencontoh
perbuatan itu, tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa yang
memulai kebiasaan buruk, maka dia akan mendapatkan dosanya, dan dosa orang yang
mengikutinya dengan tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun."
Dari
hadits tersebut diatas dapat dipahami bahwa seseorang muslim yang memberikan
contoh atau mengajak kepada kebiasaan buruk kepada orang lain, maka dia akan
mendapatkan dosanya dan ditambah pula dengan dosa-dosa orang yang mengikutinya
tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun. Sehingga dengan demikian maka tidaklah
pada tempatnya seorang muslim untuk mengajak sesamamuslim lainnya secara
bersama-sama melakukan keperbuatan maksiat dan kemunkaran, seperti misalnya mencuri,
minum-minum khamer, berjudi, berzinah dan lain sebagainya.
Rasullullah
shallallahu’alaihi wa sallam memerintahkan kepada umatnya apabila melihat
sesuatu kemunkaran agar merubahnya, hal ini ditegaskan beliau dalam hadits yang
diriwayatkan oleh imam Muslim rahimahullah ta’ala dari Abu Said al-Khudri
radhyallahu’ahnu:
"Barangsiapa di antara engkau semua melihat sesuatu
kemungkaran, maka hendaklah mengubahnya itu dengan tangannya, jikalau tidak
dapat -( dengan atau kekuasaannya), maka dengan lisannya -(dengan jalan
menasihati orang yang melakukan kemungkaran tadi )-dan jikalau tidak dapat juga
- (dengan lisannya), maka dengan hatinya - (maksudnya hatinya mengingkari serta
tidak menyetujui perbuatan itu). Yang sedemikian itu - (yakni dengan hati saja)
- adalah selemah-lemahnya keimanan."
(Riwayat Muslim)
Keterangan ( Imaman- Nawawi dalam
Riyadhyus Shalihin )
Kemungkaran
itu jangan didiamkan saja merajalela. Bila kuasa harus diperingatkan dengan
perbuatan agar terhenti kemungkaran tadi seketika itu juga. Bila tidak sanggup,
maka dengan Iisan (dengan nasihat peringatan atau perkataan yang
sopan-santun),sekalipun ini agak lambat berubahnya. Tetapi kalau masih juga
tidak sanggup, maka cukuplah bahwa hati kita tidak ikut-ikut menyetujui adanya
kemungkaran itu. Hanya saja yang terakhir ini adalah suatu tanda bahawa iman
kita sangat lemah sekali. Karena dengan hati itu hanya bermanfaat untuk diri
kita sendiri, sedang dengan perbuatan atau nasihat itu dapat bermanfaat untuk
kita dan masyarakat umum, hingga kemungkaran itu tidak terus menjadi-jadi.
Apa
yang dikemukakan diatas merupakan landas an
seseorang muslim untuk memerangi kemaksiatan dan kemunkaran, sehingga sangatlah
keliru dan kesalahan yang sangat besar
apabila seorang muslim melakukan hal yang sebaliknya yaitu mengajak dan
menjadi contoh untuk mengerjakan kemaksiatan/kemunkaran.
(Wallahu ta’ala ‘alam
)
Insya Allah dilanjutkan pada bagian keenam
S u m b e r :
1.Al-Qur’an dan Terjemahan, www.salafi-db.com
2.Ensiklopedi Hadits Kitab 9 imam, www.lidwapusaka.com
3.Riyadhus Shalihin Imam an-Nawawi
( Terjemahan )
Samarinda, waktu dhuha , 16 Sya’ban 1434 H / 25 Juni 2013 M
( Musni Japrie )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar