Banyaknya
kebohongan/kedustaan
Tidak dapat dipungkiri bahwa di dalam berselancar di
dunia maya dengan internet banyak sekali informasi yang dimuat hanyalah
kebohongan-kebohongan atau dusta semata. Kemudian kebohongan atau
kedustaan yang sepertinya sangat
menarik itu dibagikan atau disebarkan luaskan lagi kepada yang lainnya sehingga
merebak kemana-mana dan bahkan banyak yang mempercayai bahwa informasi
atau berita atau kisah dan berbagai
ragam penampilan-2 itu benar adanya .
Padahal itu hanyalah rekasaya semata. Ujung-ujungnya kebohongan/kedustaan
dianggap menjadi sebuah kebenaran.
Yang dimaksud dengan dusta adalah menyampaikan
berita yang tidak sesuai dengan kenyataan secara sengaja.
Berdasarkan definisi tersebut maka fiksi bukanlah
dusta karena syarat supaya disebut dusta adanya kenyataan yang diselisihi.
Sedangkan dalam fiksi tidak terdapat kenyataan yang diselisihi. Hal ini tentu
berlaku selama fiksi tersebut tidak dikesankan sebagai sebuah kenyataan yang
benar-benar terjadi.
Demikian pula berita yang keliru tanpa sengaja
bukanlah termasuk dusta karena dusta adalah dusta jika dilakukan dengan
sengaja.
Berbagai dalil dari al Qur’an dan sunnah secara umum
menunjukkan bahwa berdusta itu hukumnya haram. Dusta adalah dosa dan 'aib yang
amat buruk. Di samping berbagai dalil dari Al Qur’an dan As Sunnah umat Islam
bersepakat bahwa berdusta itu haram.
Berkaitan dengan kebohongan atau kedustaan itu dipandang sebagai perbuatan yang
diharamkan dalam islam. Ditegaskan dalam al-Qur’an Al Hajj (22) ayat 30
ذَلِكَ وَمَن يُعَظِّمْ حُرُمَاتِ اللَّهِ فَهُوَ خَيْرٌ
لَّهُ عِندَ رَبِّهِ وَأُحِلَّتْ لَكُمُ الْأَنْعَامُ إِلَّا مَا يُتْلَى عَلَيْكُمْ
فَاجْتَنِبُوا الرِّجْسَ مِنَ الْأَوْثَانِ وَاجْتَنِبُوا قَوْلَ الزُّورِ
Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa
mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah [990] maka itu adalah lebih
baik baginya di sisi Tuhannya. Dan telah dihalalkan bagi kamu semua binatang
ternak, terkecuali yang diterangkan kepadamu keharamannya, maka jauhilah olehmu
berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah
perkataan-perkataan dusta
Begitu pula dalam surah Al Jaatsiyah (45) ayat 7 disebutkan
-
وَيْلٌ لِّكُلِّ أَفَّاكٍ أَثِيمٍ
Kecelakaan besarlah bagi tiap-tiap orang yang banyak
berdusta lagi banyak berdosa,
Sedangkan dalam al-Qur’an surah Adz-Dzaariya
(51) ayat 10 disebutkan
قُتِلَ الْخَرَّاصُونَ
Terkutuklah orang-orang yang banyak
berdusta,
Larangan berdusta menurut islam
tidak hanya disebutkan dalam firman Allah ta’ala sebagaimana yang tercantum di
berbagai ayat dalam al-Qur’an tetapi
tidak pula kurang disinggung dalam beberapa hadits Rasullullah shallalahu wa
sallam antara lain dalam sunan Abu Daud
sebagai berikut :
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ
لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ أَنْ يَدَعَ
طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
و قَالَ أَحْمَدُ فَهِمْتُ إِسْنَادَهُ مِنْ ابْنِ أَبِي ذِئْبٍ
وَأَفْهَمَنِي الْحَدِيثَ رَجُلٌ إِلَى جَنْبِهِ أُرَاهُ ابْنَ أَخِيهِ
Sunan Abu Daud 2015: Telah menceritakan kepada kami
Ahmad bin Yunus, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Dzi`bin, dari Al
Maqburi, dari ayahnya dari Abu Hurairah, ia berkata; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan
palsu dan pengamalannya, maka Allah tidak butuh ia meninggalkan makan dan
minumnya." Ahmad berkata; aku memahami sanadnya dari Ibnu Abu Dzi`bin, dan
seseorang yang ada di sampingku yang aku kira adalah anak saudaranya telah
memahamkan hadits tersebut kepadaku.
Hadits lain sebagaimana yang
diriwayatkan oleh Abu Daud
سنن أبي داوود ٤٣٣٨: حَدَّثَنَا مُسَدَّدُ بْنُ مُسَرْهَدٍ حَدَّثَنَا
يَحْيَى عَنْ بَهْزِ بْنِ حَكِيمٍ قَالَ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ أَبِيهِ قَالَ
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ وَيْلٌ لِلَّذِي يُحَدِّثُ فَيَكْذِبُ لِيُضْحِكَ بِهِ الْقَوْمَ وَيْلٌ لَهُ
وَيْلٌ لَهُ
Sunan Abu Daud 4338: Telah menceritakan kepada kami Musaddad
bin Musarhad berkata, telah menceritakan kepada kami Yahya dari Bahz bin Hakim
ia berkata; telah menceritakan kepadaku Bapakku dari Bapaknya ia berkata,
"Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Celakalah bagi orang yang berbicara lalu berdusta untuk membuat orang
lain tertawa. Celakalah ia, celakalah ia."
Kemudian imam
At Tirmidzi dalam sunannya ada pula meriwayatkan hadits tentang larangan
berbohong atau berdusta :
سنن الترمذي ١٨٩٤: حَدَّثَنَا هَنَّادٌ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ
عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ شَقِيقِ بْنِ سَلَمَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْكُمْ
بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى
الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ
عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى
الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الْعَبْدُ يَكْذِبُ
وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا
وَفِي الْبَاب عَنْ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ وَعُمَرَ وَعَبْدِ
اللَّهِ بْنِ الشِّخِّيرِ وَابْنِ عُمَرَ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ
صَحِيحٌ
Sunan Tirmidzi 1894: Telah menceritakan kepada kami
Hannad, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah dari A'masy dari Syaqiq
bin Salamah dari Abdullah bin Mas'ud ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Hendaklah kalian bersikap jujur, karena kejujuran itu
akan membawa pada kebaikan, sedangkan kebaikan akan membawa kepada surga.
Tidaklah seorang bersikap jujur dan selalu berbuat jujur hingga ia ditulis di
sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan hendaklah kalian menjauhi sikap dusta,
karena kedustaan itu akan membawa pada kekejian, sedangkan kekejian akan
membawa kepada neraka. Dan tidaklah seorang berbuat dusta dan selalu berdusta
hingga ia ditulis di sisi Allah sebagai seorang pendusta." Hadits semakna
juga diriwayatkan dari Abu Bakar Ash Shiddiq, Umar, Abdullah bin Asy Syikhkhir
dan Ibnu Umar. Abu Isa berkata; Ini adalah hadits Hasan Shahih.
Di antara dalil tegas yang
menunjukkan haramnya dusta adalah hadits berikut ini.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ إِذَا حَدَّثَ
كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا ائْتُمِنَ خَانَ ».
Dari Abu Hurairah, Rasulullah
-shallallahu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Tanda orang munafik itu ada tiga,
dusta dalam perkataan, menyelisihi janji jika membuat janji dan khinat terhadap
amanah” (HR Bukhari no 2682 dan Muslim no 220
Berikutnya ada pula sebuah hadits yang diriwayatkan
oleh imam at-Tirmidzi sebagai berikut
سنن الترمذي ٦٤١: حَدَّثَنَا أَبُو مُوسَى مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى
حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ عُمَرَ قَالَ وَأَخْبَرَنَا ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ عَنْ الْمَقْبُرِيِّ
عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ
لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ بِأَنْ يَدَعَ
طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
قَالَ وَفِي الْبَاب عَنْ أَنَسٍ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ
حَسَنٌ صَحِيحٌ
Sunan Tirmidzi 641: Telah menceritakan kepada kami
Abu Musa Muhammad bin Mutsanna telah meceritakan kepada kami 'Utsman bin Umar
dia berkata, dan telah mengabarkan kepada kami Ibnu Abu Dzi'b dari Al Maqburi
dari ayahnya dari Abu Hurairah bahwasanya Nabi Shallallaahu 'alaihi wasallam
bersabda: " Barang siapa yang tidak bisa meninggalkan perkataan Zur
(dusta) dan perbuatan Zur (maksiat) maka Allah tidak membutuhkannya walaupun
telah meninggalkan makan dan minumnya (tidak akan menerima puasanya-pent)
". (perawi) berkata, dalam bab ini (ada juga riwayat -pent) dari Anas. Abu
'Isa berkata, ini adalah hadits hasan shahih.
Dari penuturan yang dimaksudkan diatas maka
seyogyanya kita semua yang terbiasa
menyusun atau membuat sesuatu yang bersifat informasi untuk disampaikan kepada halayak ramai bukan
hal-hal yang bersifat dusta/bohong
( Bersambung
kebagian keenam )
Samarinda, minggu terakhir Ramadhan 1437 Hijriah
O l e h : Musni Japrie
Bahan bacaan :
1.Al-Qur’an dan Terjemahan software Salafy DB 4.0 (
Arabic dictionary )
2.Ensiklopedi Kita Hadits 9 Iman, software Lidwa
Pusaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar