M U K A D D I M A H

M U K A D D I M A H : Sesungguhnya, segala puji hanya bagi Allah, kita memuji-Nya, dan meminta perlindungan kepada-Nya dari kejahatan diri kami serta keburukan amal perbuatan kami. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tak ada yang dapat menyesatkannya. Dan Barang siapa yang Dia sesatkan , maka tak seorangpun yang mampu memberinya petunjuk.Aku bersaksi bahwa tidak ada Rabb yang berhak diibadahi melainkan Allah semata, yang tidak ada sekutu baginya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad shalallahu’alaihi wa sallam adalah hamba dan utusannya.

Sabtu, 26 Juni 2010

DI AJAK TEMAN KEPENGAJIAN TASHAWUF

Subtansi dari kisah yang disajikan ini benar-benar terjadi dan ditulis secara bersambung dengan judul yang berbeda sesuai thema cerita yang diungkapkan ,namun satu sama lain ada saling keterkaitan dalam satu thema besar yaitu tentang bertaubat dari syrik dan bid'ah.

Kami yang terdiri dari beberapa orang telah menjadi sahabat lama karena aktifitas yang sama selaku anggota jama'ah tetap sholat berjama'ah di Masjid Jami dikompelks perumahan .Hampir 7 hari dalam seminggunya dan 5 kali dalam setiap harinya kalau tidak ada uzur yang serius kami selalu bertemu dan kebiasaan yang tidak pernah kami tinggalkan ba'da sholat kami berbincang-bincang sejenak tentang segala hal terutama berkaitan dengan isu yang hangat dibicarakan di berbagai media. Dan tentunya tidak ketinggalan sekali-kali berdiskusi masalah agama.

Saya diantara beberapa teman tsb dipanggil dengan julukan ustadz sekalipun sebenarnya profesi saya bukan ustadz tetapi hanya pensiuan PNS sebuah Instasi dilingkungan pertanian , dijulukinya saya sebagai ustadz kemungkinan karena penampilan saya yang berjenggot putih, celana diatas mata kaki , berkopiah putih dan sering menggunakan gamis Saudi Arabia atau gamis Pakistan.

Karena saya dipanggil dengan julukan, maka salah seorang diantara teman kami tsb diatas saya panggil dengan julukan busu tashawuf . Julukan tsb saya berikan karena ybs paling getol menyampaikan kepada kami hal-hal yang bertalian dengan ilmu tashawuf, karena ybs sedang aktif-aktifnya dan getol menghadiri pengajian tashawuf dengan seorang guru terkenal di Kecamatan kami. Busu tashawuf juga seorang pensiunan PNS dan merupakan seorang mantan pejabat eselon II, suatu kedudukan yang cukup tinggi dan terpandang di jajaran tk. Propinsi maupun Kabupaten.

Busu tashawuf berulang kali mengajak kami para sahabatnya untuk mengikuti pengajian tashawuf yang diikutinya dan kami ditawari untuk pergi b ersama-sama dengan mobil pribadinya dan akan dijemput dirumah asalkan bersedia mengikutinya. Karena ajakan yang nampak seolah-olah memaksa dan mempromosikan tentang keutamaan mengikuti tashawuf kami dengan beberapa sahabat menyanggupi untuk mengikuti ajakan Busu Tashawuf. Namun ajakan tsb ada syaratnya yaitu Busu Tashawuf juga sekali-kali juga mau diajak kepengajian yang diselenggarakan kelompok pengajian tentang Tauhid dan Fiqih yang bermanhaj salaf. Syarat tsb disanggupi oleh Busu Tashawuf.

Pada hari yang telah disepakati , yaitu hari Jum'at ba'da sholat Jum'at Busu Tashawuf datang menjemput kerumah dengan menggunakan mobil yang dikemudikannya sendiri dan kami meluncur menuju tempat pengajian tashawuf tempatnya Busu Tashawuf menuntut ilmu f. Tempat yang dituju dari kompleks perumahan kami membutuhkan waktu kurang lebih 30 menit dengan kendaraan roda 4 dan terletak agak sedikit terpencil yang tidak begitu ramai. Di perjalanan beriringan dengan mobil yang kami tumpangi nampak banyak juga mobil-mobil lain dan puluhan sepeda motor. Busu Tashawuf menyebutkan orang -orang yangh dimobil dan bersepeda motor tsb adalah juga untuk mengikuti pengajian. Diceritakan bahwa pengajian tsb dihadiri oleh orang-orang dari berbagai tempat dan kampung yang cukup jauh.

Beberapa saat kemudian sampailah kendaraan yang kami tumpangi di ujung kampung yang terletak disana rumah tempat pengajian yang terkenal dengan panggilan guru . Sebelumnya Busu Tashawuf menginformasikan bahwa guru yang mengajarkan tashawuf tsb adalah murid kesayangan dari guru Martapura yang dikenal juga dengan julukan kota beranda Mekkah Kalimantan Selatan. Begitu kami sampai nampaknya sudah banyak orang yang datang dan duduk bersila di lantai rumah berlapis permadani sampai diteras rumah meskipun rumah tsb cukup besar nampaknya namun tidak mampu menampung jama'ah yang hadir sehingga terpaksa harus menempati teras rumah. Begitu sampai kami langsung diajak oleh Busu Tashawuf mengambil tempat di dalam rumah dan kemudian bertemu dengan sang guru. Busu Tashawuf sepertinya sudah dekat sekali dengan sang guru dan langsung berjabat tangan dan mencium tangan sang guru dimulai dengan mencium punggung telapak tangan kemudian setelah itu mencium kembali bagian telapak tangan sang guru. Kami sebagaimana sebelumnya telah diingatkan oleh Busu juga ikut mencium tangan sang guru sebagaimana yang dilakukan oleh Busu, kepada sang guru kami dikenalkan oleh Busu sambil mengatakan bahwa kami sebagai temannya Busu juga berminat untuk mengikuti pengajian yang diberikan sang guru.

Sebelum pengajian diawali terlebih dahulu dengan sholat berjamaah ash'ar dan yang bertindak sebagai imam oleh guru di tunjuk seorang yang mengenakan gamis yang berpenampilan dan wajahnya mirip keturunan dari Timur Tengah. Busu sambil berdiri mengisi shaf berbisik bahwa yang ditunjuk sebagai imam tsb adalah seorang habib ahlulbait/turunan Rasululah dari Martapura yang sangat dihormati dikalangan anggota pengajian. Begitu saya berdiri mengambil tempat/shaf disamping Busu saya memandang kedepan , dan saya terkejut sambil beristigfar dalam h, karena didepan imam terdapat photo seseorang dengan menggunakan gamis putih dan berjubah hijau , menggunakan surban serta berselendang warna hijau juga dengan tasbih ditangan. Foto tsb dalam posisi berdiri seukuran dengan aslinya dan disandarkan di dinding.
Setelah salam dari sholat imam memimpin zikir kemudian memimpin doa dilanjutkan dengan saling bersalaman yang didahului bersalaman dengan imam yang dimulai oleh sang guru, saya melihat sang guru mencium tangannya imam yang kemudian diikuti oleh anggota jama'ah shalat yang lainnya , tidak ketinggalan saya pun ikut dengan arus orang banyak mencium tangan imam, katanya untuk mengambil baraqah dari sang imam yang habib ahlul bait Rasulullah. Dari pemandangan ini saya melihat bahwa di kalangan jama'ah pengajian ini kedudukan mereka yang bernampilan wajah Timur tengah sangat dihormati dan dipanggil dengan sebutan habib, penghormatan tsb mengikuti penghormatan yang dilakukan oleh sang guru.Padalah sang habib ternyata juga datang untuk mendengarkan/mengikuti pengajian.

Selesai sholat ash'ar berjama'ah sang guru mengambil tempat didepan menghadap jamaah pengajian yang duduk bersila, sebelum memulai pengajian sang guru mengambil sebuah kitab kuning dan meletakkannya didepan untuk dibaca dan bersamaan dengan itu banya diantara jama'ah yang juga mambawa dan membuka kitab yang sama dan saya sempat melirik kepada salah seorang jama'ah yang duduk disamping saya sambil menanykan kitab apa yang dipelajari tsb. Ybs menjawab bahwa kita yang dipelajari adalah Kitab Ihya Ulumudin karangan Imam Ghazali. Saya menanyakan kembali apakah dia mengerti apa yang dibaca tsb karena saya melihat tulisannya menggunakan tulisan/bahasa arab tanpa baris/tanda baca. Di jawab lagi meskipun jama'ah tidak ada yang tahu membaca apa yang ada di dalam kitab tsb ,tetapi akan memperoleh pahala dengan apa yang dibaca oleh guru dan dicocokkan dengan tulisannya.
Guru dengan lancar membaca kemudian menjelaskan apa yang terkandung dalam kitab tsb dengan menggunakan bahasa pengantar bahasa banjar . Karena bahasa pengantarnya bahasa banjar dan diselengi dengan humor-humor orang banjar pengajian ini sangat menarik bagi jama'ahnya yang 100 % orang dari suku banjar.

Diantara penjelasan guru kepada jama'ah sempat tertangkap oleh saya beberapa istilah yang populer di kalangan ahli tashawuf seperti Nur Muhammad, Hulul , Gaust , Wali Qutuf , wali Allah , Wihdatul wujud, maqam, Abd Qadir Zailani, Ibnu Hikam, dan banyak istilah lainnya lagi yang saya tidak sempat mengingatnya. Dan satu tokoh yang sering dan berulang-ulanh disebut serta disanjung oleh sang guru adalah guru Martapura yang disebut wali qutub abad sekarang. Guru Martapura yang dikatakan sebagai wali yang kharismatik dan banyak menguasai ilmu agama dan mempunyai karomah. Diceritakan bagaimana keahlian guru Martapura yang mampu mengobati dan banyaknya orang yang berbondong-bondong datang tiap-tiap hari dalam jumlah ribuan dari beberapa penjuru negeri bahkan para pejabat untuk minta didoakan dan mengambil barakahnya. Pengajian yang diselenggarakan di kediaman guru Martapura dihadiri oleh ribuan jama'ah yang datang dari berbagai pelosok di kalimantan Selatan dan sekitarnya. Disebutkan pula guru Martapura adalah orang yang dermawan yang tidak ragu untuk membantu anak yatim piatu, fakir miskin dan para janda. Beliau guru Martapura memiliki kekayaan bermilyard dari hasil sedeqah para jama'ah yang datang tidak henti-hentinya., dari hasil sedeqah tsb kembali disedeqahkan.

Setelah kurang lebih satu jam berbicara guru mengajak jama'ah untuk membaca surah yasin dan tahlilan sehubungan dengan telah meninggalnya salah seorang keluarga jama'ah pengajian, tahlilan dipimpin oleh guru dan meminta kepada jama'ah membaca surah Al-fatihah dimana sebelumnya guru menyebutkan nama-nama para wali Allah termasuk nama Syaikh Abdu Qadir Zailani juga disebutkan dan tidak ketinggal nama guru Martapura agar menerima faedah dari pembacaan surahAl-Fatihah . Kemudian setelah surah yasin selesai dilanjutkan dengan tahlilan dimana guru dan seluruh jama'ah mengeluarkan dari kantongnya kalung tasbih dengan mengucapkan La Ilah Haillalah sambil menggoyangkan kepala kekiri dan kekanan,mulanya dengan irama lambat kemudian secara perlahan berubah menjadi cepat dan semakin cepat iramanya sehingga hanya terdengar sebutan Allah,Allah......Tahlilan selesai kemudian ditutup dengan pembacaan doa arwah oleh guru, dimana sebelum nya sang guru terlebih dahulu bertawasul dengan menyebut begitu banyak nama wali wali termasuk Syaikh Abduk Qadir Zailani dan nama guru Martapura . Sambil guru membaca doa arwah da kegemarannya sang guru.
Setelah semua jama'ah makan sang guru berdiri menuji teras rumah kemudian secara bergantian jama'ah keluar untuk pulang dan sebelumnya jama'ah mengeluarkan sedeqah berupa uang yang ditempatkan didekat sang guru duduk tadi membacakan kitab. Jama'ah sebelumpula terlebih dahulu bersalaman dan mencium tangan sang guru bolak balik. Tidak ketinggalan juga jama'ah wanitanya.
Kami, saya dan Busu serta beberapa teman lainnya karena duduk di bagian depan maka mendapatkan giliran keluar meninggalkan rumah pada kesempatan terakhir, karena pulangnya terakhir saya melihat beberapa orang jama'ah pengajian termasuk Busu bereb ut untuk meminum air dari gelas besar belas minumnya sang guru. Kata Busu biar mendapatkan baraqah dari kemuliaan sang guru.

Sewaktu saya bersalaman dengan sang guru untuk pamitan terlihat punggung dan telapak tangan beliau berliputan dengan bekas pemerah bibir jama'ah wanita.

Akhirnya kami pulang dengan membawa banyak pertanyaan didalam benak saya tentang apa yang dikemukan oleh sang guru dalam ceramahnya dan apa yang dilakukan oleh para jama'ah yang berlebihan memberikan perlakuan kepada gurunya. Apakah sudah sesuai dengan tauhid dan tuntunan Rasulullah Shallalahu a'laihi wa sallam.( Bersambung )

Samarinda, Kamis 6 Jumadil Tsani 1431 H/20 Mei 2010.Ba'da zuhur.
Abu Farabi al-Banjari ( http : // abufarabial-banjari.blogspot.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar