Dalam artikel terdahulu (bagian kedua ) dikemukakan tentang dua
cara ber-tabarruk (mencari berkah ) yang benar menurut syari’at yaitu dengan
cara dzikir dan membaca al-Qur’an. Dalam
bagian ketiga ini diketengahkan lagi cara ber-tabarruk lainnya yaitu :
C. Tabarruk Dengan
Menuntut Ilmu Yang Bermanfaat dan Mengajarkannya.
Seorang muslim membutuhkan ilmu mengenai hukum-hukum agamanya
agar bisa beribadah kepada Rabbnya berdasarkan ilmu dan keyakinan. Dan ia tidak
akan memperolehnya kecuali dengan cara menuntut ilmu para ulama yang shalih, karena ulama adalah
pewaris para Nabi.
Adapun anjuran untuk menuntut ilmu dan mengajarkan ilmu syar’i
serta keutamaannya adalah suatu hal yang masyhur.
Betapa pentingnya ilmu yang bermanfaat yaitu ilmu tentang
syari’at yang menuntun seseorang dalam
membedakan yang mana haq dan yang mana bathil, yang mana halal dan yang mana
haram, yang mana sesuai dengan as-sunnah dan yang mana bid’ah. Sehingga dengan
ilmu tersebut maka seseorang dapat berjalan dijalannya Allah jalan yang benar
bukan di jalan nya syaitan dan jalan yang sesat. Dan itu semua tiada lain
adalah berkah dari menuntut ilmu. Dengan menuntut ilmu maka seseorang akan
memperoleh kebarakahanya ilmu yaitu terangkatnya derajat di dunia dan di
akhirat.
Rasullullah shallalahu’alaihi wa sallam bersabda :
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَأَبُو عَامِرٍ
الْأَشْعَرِيُّ وَمُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ وَاللَّفْظُ لِأَبِي عَامِرٍ قَالُوا
حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ عَنْ بُرَيْدٍ عَنْ أَبِي بُرْدَةَ عَنْ أَبِي مُوسَى
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ مَثَلَ مَا
بَعَثَنِيَ اللَّهُ بِهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ الْهُدَى وَالْعِلْمِ كَمَثَلِ غَيْثٍ
أَصَابَ أَرْضًا فَكَانَتْ مِنْهَا طَائِفَةٌ طَيِّبَةٌ قَبِلَتْ الْمَاءَ
فَأَنْبَتَتْ الْكَلَأَ وَالْعُشْبَ الْكَثِيرَ وَكَانَ مِنْهَا أَجَادِبُ
أَمْسَكَتْ الْمَاءَ فَنَفَعَ اللَّهُ بِهَا النَّاسَ فَشَرِبُوا مِنْهَا
وَسَقَوْا وَرَعَوْا وَأَصَابَ طَائِفَةً مِنْهَا أُخْرَى إِنَّمَا هِيَ قِيعَانٌ
لَا تُمْسِكُ مَاءً وَلَا تُنْبِتُ كَلَأً فَذَلِكَ مَثَلُ مَنْ فَقُهَ فِي دِينِ
اللَّهِ وَنَفَعَهُ بِمَا بَعَثَنِيَ اللَّهُ بِهِ فَعَلِمَ وَعَلَّمَ وَمَثَلُ
مَنْ لَمْ يَرْفَعْ بِذَلِكَ رَأْسًا وَلَمْ يَقْبَلْ هُدَى اللَّهِ الَّذِي
أُرْسِلْتُ بِهِ
Hadis riwayat Abu Musa
Radhiyallahu 'anhu : ia berkata:Dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa
beliau bersabda: Perumpamaan Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung dalam
mengutusku untuk menyampaikan petunjuk dan ilmu adalah seperti hujan yang membasahi
bumi. Sebagian tanah bumi tersebut ada yang subur sehingga dapat menyerap air
serta menumbuhkan rerumputan dan sebagian lagi berupa tanah-tanah tandus yang
tidak dapat menyerap air lalu Allah memberikan manfaatnya kepada manusia
sehingga mereka dapat meminum darinya, memberi minum dan menggembalakan
ternaknya di tempat itu. Yang lain menimpa tanah datar yang gundul yang tidak
dapat menyerap air dan menumbuhkan rumput. Itulah perumpamaan orang yang
mendalami ilmu agama Allah dan memanfaatkannya sesuai ajaran yang Allah utus
kepadaku di mana dia tahu dan mau mengajarkannya. Dan juga perumpamaan orang
yang keras kepala yang tidak mau menerima petunjuk Allah yang karenanya aku
diutus ( Shahih Muslim )
Keutamaan dan keberkahan menuntut ilmu dan mengajarkannya
ditunjukan pula oleh hadits antara lain yang diriwayatlan oleh Imam Ahmad
rahimahullah :
مسند أحمد ١٧٤٠١: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ قَالَ حَدَّثَنَا
عَاصِمٌ سَمِعَ زِرَّ بْنَ حُبَيْشٍ قَالَ
أَتَيْتُ صَفْوَانَ بْنَ عَسَّالٍ الْمُرَادِيَّ فَقَالَ مَا جَاءَ
بِكَ فَقُلْتُ ابْتِغَاءَ الْعِلْمِ قَالَ فَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ تَضَعُ أَجْنِحَتَهَا
لِطَالِبِ الْعِلْمِ رِضًا بِمَا يَطْلُبُ قُلْتُ حَكَّ فِي نَفْسِي مَسْحٌ عَلَى الْخُفَّيْنِ
وَقَالَ سُفْيَانُ مَرَّةً أَوْ فِي صَدْرِي بَعْدَ الْغَائِطِ وَالْبَوْلِ وَكُنْتَ
امْرَأً مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَتَيْتُكَ
أَسْأَلُكَ هَلْ سَمِعْتَ مِنْهُ فِي ذَلِكَ شَيْئًا قَالَ نَعَمْ كَانَ يَأْمُرُنَا
إِذَا كُنَّا سَفَرًا أَوْ مُسَافِرِينَ أَنْ لَا نَنْزِعَ خِفَافَنَا ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ
وَلَيَالِيهِنَّ إِلَّا مِنْ جَنَابَةٍ وَلَكِنْ مِنْ غَائِطٍ وَبَوْلٍ وَنَوْمٍ قَالَ
قُلْتُ لَهُ هَلْ سَمِعْتَهُ يَذْكُرُ الْهَوَى قَالَ نَعَمْ بَيْنَمَا نَحْنُ مَعَهُ
فِي مَسِيرَةٍ إِذْ نَادَاهُ أَعْرَابِيٌّ بِصَوْتٍ جَهْوَرِيٍّ فَقَالَ يَا مُحَمَّدُ
فَقُلْنَا وَيْحَكَ اغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ فَإِنَّكَ قَدْ نُهِيتَ عَنْ ذَلِكَ فَقَالَ
وَاللَّهِ لَا أَغْضُضُ مِنْ صَوْتِي فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ هَاءَ وَأَجَابَهُ عَلَى نَحْوٍ مِنْ مَسْأَلَتِهِ وَقَالَ سُفْيَانُ مَرَّةً
وَأَجَابَهُ نَحْوًا مِمَّا تَكَلَّمَ بِهِ فَقَالَ أَرَأَيْتَ رَجُلًا أَحَبَّ قَوْمًا
وَلَمَّا يَلْحَقْ بِهِمْ قَالَ هُوَ مَعَ مَنْ أَحَبَّ قَالَ ثُمَّ لَمْ يَزَلْ يُحَدِّثُنَا
حَتَّى قَالَ إِنَّ مِنْ قِبَلِ الْمَغْرِبِ لَبَابًا مَسِيرَةُ عَرْضِهِ سَبْعُونَ
أَوْ أَرْبَعُونَ عَامًا فَتَحَهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لِلتَّوْبَةِ يَوْمَ خَلَقَ
السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ وَلَا يُغْلِقُهُ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْهُ
Musnad Ahmad 17401: Telah
menceritakan kepada kami Sufyan bin Uyainah Telah menceritakan kepada kami
Ashim bahwa ia mendengar Zir bin Hubaisy ia berkata, "Saya mendatangi
Shafwan bin Assal Al Muradi, lalu ia bertanya, "Apa yang menyebabkanmu
datang kemari?" saya menjawab, "Ingin menuntut ilmu." Ia lalu
berkata, "Sesungguhnya Malaikat akan meletakkan sayapnya untuk menaungi
penuntut ilmu karena ridla terhadap apa yang mereka cari." Saya berkata,
"Masih mengganjal di dalam hatiku persoalan tentang hukum mengusap
sepatu." Dan sekali waktu Sufyan berkata, "Masih mengganjal dalam
dadaku sesuatu yang harus dilakukan setelah buang air besar atau kecil. Engkau
adalah salah seorang dari sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam,
karena itu saya datang kepadamu untuk menanyakan apakah engkau pernah mendengar
permasalahan itu dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam?" Sufyan
menjawab, "Benar. Saat dalam perjalanan beliau memerintahkan kami untuk
tidak melepaskan sepatu kami selama tiga hari tiga malam kecuali karena sebab
junub. Tetapi jika karena buang hajat atau tidur (beliau memerintahkan untuk
tetap memakainya)." Saya bertanya lagi, "Apakah kamu pernah mendengar
beliau menuturkan tentang kecintaan?" ia menjawab, "Benar. Saat kami
berada dalam suatu perjalanan, tiba-tiba seorang Arab dusun memanggil beliau
dengan suara yang keras. Arab dusun itu memanggil, "Wahai Muhammad!"
Maka kami menyahut, "Celaka kamu ini! Pelankanlah suaramu, karena kamu
dilarang berbuat seperti itu." Orang dusun itu menjawab, "Demi Allah,
saya tidak akan merendahkan suaraku." Kemudian Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam memanggil: "Kemarilah." Beliau kemudian menjawab
pertanyaan laki-laki tersebut. Lalu laki-laki dusun itu bertanya lagi,
"Bagaimanakah menurut tuan tentang seorang laki-laki yang mencintai suatu
kaum, namun ia sendiri belum pernah berjumpa dengan mereka?" Beliau
menjawab: "Ia akan bersama dengan orang dicintainya." Shafwan
berkata, "Beliau terus berbicara kepada kami hingga beliau bersabda:
"Sesungguhnya di bagian barat terdapat suatu pintu yang jarak lebarnya
adalah tujuh puluh, atau empat puluh tahun perjalanan. Allah telah membukanya
untuk menerima taubat saat menciptakan langit dan bumi, dan Allah tidak akan
menutup pintu tersebut hingga matahari terbit darinya."
Dalam hadits yang diriwayatkan Imam At-Tirmidzi rahimahullah
disebutkan :
سنن الترمذي ٢٦٠٩: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْأَعْلَى الصَّنْعَانِيُّ
حَدَّثَنَا سَلَمَةُ بْنُ رَجَاءٍ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ جَمِيلٍ حَدَّثَنَا الْقَاسِمُ
أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي أُمَامَةَ الْبَاهِلِيِّ قَالَ
ذُكِرَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلَانِ
أَحَدُهُمَا عَابِدٌ وَالْآخَرُ عَالِمٌ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَضْلُ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِي عَلَى أَدْنَاكُمْ ثُمَّ قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ
وَأَهْلَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرَضِينَ حَتَّى النَّمْلَةَ فِي جُحْرِهَا وَحَتَّى الْحُوتَ
لَيُصَلُّونَ عَلَى مُعَلِّمِ النَّاسِ الْخَيْرَ
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ صَحِيحٌ قَالَ سَمِعْت
أَبَا عَمَّارٍ الْحُسَيْنَ بْنَ حُرَيْثٍ الْخُزَاعِيَّ يَقُولُ سَمِعْتُ الْفُضَيْلَ
بْنَ عِيَاضٍ يَقُولُ عَالِمٌ عَامِلٌ مُعَلِّمٌ يُدْعَى كَبِيرًا فِي مَلَكُوتِ السَّمَوَاتِ
Sunan Tirmidzi 2609: dari
Abu Umamah Al Bahili ia berkata; "Dua orang disebutkan di sisi Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam, salah seorang adalah ahli ibadah dan yang lain
seorang yang berilmu, kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Keutamaan seorang alim dari seorang abid seperti keutamaanku
dari orang yang paling rendah di antara kalian, " kemudian beliau
melanjutkan sabdanya: "Sesungguhnya Allah, MalaikatNya serta penduduk
langit dan bumi bahkan semut yang ada di dalam sarangnya sampai ikan paus, mereka
akan mendoakan untuk orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia." Abu
Isa berkata; Hadits ini hasan gharib shahih. Perawi berkata; "Aku
mendengar Abu 'Ammar Al Husain bin Huraits Al Khuza'I berkata; Aku mendengar Al
Fudlail bin Iyadl berkata; "Seorang alim yang mengamalkan ilmunya dan
mengajarkan ilmunya akan dipanggil besar oleh para Malaikat yang ada di
langit."
Dari ulasan diatas maka sudah sepantasnya setiap orang untuk
menuntut ilmu agama karena dengannya akan diperoleh keutamaan dan juga tentunya
mendapatkan berkah dari ilmu itu sendiri
D.Tabarruk Dengan Duduk
Bersama Ulama Shalih akhlus sunnah
Termasuk sesuatu yang tidak diragukan lagi adalah duduk bersama
ulama dan orang shalih akhli sunnah, sebagai akhli ilmu,akhli iman, takwa dan
taat-mengandung kebaikan,keberkahan dan kemanfaatan yang besar. Mencari berkah
dengan duduk bersama ini dapat dilakukan dengan beberapa aspek, yaitu :
1.Mengambil manfaat dari ilmu mereka
Sifat para ulama shalih yang yang paling mulia adalah
menyampaikan ilmu kepada umat. Karena itu,siapa saja yang bergaul dan berkumpul
bersama ulama shalih ia akan memperoleh ilmu yang bermanfaat.
2.Mendengarkan wejangan dan nasihat ulama shalih
Siapa saja yang berteman dan bergaul dengan orang-ulama shalih,
mereka akan mendapatkan manfaat dari nasihat mereka berkaitan dengan anjuran
untuk ta’at kepada Allah dan Rasul-Nya, peringatan agar tidak terjerumus ke dalam kemaksiatan
dan bahayha, bimbingan kepada adab-[adab yang baik dan akhlak yang mulia,
pertolongan dalam melakukan kebaikan, mengingatkan tentang janji-janji Allah
yang disediakan –Nya di surga bagi kekasih-kekasih-Nya, dan ancaman-ancaman
aopa saja yang Dia janjikan di nereka b agi musuh-musuh-Nya. Yang mana
peringatan tersebut sangat bermanfaat bagi umat muslim.Dan ini tiada lain
adalah keberkahan bagi umat.
Imam Ibnul Qaiyim
rahimahullah berkata : “ Diantara keberkahan seseorang adalah ia
mengajarkan kepada kebaikan , menyeru dan mengajak kepada Allah, mengingatkan
kepadanya , serta selalu menganjurkan untuk taat kepada-Nya. Siapa saja yang
kosong dari semua itu maka ia kosong dari keberkahan serta keberkahan bertemu
dan berkumpul dengannya di hapuskan
3. Mengambil manfaat dari doa’ para ulama shalih
Diantara manfaat dan keberkahan ulama-ulama shalih bagi diri mereka sendiri dan bagi
orang lain adalah berdoa dan meminta kepada Allah subhanahu wa ta’ala agar
diberioakn kebaikan dunia dan akhirat .
Do’a orang-orang shalih itu memiliki b ergama manfaat dan
pengaruh yang baik di dunia dan di akhirat-dengan izin Allah ta’ala-bagi diri
mereka sendiri dan bagi saudara-saudara mereka sesama muslim.
Keberkahan do’a dapatg diperoleh ketika duduk bersama
orang-orang shalih tersebut,karena jarang sekali majelis-majelis mereka sepi
dari doa kepada Allah subhanahu wa
ta’ala agar diberikan kebaikan, perbaikan, taufik, ampunan dan rahmat bagi orang yang menghadiri majelis
tersebut.
Keberkahan do’a orang-orang shalih juga dapat diperolehg melalui
permintaan do’a dari mereka , khususnyha ketiak seorang muslim sedang berada
dalam kondisi sangat susah, sakit, atau tertimpa musibah. Lalu ia memintga
kepadanya agar ia berdo’a kepada Rabbnya semolga menghilangkan kesusahan
darinya atau menyembuhkannya dari penyakitnya. Hal ini termasuk kedalam
jenis-jenis tawassul yang disyari’atkan.
4. Memperoleh keutamaan majelis dzikir
Adapun yang dimaksud dengan masjelis dzikir oleh Ibn u Hajar
rahimahullah dijelaskan bahwa ia mencakup dzikir kepada Allah subhanahu wa
ta’ala dengan berbagai macam dzikir yang waarid ( ada landasan dalilnya )
berupa tasbih,tahmid , takbit dan lainnya, juga mencakup bacaan kitabullah, dan
mencakup doa memohon kebaikan dunia
akhirat. Ibnu Hajar berkata :’ Yang mendekati kebenaran adalah mengkhususkan
hal itu dengan apa yang disebutkan,
sekalipun membaca hadits Nabawi, kajian ilmu syar’I dan mendiskusikannya
termasuk sesuatu yang dinamakan dzikirada Allah subhanahu wa ta’ala juga “
Keutamaan majelis dzikir disebutkan dalam sebuah hadits
Rasullullah shallalahu’alaihi wa sallam :
صحيح مسلم ٤٨٥٤: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ حَاتِمِ بْنِ مَيْمُونٍ
حَدَّثَنَا بَهْزٌ حَدَّثَنَا وُهَيْبٌ حَدَّثَنَا سُهَيْلٌ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ لِلَّهِ
تَبَارَكَ وَتَعَالَى مَلَائِكَةً سَيَّارَةً فُضُلًا يَتَتَبَّعُونَ مَجَالِسَ الذِّكْرِ
فَإِذَا وَجَدُوا مَجْلِسًا فِيهِ ذِكْرٌ قَعَدُوا مَعَهُمْ وَحَفَّ بَعْضُهُمْ بَعْضًا
بِأَجْنِحَتِهِمْ حَتَّى يَمْلَئُوا مَا بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ السَّمَاءِ الدُّنْيَا
فَإِذَا تَفَرَّقُوا عَرَجُوا وَصَعِدُوا إِلَى السَّمَاءِ قَالَ فَيَسْأَلُهُمْ اللَّهُ
عَزَّ وَجَلَّ وَهُوَ أَعْلَمُ بِهِمْ مِنْ أَيْنَ جِئْتُمْ فَيَقُولُونَ جِئْنَا مِنْ
عِنْدِ عِبَادٍ لَكَ فِي الْأَرْضِ يُسَبِّحُونَكَ وَيُكَبِّرُونَكَ وَيُهَلِّلُونَكَ
وَيَحْمَدُونَكَ وَيَسْأَلُونَكَ قَالَ وَمَاذَا يَسْأَلُونِي قَالُوا يَسْأَلُونَكَ
جَنَّتَكَ قَالَ وَهَلْ رَأَوْا جَنَّتِي قَالُوا لَا أَيْ رَبِّ قَالَ فَكَيْفَ لَوْ
رَأَوْا جَنَّتِي قَالُوا وَيَسْتَجِيرُونَكَ قَالَ وَمِمَّ يَسْتَجِيرُونَنِي قَالُوا
مِنْ نَارِكَ يَا رَبِّ قَالَ وَهَلْ رَأَوْا نَارِي قَالُوا لَا قَالَ فَكَيْفَ لَوْ
رَأَوْا نَارِي قَالُوا وَيَسْتَغْفِرُونَكَ قَالَ فَيَقُولُ قَدْ غَفَرْتُ لَهُمْ
فَأَعْطَيْتُهُمْ مَا سَأَلُوا وَأَجَرْتُهُمْ مِمَّا اسْتَجَارُوا قَالَ فَيَقُولُونَ
رَبِّ فِيهِمْ فُلَانٌ عَبْدٌ خَطَّاءٌ إِنَّمَا مَرَّ فَجَلَسَ مَعَهُمْ قَالَ فَيَقُولُ
وَلَهُ غَفَرْتُ هُمْ الْقَوْمُ لَا يَشْقَى بِهِمْ جَلِيسُهُمْ
Shahih Muslim 4854: dari
Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda:
'Sesungguhnya Allah Yang Maha Suci dan Maha Tinggi mempunyai beberapa malaikat
yang terus berkeliling mencari majelis dzikir. Apabila mereka telah menemukan
majelis dzikir tersebut, maka mereka terus duduk di situ dengan menyelimutkan
sayap sesama mereka hingga memenuhi ruang antara mereka dan langit yang paling
bawah. Apabila majelis dzikir itu telah usai, maka mereka juga berpisah dan
naik ke langit.' Kemudian Rasulullah meneruskan sabdanya: 'Selanjutnya mereka
ditanya Allah Subhanahu wa Ta'ala, Dzat Yang sebenarnya Maha Tahu tentang
mereka: 'Kalian datang dari mana? ' Mereka menjawab; 'Kami datang dari sisi
hamba-hamba-Mu di bumi yang selalu bertasbih, bertakbir, bertahmid, dan memohon
kepada-Mu ya Allah.' Lalu Allah Subhanahu wa Ta'ala bertanya: 'Apa yang mereka
minta? ' Para malaikat menjawab; 'Mereka memohon surga-Mu ya Allah.' Allah
Subhanahu wa Ta'ala bertanya lagi: 'Apakah mereka pernah melihat surga-Ku? '
Para malaikat menjawab; 'Belum. Mereka belum pernah melihatnya ya Allah.' Allah
Subhanahu wa Ta'ala berkata: 'Bagaimana seandainya mereka pernah melihat
surga-Ku? ' Para malaikat berkata; 'Mereka juga memohon perlindungan kepada-Mu
ya Allah.' Allah Subhanahu wa Ta'ala balik bertanya: 'Dari apa mereka meminta
perlindungan kepada-Ku? ' Para malaikat menjawab; 'Mereka meminta perlindungan
kepada-Mu dari neraka-Mu ya Allah.' Allah Subhanahu wa Ta'ala bertanya: 'Apakah
mereka pernah melihat neraka-Ku? ' Para malaikat menjawab; 'Belum. Mereka belum
pernah melihat neraka-Mu ya Allah.' Allah Subhanahu wa Ta'ala berkata:
'Bagaimana seandainya mereka pernah melihat neraka-Ku? ' Para malaikat berkata;
'Ya Allah, sepertinya mereka juga memohon ampun (beristighfar) kepada-Mu? '
Maka Allah Subhanahu wa Ta'ala menjawab: 'Ketahuilah hai para malaikat-Ku,
sesungguhnya Aku telah mengampuni mereka, memberikan apa yang mereka minta, dan
melindungi mereka dari neraka.' Para malaikat berkata; 'Ya Allah, di dalam
majelis mereka itu ada seorang hamba yang berdosa dan kebetulan hanya lewat
lalu duduk bersama mereka.' Maka Allah menjawab: 'Ketahuilah bahwa sesungguhnya
Aku akan mengampuni orang tersebut. Sesungguhnya mereka itu adalah suatu kaum
yang teman duduknya tidak akan celaka karena mereka.'
Namun yang dimaksudkan dalam majelis dzikir disini oleh para
ulama disyaratkan haruslah diadakan menurut cara yang syar’i, tidak boleh
mengandung lafazh-lafazh bid’ah,
perbuatan –perbuatan yang bertentangan dengan sunnah.
Duduk bersama ulama
shalih yang berpegang kepada sunnah sangatlah dianjurkan, karena mereka yang
berada disekeliling ulama tersebut mendapatkan keberkahan dari yang
bersangkutan dan ini merupakan bagian dari upaya memperoleh berkah.
E.Bertabarruk Dengan
Shalat secara berjamaah.
Shalat berjamaah mempunyai barakah yaitu berupa dihapuskannya dosa-dosa dan dilipat gandakannya
pahala kebaikan-kebaikan.
Sebuah hadits dari Rasullullah shallallahu’alahi wa sallam :
صحيح مسلم ٤٩٦٦: حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ الْجَهْضَمِيُّ وَزُهَيْرُ
بْنُ حَرْبٍ وَاللَّفْظُ لِزُهَيْرٍ قَالَا حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ يُونُسَ حَدَّثَنَا
عِكْرِمَةُ بْنُ عَمَّارٍ حَدَّثَنَا شَدَّادٌ حَدَّثَنَا أَبُو أُمَامَةَ قَالَ
بَيْنَمَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْمَسْجِدِ
وَنَحْنُ قُعُودٌ مَعَهُ إِذْ جَاءَ رَجُلٌ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي أَصَبْتُ
حَدًّا فَأَقِمْهُ عَلَيَّ فَسَكَتَ عَنْهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ ثُمَّ أَعَادَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي أَصَبْتُ حَدًّا فَأَقِمْهُ
عَلَيَّ فَسَكَتَ عَنْهُ وَأُقِيمَتْ الصَّلَاةُ فَلَمَّا انْصَرَفَ نَبِيُّ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَبُو أُمَامَةَ فَاتَّبَعَ الرَّجُلُ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ انْصَرَفَ وَاتَّبَعْتُ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْظُرُ مَا يَرُدُّ عَلَى الرَّجُلِ فَلَحِقَ
الرَّجُلُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ
اللَّهِ إِنِّي أَصَبْتُ حَدًّا فَأَقِمْهُ عَلَيَّ قَالَ أَبُو أُمَامَةَ فَقَالَ
لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرَأَيْتَ حِينَ خَرَجْتَ
مِنْ بَيْتِكَ أَلَيْسَ قَدْ تَوَضَّأْتَ فَأَحْسَنْتَ الْوُضُوءَ قَالَ بَلَى يَا
رَسُولَ اللَّهِ قَالَ ثُمَّ شَهِدْتَ الصَّلَاةَ مَعَنَا فَقَالَ نَعَمْ يَا رَسُولَ
اللَّهِ قَالَ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِنَّ
اللَّهَ قَدْ غَفَرَ لَكَ حَدَّكَ أَوْ قَالَ ذَنْبَكَ
Shahih Muslim 4966: dari Abu Umamah dia berkata; "Ketika
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berada di masjid, sedangkan kami tengah
duduk-duduk dan bercengkrama dengan beliau, tiba-tiba ada seorang laki-laki
yang datang dan berkata; 'Ya Rasulullah, saya telah berbuat dosa. Oleh karena
itu, berilah saya hukuman! ' Tetapi Rasulullah hanya terdiam saja. Setelah itu,
orang tersebut mengulangi lagi ucapannya; 'Ya Rasulullah, saya telah berbuat
dosa. Oleh karena itu, berilah saya hukuman.' Namun Rasulullah hanya terdiam
saja. Tak lama kemudian, dilaksanakan shalat berjama'ah. Abu Umamah berkata;
'Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pulang ke rumah, orang tersebut
tetap mengikutinya untuk mengetahui jawaban kepada orang laki-laki tersebut.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab pertanyaan orang tersebut:
'Tahukah kamu bahwasanya kamu keluar dari rumah, bukankah kamu telah berwudlu
dengan sebaik-baiknya? ' Laki-laki itu menjawab; 'Benar ya Rasulullah.'
Kemudian Rasulullah melanjutkan sabdanya: 'Setelah itu, bukankah kamu telah
mengikuti shalat berjamaah bersama kami? ' Laki-laki itu menjawab; 'Benar ya
Rasulullah.' Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
'Sesungguhnya Allah telah mengampuni hukuman bagimu, atau dia berkata, dosamu.'"
Hadits riwayat Abu Daud :
سنن أبي داوود ٤٧٢: حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ
عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَاةُ الرَّجُلِ
فِي جَمَاعَةٍ تَزِيدُ عَلَى صَلَاتِهِ فِي بَيْتِهِ وَصَلَاتِهِ فِي سُوقِهِ خَمْسًا
وَعِشْرِينَ دَرَجَةً وَذَلِكَ بِأَنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ
وَأَتَى الْمَسْجِدَ لَا يُرِيدُ إِلَّا الصَّلَاةَ وَلَا يَنْهَزُهُ إِلَّا الصَّلَاةُ
لَمْ يَخْطُ خُطْوَةً إِلَّا رُفِعَ لَهُ بِهَا دَرَجَةٌ وَحُطَّ عَنْهُ بِهَا خَطِيئَةٌ
حَتَّى يَدْخُلَ الْمَسْجِدَ فَإِذَا دَخَلَ الْمَسْجِدَ كَانَ فِي صَلَاةٍ مَا كَانَتْ
الصَّلَاةُ هِيَ تَحْبِسُهُ وَالْمَلَائِكَةُ يُصَلُّونَ عَلَى أَحَدِكُمْ مَا دَامَ
فِي مَجْلِسِهِ الَّذِي صَلَّى فِيهِ وَيَقُولُونَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ اللَّهُمَّ
ارْحَمْهُ اللَّهُمَّ تُبْ عَلَيْهِ مَا لَمْ يُؤْذِ فِيهِ أَوْ يُحْدِثْ فِيهِ
Sunan Abu Daud 472: dari
Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Pahala shalat seseorang dengan berjamaah melebihi pahala shalatnya di
rumah dan di pasar sebanyak dua puluh lima derajat. Hal tersebut, karena
apabila seseorang di antara kalian berwudlu, lalu memperbagus wudlunya,
kemudian pergi ke masjid semata mata karena untuk mengerjakan shalat, dan
kesempatan itu hanya dipergunakan untuk shalat, maka orang tersebut tidak
melangkahkan satu langkah, kecuali setiap langkahnya itu diangkat baginya satu
derajat, dan dihapus darinya satu dosa, sampai dia masuk ke dalam masjid.
Apabila dia telah masuk masjid, maka dia dihitung dalam keadaan shalat selama
tertahan karena shalat (tidak keluar dari masjid karena menunggu shalat), dan
para malaikat akan bershalawat (memohonkan rahmat dan ampunan) kepada seseorang
di antara kalian, selama dia tetap berada di tempat dia mengerjakan shalatnya,
mereka (para malaikat) berdoa; Ya Allah, ampunilah dia, rahmatilah dia dan
terimalah taubatnya. Para malaikat itu berdoa demikian selama orang itu tidak
mengganggu orang lain di tempat itu atau berhadats."
Mengingat keutamaan yang ada dalam shalat berjamaah, maka bagi
mereka yang melanggengkan shalat berjama’ah dalam kesehariannya, Insya Allah
akan mendapat berkah dari shalat berjama’ah tersebut.
( Insya Allah ta’ala bersambung kebagian keempat )
Sumber :
1.Al-Qur’an dan Terjemah , www.salafi-Db.com
3.Tabarruk Memburu Berkah ( Terjemahan),DR. Nashir bin
‘Abdurrahman bin Muhammad al-Judai’
5.Artikel www.muslim.or.id
6. Artikel www. AsySyariah com
7.Artikel www.rumaysho.com
8.Artikel www.darusalaf.com
Selesai disusun, menjelang Dzuhur, Selasa ,20 Muharram 1434H,4
Desember 2012
. ( Musni Japrie )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar