M U K A D D I M A H

M U K A D D I M A H : Sesungguhnya, segala puji hanya bagi Allah, kita memuji-Nya, dan meminta perlindungan kepada-Nya dari kejahatan diri kami serta keburukan amal perbuatan kami. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tak ada yang dapat menyesatkannya. Dan Barang siapa yang Dia sesatkan , maka tak seorangpun yang mampu memberinya petunjuk.Aku bersaksi bahwa tidak ada Rabb yang berhak diibadahi melainkan Allah semata, yang tidak ada sekutu baginya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad shalallahu’alaihi wa sallam adalah hamba dan utusannya.

Selasa, 07 Agustus 2012

LAILATUL QADAR LIMPAHAN BONUS KEBERKAHAN, KEBAIKAN, RAHMAT DAN GANJARAN PAHALA BERLIPAT GANDA

( Disusun oleh : Musni Japrie ) Sebagaimana yang dimaklumi oleh seluruh kaum muslimin bahwa bulan ramadhan yang disebut-sebut sebagai bulan sucinya umat islam merupakan satu-satunya bulan yang mempunyai keistimewaan diantara 12 bulan bulan lainnya, karena didalam bulan ramadhan ini banyak sekali berbagai hal keutamaan yang dikandungnya seperti ibadah puasa sebulan penuh. Selain itu bulan ramadhan dikatakan mempunyai keutamaan karena dalam bulan ini juga diturunnya al-Qur’an sebagai petunjuk bagi umat manusia. Hal ini ditegaskan dalam furman Allah Subhanahu wata’ala adalam al-Qur’an surah al-Baqarah ayat 185 : مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلاَ يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُواْ الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُواْ اللّهَ عَلَى مَ هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيَ أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَن كَانَ (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. “ Selain mempunyai keutamaan berupa diturunkannya al-Qur’an dibulan ramadhan ini, maka keutamaan lain yang tidak kalah pentingnya adalah terdapatnya suatu malam yang di dalamnya mengandung nilai keberkahan karena adanya Lailatul Qadar. Kepastian adanya Lailatul Qadar itu didalam bulan ramadhan ini adalah sebagaimana yang tertuang dalam firman Allah di dalam al-Qur’an surah al-Qadr ayat 1 : إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan Malam kemuliaan" dikenal dalam bahasa Indonesia dengan malam "Lailatul Qadr" yaitu suatu malam yang penuh kemuliaan, kebesaran, karena pada malam itu permulaan turunnya Al Qur'an. Di surah lain yaitu dalam ad-Dukhaan ayat 3 Allah Subhanahu Ta’ala juga menyebutkan bahwa al-Qur’an diturunkan di dalam bulan kemuliaan : إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُّبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنذِرِينَ “ sesungguhnya Kami menurunkannya (al-Qur’an) pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.” Malam yang diberkahi ialah malam Al Qur'an pertama kali diturunkan. Di Indonesia umumnya dianggap jatuh pada tanggal 17 Ramadhan. Berdasarkan dua ayat tersebut diatas oleh para ulama secara tegas memastikan bahwa bulan ramadhan adalah sebagai bulan keberkahan yang didalamnya diturunkan al-Qur’an sesuai dengan ayat 185 surah al-Baqarah , sedangkan di surah al-Qadr ayat 1 dan ad-Dukhaan ayat : 3. Kalangan masyarakat islam meyakini sepenuhnya bahwa pada salah satu malam diantara sepuluh hari terakhir bulan ramadhan terdapat satu malam yang mengandung kemulian dan keberkahan, karena pada malam tersebut berlangsungnya Lailatul Qadar yang oleh al-Qur’an dinyatakan sebagai malam kemuliaan yang ibadah pada malam tersebut lebih baik dari seribu bulan, sesuai dengan Firman Allah di surah al-Qadr ayat 3: لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Abdurrahman as-Sa’di sebagaimana yang dikutip oleh ustadz Abu Musa al-Atsari dalam tulisannua di Majalah Adz-Dzakhiirah, bahwa maksudnya, keutamaanya sebandung dengan seribu bulan, amalan yang dikerjakan pada malam itu lebih baik daripada amalan pada seribu bulan yang tidak ada padanya Lailatul Qadr. Ustadz Abu Musa Al-Atsari juga menyebutkan, Mujahid, Qatadah, dan Imam Syafi’I rahimahullaah berkata : Lailatul Qadar lebih baik dari seribu bulan yang padanya tidak adanya lailatul qadar. Disebutkan juga Sufyan ats-Tsauri rahimahullaah berkata : Telah sampai kepadaku, bahwa Mujahid rahimahullaah berkata (perihal ayat diatas) : amalan,puasa, dan qiyamul (shalat malam) pada malam lailatul qadar lebih baik dari seribu bulan. Ditambahkan pula bahwa pada malam Lailatul Qadr Malaikat turun, sebagaimana firman Allah dalam al-Qur’an surah al-Qadr ayat 4: تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ “Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.” Ibnu Katsir rahimahullah seperti dikutip UstadzAbu Musa al-Atsari berkata : Begitu banyak malaikat yang turun pada malam ini karena melimpahnya berkah, malaikat turun bersama dengan turunnya berkah dan rahmat, sebagaimana mereka turun ketika al-Qur’an dibaca, mereka meliputi majelis-majelis ilmu, dan dengan tulus mereka meletakkan sayap-sayapnua untuk penuntut ilmu, sebagai penghargaan teruntuk mereka. Ustadz Abu Musa al-Atsari juga lebih jauh mengemukakan bahwa pada malam itu keamanan dan kesejahteraan meliputi orang-orang beriman, malaikat senatiasa mendoakan keselamatan bagi mereka . Sesuai dengan firman Allah dalam surah al-Qadr ayat : 5: سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. Coba kita bayangkan sendiri bagaimana keistimewaan malam lailatul qadar yang pada malam itu Allah Subhanahu Wata’ala melimpahkan ganjaran yang tak terhitung banyaknya atas ibadah yang dilakukan serta memberikan ampunan kepada hamba-Nya yang nilainya sama dengan apabila ibadah dilakukan melebihi 1000 bulan atau selama kurang lebih 83 tahun secara terus menerus. Yang kalau dihitung dengan umur manusia yang relatif rata-rata jarang dapat mencapai 83 tahun. Dan inilah bonus yang Allah limpahkan kepada hamba-Nya. Dan coba dibayangkan dan direnungkan secara lebih mendalam bahwa lailalatul qadar tersebut sebenarnya berlangsung dalam satu malam pada setiap tahun dibulan ramadhan, selama umur dunia sampai dihari kiamat. Dengan demikian masih adakah dikalangan umat islam yang kurang meyakini dan meragukan betapa maha pemurahnya Allah Subhanahu Wata’ala kepada setiap hamba-Nya . Lailatul Qadar Untuk Semua Kaum Mukmin Dari ulasan yang dikemukan diatas maka Allah Subhanahu Wata’ala telah melimpahkan malam lailatul qadar kepada seluruh hambanya yang beriman, sehingga siapapun mereka tidak akan terlepas dari keutamaan malam tersebut, dan mereka akan memperoleh keutamaan yang nilainya lebih besar dari seribu bulan dibanding dengan bulan-bulan lainya, apabila melakukan amalan dan ibadah-ibadah sesuai dengan syari’at. Dan tentunya apabila diantara kaum muslimin ada yang tidak melakukan amalan-amalan keibaikan dan ibadah sudah barang tentu tidak akan memperoleh keberkahan dan nilai kebaikan dimaksud. Karena malam lailatul qadar dengan keutamaanya tersebut dikhususkan bagi mereka-mereka yang dimalam tersebut beribadah sampai terbitnya fajar. Ustadz Abu Musa al Atsari dalam tulisan beliau mengenai Lailatul Qadar Malam Kemuliaan, mengemukakan ucapan Syaikh Utsaimin rahimahullaah yang membawa angin segar bagi kita, beliau berkata “ Dan ketahuilah juga,siapa saja yang mengerjakan qiyamullail dengan penuh iman dan mengharap pahala pasti akan mendapatkan ganjarannya, baik ia mengetahui malam itu Lailaltul Qadar atai tidak .Meskipun seandainya orang itu tidak mengetahui tanda-tandanya, atau tidak waspada dengannya dikarenakan tertidur atau sebab lain, akan tetapi ia telah mengerjakan qiyamullail dengan penuh iman dan mengharap pahala. Maka Allah Ta’ala pasti akan mem berikan pahalanya, yaitu bahwasanya Dia akan mengampuni dosanya yang telah lalu. Syaikh Utsaimin rahimahullaah juga berkata : Ketetapan ganjaran lailatul qadar dapat diraih oleh orang yang mengerjakan qiyamullail dengan penuh iman dan mengharap pahala, baik mengetahuinya ataupun tidak. Karena Nabi Shalalahu ‘alaihi wasallam telah bersabda dalam sebuah hadits riwayat Imam Bukhari : حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ قَالَ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ يَقُمْ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ Telah menceritakan kepada kami Abu Al Yaman berkata, telah mengabarkan kepada kami Syu'aib berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Al Zanad dari Al A'raj dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa menegakkan lailatul qodar karena iman dan mengharap pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu". Dan beliau Nabi Shallalahu ‘alaihi wasallam tidak menyebutkan apabila ia mengetahui maka ia mendapatkannya. Maka tidak disyaratkan untuk mendapatkan pahala lailatur qadar , seseorang itu harus mengetahui dengan pasti malam itu. Akan tetapi kita katakan, barang siapa yang mengerjakan qiyamullail pada sepuluh hari terakhir bulan ramadhan seluruhnya, maka kami tegaskan bahwa ia pasti mendapatkan malam lailatul qadar, baik dipermulaan sepuluh hari terakhir, pertengahan, atau diakhirnya. Dan hanya Allah-lah Maha Pemberi taufik. Dari penjelasan syaikh Utsaimin yang ditampilkan diatas, maka sangatlah nyata bahwa siapa saja dari kaum muslimin yang ada dimuka bumi ini baik ia melakukan ‘itiqaf dimasjid ataupun yang b erada dirumah pasti akan menemukan malam penuh keberkahan dan kemuliaan serta akan mendapatkan ganjaran yang lebih b aik dari seribu bulan dibanding dengan beribadah didalam-dalam bulan-bulan lain, dengan catatan apabila yang bersangkutan melakukan qiyamullail.Karena ganjaran yang lebih b aik dari seribu bulan itu hanya diberikan kepada mereka-mereka yang memenuhi persyaratan yang digariskan yaitu. Tanpa melakukan qiyamullail janganlah berharap mendapatkannya. Dikemukakan pula bahwa barang siapa yang terhalang dari beribadah pada malam lailatul qadar, sungguh ia telah terhalang dari kebaikan seluruhnya dan tidaklah terhalang dari kebaikan malam itu kecuali orang-orang yang mahruum ( terhalang dari kebaikan). Oleh karenanya, setiap muslim sangat dianjurkan utnuk menghidupkan lailatul qadar dengan penuh iman danmenghaqrap pahala yang dijanjikan. Sehingga apabila ia ikhlas melaksanakannya, dosa-dosa dan kesahalan yang pernah ia goreskan dimasa lalu dapat diampuni. Kemudian berdasarkan ayat-ayat yang tertera dalam al-qur’an surah al-Qadr, disebutkan bahwa adanya kemuliaan itu berupa lailatul qadar berlangsung pada malam hari . Sesuai dengan pengertian malam menurut bahasa yaitu sejak tenggelamnya matahari. Maka malam lailatur qadar tersebut tentunya dimulai sejak magrib dan berakhir sampai terbitnya fajar ( lihat surah al-Qadr ayat 4 ). Dari pengertian tersebut, maka siapapun saja yang melakukan ibadah sejak magrib sampai terbitnya fajar baik berupa ibadah fardu seperti shalat magrib dan isya, maupun shalat rawatib yang mengikutinya, qiyamullail (termasuk didalamnya qiyamullramadhan) serta ibadah-ibadah sunah lainya berupa membaca al-Qur’an, mereka akan memperoleh apa yang dinamakan dengan lailatul qadar secara penuh. Namun apabila ada diantaranya ibadah yang tertinggal maka tentunya apabila dihitung secara matematis kebaikan dan keberkahan malam lailalatur qadar tersebut disesuaikan dengan aktifitas dan kuantitas ibadahnya. Janganlah seseorang sudah merasa tercukupi dengan ibadah fardunya saja, sedangkan ibadah sunahnya diabaikan, sehingga bagaimana mungkin memperoleh ganjaran yang besar. Anggapan Yang Keliru Tentang Malam Lailatul Qadar. Sejak lama hingga sekarang ini berkembang anggapan di tengah-tengah kalangan kaum muslimin terutama mereka yang masih jahil terhadap agama dan syari’atnya, mengenai anggapan dan gambaran mereka yang keliru dan melampaui batas dengan kisah-kisah khurafat dan keyakinan bathil. Bahwa pada saat turunnya lailatul qadar ditandai dengan berbagai ragam yang bersifat aneh dan diluar jangkauan nalar manusia, seperti adanya cahaya yang terang benderang ditengah kegelapan malam, pohon-pohon pada su jud, air menjadi beku. Dan pada saat tersebut seluruh doa yang dipanjatkan oleh mereka yang menemuinya, akan segera terkabulkan,misalnya ada yang berdoa minta kaya, maka saat itu secara otomatis apa yang dipegangnya menjadi emas, seperti membawa air dalam ember berubah menjadi emas. Kadang-kadang orang yang menemui lailatur qadar mendengar adanya ucapan salam dari malaikat . Serta banyak kisah-kisah lain lagi seperti seseorang yang mampu menyembuhkan seluruh penyakit setelah yang bersangkutan mendapatkan lailatur qadar berupa seberkas cahaya yang masuk kedalam tubuhnya. Kisah-kisah seperti tersebut dikatakan khurafat dan bathil karena tidak ada satupun riwayat dari Rasullulah shallalahu ‘alaihi wasallam maupun dari para sahabat dan para tabi’in serta tabi’ut tabi’in mengenai pernah adanya kejadian seperti tersebut. Berkembangnya kisah-kisah khurafat dan bathil mengenai malam lailatul qadar tersebut diatas adalah hanyalah ulah dari para pembuat bid’ah yang menyesatkan, tetapi sayangnya kisah-kisah khurafat tersebut oleh kebanyakan para ustadz dan kiai didiamkan saja. Perlu diketahui bahwa sesuai dengan keterangan yang tertuang dalam al-Qur’an dan as-sunnah semua ganjaran pahala yang diberikan oleh Allah Subhanahu Wata’ala kepada hambanya yang berbuat kebajikan dan amal shalih akan diperoleh kelak dikemudian hari diakhirat, ataupun mungkin diberikan juga balasan didunia oleh Allah Subhanahu Wata’ala kepada seseorang berupa ganjaran semakin meningkatnya amal kebajikan dan keshalihannya. Demikian pula tentunya dengan kebaikan dan keberkahan yang ada dimalam lailatur qadar yang nilainya melebihi seribu bulan yang diberikan kepada mereka-mereka yang melakukan amal ibadah dibandingkan dengan ibadah yang dilakukan dimalam-malam lainnya yang tidak ada lailatul qadarnya. Ganjaran yang diperoleh tersebut bukanlah dalam bentuk yang nyata dan berbentuk materi, tetapi dalam bentuk nilai-nilai pahala. Untuk Mememperoleh Lailatul Qadar Tidaklah Harus Beribadah Semalam Suntuk. Ada satu kesalahan yang ditengarai sering dilakukan oleh mereka yang menginginkan memperoleh malam lailatul qadar, yaitu dengan melakukan ibadah dan qiyamullail semalam suntuk hingga pagi tanpa beristirahat, karena mereka berpegang kepada haditsnya Aisyah radhyallaahu anhuma yang diriwayatkan oleh Muslim yang salah dimengertikan oleh mereka : حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ وَأَبُو كَامِلٍ الْجَحْدَرِيُّ كِلَاهُمَا عَنْ عَبْدِ الْوَاحِدِ بْنِ زِيَادٍ قَالَ قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَاحِدِ عَنْ الْحَسَنِ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ قَالَ سَمِعْتُ إِبْرَاهِيمَ يَقُولُ سَمِعْتُ الْأَسْوَدَ بْنَ يَزِيدَ يَقُولُ قَالَتْ عَائِشَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْتَهِدُ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مَا لَا يَجْتَهِدُ فِي غَيْرِهِ Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id dan Abu Kamil Al Jahdari keduanya dari Abdul Wahid bin Ziyad - Qutaibah berkata- Telah menceritakan kepada kami Abdul Wahid dari Al Hasan bin Ubaidullah ia berkata, saya mendengar Ibrahim berkata; saya mendengar Al Aswad bin Yazid berkata, Aisyah berkata; "Pada sepuluh terakhir bulan Ramadlan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lebih giat beribadah melebihi hari-hari selainnya." Padahal Muslim meriwayatkan dari Aisyah radhyallaahu anhuma sebuah hadits : و حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ خَشْرَمٍ أَخْبَرَنَا عِيسَى وَهُوَ ابْنُ يُونُسَ عَنْ شُعْبَةَ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ زُرَارَةَ عَنْ سَعْدِ بْنِ هِشَامٍ الْأَنْصَارِيِّ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا عَمِلَ عَمَلًا أَثْبَتَهُ وَكَانَ إِذَا نَامَ مِنْ اللَّيْلِ أَوْ مَرِضَ صَلَّى مِنْ النَّهَارِ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً قَالَتْ وَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَامَ لَيْلَةً حَتَّى الصَّبَاحِ وَمَا صَامَ شَهْرًا مُتَتَابِعًا إِلَّا رَمَضَانَ “Dan telah menceritakan kepada kami Ali bin Khasyram telah mengabarkan kepada kami Isa yaitu Ibnu Yunus, dari Syu'bah dari Qatadah dari Zurarah dari Sa'd bin Hisyam Al Anshari dari 'Aisyah katanya; "Jika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melakukan suatu aktivitas, maka beliau berusaha melanggengkannya (menjadikan abadi, rutin), jika beliau ketiduran malam hari atau sakit, maka beliau melaksanakan shalat dua belas raka'at di siang harinya." 'Aisyah melanjutkan; "Aku tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam shalat malam hingga pagi hari, dan beliau juga tidak pernah berpuasa sebulan penuh secara turut berturut selain bulan Ramadhan." Syaikh Ali Hasan sebagaimana yang dikutip oleh Ustadz Abu Musa al-Atsari, berkata seraya mengomentari hadits diatas, dari hadits ini kita mengetahui kesalahan orang orang mengerjakan qiyamullail (begitu juga ibadah yang lain) hingga pagi. Sebab, yang sedemikian berpotensi melelahkan dan melemahkan badan. Dan juga menyelisihi pentunjukNabi shallahu ‘alaihi wasallam. Akhirnya marilah kita isi beberapa hari tersisa dari bulan ramadhan ini, yang mungkin saja dimalam yang tersisa tersebutlah berlangsungnya malam lailatur qadar, karena tidak ada seorangpun yang mengetahui rahasia tentang kapan waktunya lailatul qadar tersebut berlangsung. Bahkan seandainya ternyata malam lailatul qadar tersebut telah berlangsung dimalam-malam yang telah berlalu, yakinlah ibadah yang akan kita lakukan dimalam-malam yang tersisa dibulan ramadhan ini tetap mendapatkan ganjaran pahala yang berlipat ganda dibandingkan dengan ganjar pahala dari ibadah yang dilakukan pada malam-malam diluar ramadhan. Wallaahu ta’ala ‘alam. Sumber bacaan: 1. Al-Qur’an ( program software Salafi D.B) 2. Ensiklopedi Hadits Kitab 9 Imam (CDHK 91)/program software Lidwa Pusaka. 3. Lailatur Qadar Malam Kemulian Ustadz Abu Musa al-Atsari, majalah Adz-Dzakhiirah, vol.8 No.1/Edisi 43/1429 H Ba’da shubuh, Ahad- 25 Ramadhan -1431 H/5 September 2010.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar